WITH YOU 2D (1)

15 0 0
                                    


*VRaSS

Detak jantungku dan Gale sama-sama kencang, dan hampir saja kuterkam tubuh tinggi dan sombong Jenderal itu, sebelum Danny mencengkeram pergelangan tanganku, menahanku untuk bertindak lebih jauh lagi. Aku langsung menoleh ke arahnya dan memberinya tatapan geram karena berani menyentuhku kasar. Tatapan kami beradu, dan kulihat sebuah kata-kata tegas di matanya, memintaku untuk tidak bertindak sekarang, atau hal buruk akan terjadi pada kami semua.

Bukan mengerti, namun karena tahu tentang hal itu, aku hanya diam saja, tidak jadi mengubah diriku dan menyerang Jenderal dengan tiba-tiba. Kutatap pergelangan tanganku yang masih dicengkeram kuat oleh Danny itu. Dia langsung melepaskannya, dan membuatku menyembunyikan tanganku itu ke belakang tubuhku, menghindari cengkeraman buruk lainnya dari Danny.

"Baiklah! Sepertinya kalian sudah mengerti. Silahkan! Kalian akan pergi, kan? Pemulihan?" ucap Jenderal, membuatku menoleh terkejut. Secepat itukah dia berganti sifat?! Ataukah dirinya sedang kembali mengenakan topeng indah rupawannya?

Gale langsung mengulurkan tangannya, dan merangkul pinggangku dengan lembut, tanpa menatap kedua mataku terlebih dahulu. Dia langsung menggeser posisiku menjadi di sebelahnya, dan kudengar dia langsung berkata tanpa ada kekecewaan ataupun penolakan terhadap apa yang baru saja Jenderal ucapkan.

"Kami pergi dulu. Subjek lebih penting daripada seorang prajurit."

Seketika itu juga, dia menarikku dengan kesal sekaligus tenang, membuatku hanya bisa mengikutinya tanpa pandang mata kemanapun, termasuk Danny. Kami terus berjalan tanpa perlu menoleh ke belakang, karena tujuan kami ada di depan, dan belakang adalah urusan orang lemah. Kulihat wajah Gale yang masih menyimpan aura kesal sekaligus tidak terima itu. Aku segera meletakkan tanganku di depan dadanya, menatapnya lembut, dan tersenyum tipis untuk menghilangkan aura buruknya itu.

"Kau sudah berusaha." ucapku ke arahnya, membuatnya menoleh, dan membalas senyumanku dengan sebuah guratan lengkung bibirnya, sekaligus setetes air mata yang terbendung di kedua matanya.
.
.
.
Kami terus berjalan, dengan ekspresi Gale yang juga tak kunjung mereda. Dia terus memikirkan tentang tindakan Jenderal yang tiba-tiba dan seenaknya itu. Aku hanya bisa terdiam merasakan aura kebenciannya muncul lebih banyak lagi. Namun, semakin lama aku diam, semakin panas juga rasanya tubuhku, seakan perlu mengatakan apa yang harus dikatakan, dan merubah aura suasana hati Gale, sehingga tidak lagi memendam perasaan itu, yang mungkin nantinya akan merugikan kami berdua.

"Jangan marah. Perintahnya sudah mutlak." ucapku tanpa menoleh, membuatku harus bertatapan dingin dengan beberapa orang yang kami lewati. Gale hanya bergumam mengiyakan, seakan tidak peduli dengan kata-kataku, dan menyetujuinya untuk membuatku tenang.

Aku bukan orang yang mudah setuju, sepertimu.

"Setidaknya jawab a..."

"Bukannya tidak mau menjawab," ucapnya hanya menatap ke depan tanpa satu ekspresi pun, "hanya saja, akhir-akhir ini, aku merasa bahwa perintah Jenderal adalah deklarasi perang bagiku. Perintahnya untuk menjadikan Danny itu Lix-mu, aku sudah membaca laporan programnya, dan memang sudah direncanakan. Hanya saja, dia menentukan hari penggabungan itu sesuai kehendaknya, tidak seperti dalam laporannya, yang dijeda selama tiga hari untuk persiapan kalian berdua."

Tiga hari, diundur menjadi satu hari, dan itu dikatakan secara tertutup padaku, dengan entah bagaimana kabarnya sampai ke Mel dan yang lainnya. Haruskah aku merasa takut karena rencananya secepat ini, membuat seluruh hidupku benar-benar berubah drastis? Ataukah aku harus merasa bahagia dengan rencana yang semakin cepat ini, membuatku semakin cepat juga keluar dari wilayah mimpi buruk ini. Aku tidak bisa memutuskan. Ini terlalu sulit. Pikiranku seperti dikosongkan secara paksa sejak program itu.

MESS TROUBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang