CAN YOU?

21 2 0
                                    

*VRaSS

Aku terbangun di ranjangku dalam keadaan terselimuti. Selimut yang sangat jarang kugunakan, karena aku tidak pernah merasa kedinginan sama sekali, kini menutupi tiga perempat bagian tubuhku.

Sebenarnya, aku benci dengan selimut, ini seperti aku tidak bebas dengan keterbukaan. Selimut terlalu membatasi gerakku, sehingga aku hanya melipatnya di bagian paling depan ranjang.

"Oh, kau sudah bangun? Selamat malam!"

Danny mengeluarkan kepalanya dari balik pintu kamar. Tatapan mata hijau gelapnya membuat kedua mataku terbuka lebar untuk melihatnya lebih jelas. Dia tersenyum tipis padaku dan kubalas dengan tatapan mengantuk. Aku melihatnya memasuki kamar dengan sesuatu dibawanya. Sebuah nampan berisi sepiring makan malam dan segelas air putih.

"Hai. Sudah sangat lama sejak kau membawakan makan ke kamarku untuk terakhir kalinya. Kuharap kau belum kehilangan kemampuanmu." ucapku sedikit malas berbicara.

Dia meletakkan nampan itu di meja dan duduk di sebelahku yang masih berbaring. Dia tersenyum lebih lebar dan mengangkat tangannya. Hampir saja dia menyentuh kepalaku, namun dengan cekatan, aku langsung menangkap tangannya yang terselubung selimut.

"Masih tidak suka disentuh, huh? Dasar kau." ucapnya menahan tawa. Aku hanya menggeram pelan tanda mengiyakan. Dia menurunkan tangannya dan diletakkannya di bahuku yang terselubung selimut. Aku langsung membuka selimutnya dan membuat Danny harus mengangkat tangannya lagi untuk menghindari ulahku. Kuangkat tubuhku dan memposisikannya duduk di bagian atas ranjang, bersandar di dinding kamar. Aku menatapnya mengantuk dan memberikan senyuman tipis untuk membalasnya.

"Kau menyelimutiku? Kau mau menyentuhku?" tanyaku dengan sinis. Tujuanku sebenarnya bukan untuk bertanya, tetapi menyindirnya yang sepertinya sudah lupa. Dia memiringkan kepalanya dan menjawabku.

"Kupikir kau sudah berubah."

Jawabannya mengejek.

Aku langsung beranjak dari dari ranjangku. Kulangkahkan kakiku keluar dari kamar. Kutinggalkan dirinya di dalam kamarku, dengan antaran nampannya yang tidak berguna. Aku tidak mau menyingkirkan nampan itu begitu saja, tetapi kata-katanya membuatku tidak nafsu makan lagi. Dia sudah mengejekku, dan aku tidak suka itu. Apalagi, setelah kami bersama selama ±10 tahun. Ya, beberapa kali dia meninggalkanku bertugas. Ejekannya menyangkut kebiasaanku pula! Padahal dia tahu, aku tidak akan bisa berubah tanpa ada yang 'mampu' merubah.

Langkah terpaksaku saat turun tangga, ternyata membuat gaduh pendengaran Jacob yang berada di bawah. Dia memandangku dengan tatapan datarnya. Tidak ada senyum, sedih, marah, tidak ada satupun ekspresi disana, kecuali keingin tahuan. Aku melangkah menuju ke dapur, membuka kulkas dan mengambil air dingin di dalamnya.

"Are you okay?" pertanyaan normal yang ditanyakan oleh orang yang tidak normal. Ya, aku berpikir bahwa dia tidaklah normal.

"Sure! Just a bad dream." ucapku singkat.

Dia beranjak dari sofa yang ditempatinya. Langkahnya pelan namun pasti dan penuh kewaspadaan. Kedua tangannya mengikat di belakang, mencoba sopan ala lelaki penggoda. Heh! Aku tidak mudah tertarik.

Dia semakin dekat, hingga dia menyandarkan dirinya di meja dapur, tepat di sebelahku. Ditatapnya diriku lekat-lekat. Sepertinya dia ragu. Didekatkannya kepalanya ke wajahku, membuatku takut di dekatnya saat ini.

"Are you sure if it just a bad dream? Kau tahu, aku bisa deteksi kebohongan." ucapnya serasa mengancam. Aku mengangguk mantap ke arahnya, tanpa menatapnya. Namun jawabanku seperti semakin meragukannya. Dia beranjak berdiri di depanku, menatapku lebih tajam. Dia menyiksaku tanpa menyentuhku, hanya dengan tatapannya, dia sudah membuat seluruh tubuhku menahan sakit karena tatapannya. Dia seperti.....membakarku dengan tatapannya.

MESS TROUBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang