LATIHAN KECIL

11 1 0
                                    


*VRaSS

Kami berdua melangkahkan kaki di lorong-lorong gedung ini dengan perlahan dan pasti, kecuali diriku. Aku masih merasa mual dengan latihan yang nanti akan kulakukan. Melihat apa yang terjadi si ruang pelatihan D, kemarin, aku merasa seperti akan diputar-putar dalam sebuah tabung yang bergerak tanpa henti, hingga aku mati.

Aku terhuyung membayangkan pelatihan apa yang akan kulakukan nanti. Gale yang berada tepat di sebelahku pun langsung menahan tubuhku agar tidak terjatuh keras ke lantai. Dia menopang tubuhku dan mengangkatku perlahan agar tidak terhuyung lebih parah. Senyumku menyatakan bahwa aku tak apa, hanya sedikit mual.

"Kupikir kau sengaja terhuyung, agar mendapat sedikit sentuhanku." ucapnya geli. Aku meninju lengannya dengan menutup malu, dan menahan tawaku, mendengar ejekan Gale.

Tiba-tiba, seruan seorang gadis, membuatku dua kali lebih mual daripada tadi. Gadis itu, yang namanya...

...Femiana Henry.

"Hai!! Ternyata kalian dalam perjalanan! Kupikir kalian berduaan di kamar." aku menatap horor Gale, membuatnya tersenyum terpaksa di depan kami berdua. "Ayo! Mel dan D sudah menunggu lama karena kalian!" serunya sedikit cemberut, mengerutkan bibir manisnya, yang rasanya ingin kusobek bibir itu hingga berbentuk senyuman mengerikan.

Mia meraih pergelangan tanganku dan menariknya dengan cepat. Aku tersentak kaget, dan Gale menyusul dengan menahan kata-kata bahwa 'aku tidak suka sentuhan'.

Aku hanya menurut, membiarkan sentuhan kasar itu memunculkan kenangan buruk itu lagi di dalam ingatanku.
.
.
.
.
Kami melangkah masuk terburu-buru ke dalam sebuah ruangan gelap dan sepi. Sebuah ruangan yang sepertinya jarang diketahui oleh siapapun. Ini ruangan sepi pertama yang pernah kumasuki. Aku merasa sedikit aneh di dalamnya. Gelap, hanya dengan bantuan dua buah lampu temaram, kami harus bisa saling melihat satu sama lain.

Kurasakan sentuhan kasar di tanganku itu sudah terlepas, tergantikan dengan sentuhan hangat yang kukenal. Sentuhan yang kuimpikan dari tadi.

"Kita dimana, Gale?" tanyaku tanpa menatapnya yang sudah berdiri tegap di sebelahku. Dia hanya menggandeng tanganku dengan lembut, mengelusnya sedikit, menenangkanku dengan sentuhan itu. Dengan kedua mata cokelatnya itu, dia menatapku penuh arti. Ditatapnya pintu masuk tadi sudah tertutup rapat, menghilangkan jejak jalan masuk itu. Tatapannya mulai berubah. Senang, gembira, penuh rahasia, dan...

...ganas.

"Well! Kupikir kau tidak suka disentuh, Vrass!"

Seruan itu membuatku membelalakkan mataku, mencari asal suara itu, dan keberadaan orang yang membuatnya.

Kulihat seorang wanita berusia sekitar 50-an itu berdiri dengan jas lab nya yang sudah diikat di pinggangnya, rapih. Sebuah kacamata lab terpasang di depan matanya, membuat penglihatannya jauh lebih terhalang cahaya. Berkacak pinggang dan memandangku dengan wajah berukir senyuman hangat itu. Dia mengenakan bot hitam, celana hitam longgar dan kaos abu-abu tanpa lengan.

"Sentuhan yang itu, berbeda, Mel!" ucap seorang lain lagi di sisi lain ruangan ini. Itu dia!! Kuharap Gale tidak melihat lelaki itu. Kuharap dia hanya menganggapnya angin lalu, dan membiarkan lelaki itu mengejeknya habis-habisan. Bukannya harapan angin lalu dari Gale, malah, dia tersenyum memandangku, membuatku ragu dengan ekspresi yang ditunjukkannya itu.

MESS TROUBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang