(NOT) 'HIS' FAULT

10 2 0
                                    


*VRaSS

"Aku ingin bilang, bahwa sejak pertama kali aku melihatmu, aku merasa sangat........"

Kedua telingaku terbuka lebar untuk kalimat lanjutanmu, Jacob. Teruskan, dan akan kupertimbangkan perasaanku tadi padamu dan Mia. Bukan salah kalian juga aku jadi seperti ini. Keegoisanku seperti sudah menguasaiku, setelah selama ini kutahan diriku untuk tidak lakukan apapun atau menyimpan apapun tentang lawan jenis yang dekat denganku.

"Aku merasa sangat....."

"Hai, D! Disini kau rupanya! Ayo! Cepat! Jenderal menunggu kita untuk pelatihanmu! Jangan buat dia marah lagi dengan semburan air penyiksaan itu! Kau tahu itu akan membuatku terlihat lemah di depannya." pintanya memohon manis. Ingin rasanya kutampar wajah manis itu, membuatnya hancur berantakan agar menyadari kesalahannya di hadapanku. Sayangnya, aku terlalu takut untuk membalas kekesalannya, lagipula, aku juga belum terlalu dalam merasakan ini tentangnya, dan aku masih ada program yang harus difokuskan.

Mia menarik lengan Jacob dengan terburu-buru. Segera mengajaknya pergi, menjauh dari pandanganku, menuju ke hadapan Jenderal yang tidak ingin kutahu lokasi tepatnya. Cam yang sedari tadi sudah menunggu agak jauh itupun berganti menatapku dengan senyuman hangatnya. Dia melambaikan tangannya ke arahku.

"Kami duluan!" serunya sembari pergi mengikuti Mia dan Jacob. Aku hanya membalas lambaiannya dengan pasrah dan dengan senyum yang dipaksakan.

Aku menghela napas panjang, mengamati kepergian mereka yang tak kunjung menyembuhkan perasaanku.

Aku kembali fokus ke kamarku. Kubuka pintunya dan kulihat Mel yang tengah duduk di ranjangnya, memandangku yang tertunduk lesu, membuatnya khawatir seribu pikir. Dia segera beranjak dari ranjangnya dan menghampiriku yang langsung duduk di ranjang.

"Kau tak apa? Ada masalah?" tanyanya khawatir. Aku hanya membaringkan tubuhku ke ranjang, menghadap tembok, mencoba menyembunyikan air mataku yang tak kusadari sudah tumpah dari tadi. Kuusahakan menahan tangisku untuk menjawabnya. "Hanya goresan kecil." jawabku ringan.

"Siapa pelakunya?!"ucapnya mulai kesal pada si 'pelaku' itu. "Hanya seekor makhluk kecil yang lucu." jawabku berusaha tertawa, membuatnya tak lagi khawatir.

"Kadal merah?" tanyanya membuat seulas senyum di wajahku mengembang perlahan, menatapnya dari balik uraian rambutku yang menutupi sedikit pandanganku. "Uhhm. Kadal merah." ucapku kembali sedih.

Akhirnya, Mel menjauhiku karena menyesal. Dia berjalan ke arah pintu, berencana keluar untuk entahlah pergi kemana.

"Jangan tidur dulu. Kita akan melakukan sedikit pelatihan sebelum program besok." ucapnya singkat, lalu menutup pintu dengan perlahan, meninggalkanku sendiri, seperti yang lainnya tadi.

Aku terdiam, menahan tangis, dan menahan beban yang sedari tadi kurasakan. Tragis kelihatannya saat hal ini harus terjadi di saat yang paling membuatku terlihat sangat canggung dan bodoh. Sudah sok mengajaknya duduk bersama, bukannya mendapat perhatian, aku malah dapatkan ketidak pedulian, dan tontonan yang membuat perasaanku seperti digantung oleh kejadian lain yang tidak bermaksud untuk menyakitiku seperti ini.

Saat aku akan menangis sejadi-jadinya, tiba-tiba, suara pintu yang terbuka mengurungkan niatku untuk menangis keras. Dia Gale! Berjalan ke arahku dengan sekantung sarapan di tangannya. Dia menutup pintu kamar dan menghampiriku ke sampingku. Gale segera duduk di ranjang, di sebelahku. Ditatapnya diriku yang masih meringkuk sedih. Sekantung sarapan itu diletakkannya di meja di sebelah ranjang.

MESS TROUBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang