KEEP DREAMING

38 4 0
                                    


*JaCoB

Gadis ini benar-benar mengesalkan! Seandainya aku tidak masuk ke 'gedung itu' waktu itu, mungkin gadis ini tidak akan membuatku kesal dengan harus memanjat rumahnya, berjalan melewati atap dan turun di balkon kamarnya. Tapi apa boleh buat? Dengan gegabahnya, aku masuk dan membuatku harus bertemu dengan gadis ini, Vrass.

Sudah berteriak di depan rumahnya, pingsan di dalam rumahnya karena kelelahan, tidak mengucapkan sepatah kata sopan pun sejak pertama kali aku bertemu dan bertamu di rumahnya, kini aku harus memanjat rumahnya, berjalan di atap rumahnya seperti seorang pencuri. Kuharap tidak ada satu orang pun di sekitarku yang melihatku seperti ini.

"Setelah ini, akan kupastikan kau menyesali setiap kata dan perbuatan kasarmu padaku! Akan kupastikan itu!" geramku sambil terus memanjat.

Aku melangkah di atap kayu rumah Vrass dengan cekatan dan tanpa ragu sedikit pun. Sepertinya, latihan 'cengkeramanku' di gedung itu membuahkan hasil yang cukup menguntungkan juga. Seluruh latihan itu, kebanyakan menguntungkan. Kecuali latihan pengendalian emosi. Aku selalu saja gagal saat latihan itu, apalagi jika tanpa gelang milikku. Kini gelang itu hilang di dalam rumah ini, dan aku harus mencarinya untuk melancarkan pengendalian emosiku ini. Jika aku tidak bisa menemukannya, bisa-bisa aku keluar batas dan 'menakut-nakuti' setiap orang yang tinggal disini.

Aku akan membalasmu Vrass.
.
.
.
Sesampainya di atap kamarnya, aku berdiam sejenak, melihat lantai balkon yang kosong. Aman untuk dipijak. Kini aku harus memastikan jika Vrass melihat kedatanganku. Pas sekali, dia sedang merapikan ranjangnya yang sedikit berantakan.

Tanpa pikir panjang lagi, akupun segera melompat turun ke lantai balkon, dan membuat tubuhnya kaku pada beberapa detik kemudian. Sepertinya dia menyadari keberadaan seseorang di belakangnya. Mengejutkannya? Tentu saja!

"Hai Vrass! My little Mod?" sapaku dengan nada sedikit sinis.

Aku tidak tahu darimana kalimat yang terakhir berasal. Aku hanya mengucapkannya secara spontan. Tapi aku mengucapkannya seakan-akan aku pernah mendengarnya, bahkan tahu maksudnya.

Ah! Diamlah!

Back to the girl, dia membalikkan badannya yang sudah kaku itu, dan menatapku dengan tatapan terkejut sekaligus takut itu. Mungkin dia terkejut dengan kedatanganku yang sedikit membingungkannya. Tapi, dia takut karena sikapku? Itu patut dipertanyakan.

"Tuan Pingsan? Bagaimana...kau??" ucapnya terbata-bata.

Aku mendekatinya dengan tatapan kesal. Bagaimana tidak! Dia mencampakkanku tanpa mendengarkan penjelasanku terlebih dahulu. Sadis.

Langkahku yang semakin dekat membuat ekspresinya juga semakin berubah. Yang tadinya takut dan terkejut, kini berubah menjadi takut dan marah. Ekspresinya sejak pertama kali aku melihatnya.

Saat aku sudah beberapa senti dari tubuhnya yang hanya setinggi mataku, aku hanya memandangnya kesal. Untuk sesaat, aku bisa melihat setiap inci wajah imutnya itu. Wajah oval sedikit bulat di bagian atas, rambut hitam legam yang terurai mengelomvang dengan rapinya. Mata hitam sedikit abu-abu miliknya mebuatku berkeinginan memilikinya. Bibir tipisnya yang mengkerut membentuk ekapresi kesal membuatku semakin ingin mencubit pipinya yang sedikit tembam itu. Hal itu mengusir rasa kesalku dan digantikan dengan rasa gemas akan dirinya.

"Ternyata benar! Kau terlihat sangat imut dari dekat."

Kata-kata itu kembali terlontar dari mulutku. Entah sudah berapa kali aku menginginkan kata-kata itu tidak keluar di hadapannya di saat-saat seperti ini.

MESS TROUBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang