02

27.7K 4.7K 380
                                    

"Mau apa kau memanggilku pagi-pagi begini?" tanya Junmyeon kesal begitu ia tiba di depan apartemen Sehun.

Harusnya ia masih tidur bersama istrinya di rumah, bukannya mengurus Sehun sepagi ini. Bahkan ini hari libur!

Sehun menarik Junmyeon menuju ruang tamunya. Seketika mata pria itu membelalak ketika melihat wanita yang tubuhnya hanya dibalut selimut sedang menggigit roti dengan wajah tanpa dosa. Wanita itu menatap Junmyeon sejenak kemudian melanjutkan makan roti.

Seketika Junmyeon melotot pada Sehun dan mendorong kepala pria itu keras.

"Hei! Apa yang kau lakukan?! Kalau wartawan melihat ini, aku akan kerepotan mengurusimu lagi, bodoh!" maki Junmyeon kesal.

"Makanya aku memanggilmu dulu sebelum wartawan tahu!" tukas Sehun dengan wajah tak kalah kesal.

"Kenapa kau memanggilku bukannya mengembalikan wanita ini ke rumahnya?"

"Ia tidak punya rumah! Lagipula dia ini bukan wanita."

"Terus apa? Kucing?!"

"Dia memang kucing! Coba kau tanya sen... mana dia?"

Wanita itu tak ada lagi di tempatnya. Hanya ada selimut tebal milik Sehun dan seekor kucing putih merangkak keluar dari dalam selimut. Junmyeon membelalak, begitu pula dengan Sehun.

"Apa yang baru saja terjadi?" tanya Junmyeon terkejut.

Sehun yang sama terkejutnya ikut melongo menatap kucing berbulu putih itu. Kucing itu menatap keduanya dengan mata hitam pekatnya dan mengeong.

"Hei, pukul aku! Atau tendang saja aku! Aku pasti sedang bermimpi," gumam Junmyeon membuat Sehun memukulnya. "Hei!"

"Tadi kau minta aku memukulmu," balas Sehun.

Junmyeon hendak membalas perkataan Sehun ketika Sehun tiba-tiba berseru seraya berlari.

"Hei mau ke mana kau?!"

Sehun mengejar kucing berbulu putih yang melompat -sedikit kesusahan karena kakinya retak- hendak menjangkau jendela yang terbuka. Sehun segera menangkap kucing itu dan menggendongnya kembali ke sofa.

Junmyeon termangu menatap Sehun dan kucing berbulu putih itu bergantian. Sehun berbalik, menatap Junmyeon yang nampak begitu shock.

"Bagaimana? Kau mengerti kan?"

🍑🍑🍑

"Hei lihat, aku menemukan artikel tentang siluman kucing!" kata Junmyeon membuat Sehun yang sedang menahan kucing berbulu putih itu menatapnya. Sehun beringsut mendekati Junmyeon yang duduk di sampingnya sambil memangku kucing itu. "Dikatakan ada legenda tentang siluman kucing yang suka memakan jiwa manusia, kemudian berubah menjadi sosok jiwa yang sudah dimakannya untuk menjebak manusia lain."

"Hei, aku hanya suka makan ikan tuna!"

"Jangan berubah menjadi manusia sembarangan!" teriak Sehun seraya dengan cepat meraih selimut untuk menutupi tubuh wanita kucing itu.

Junmyeon ternganga melihat Sehun yang kerepotan sendiri untuk menutupi tubuh wanita itu. Namun, bukan itu yang membuatnya begitu terpana, melainkan tubuh wanita itu terekspos begitu saja di hadapannya.

"Hei! Tutup mulutmu!" kata Sehun pada Junmyeon. "Jangan bilang kau tergoda oleh seekor kucing."

Junmyeon mengerjap, mendapatkan kembali kesadarannya. Ia menatap wanita beraut manis yang duduk diam di pangkuan Sehun. Sehun mengangkat tubuh wanita itu dan meletakannya di sofa.

"Jadi siapa namamu?" tanya Sehun.

"Aku tidak punya nama. Lagipula, Tuan juga belum memberiku nama," katanya membuat Sehun mengernyit.

"Kenapa harus aku yang memberimu nama?"

"Tuan kan majikanku."

"Kata siapa aku majikanmu?!"

"Tuan menolongku, memberiku makan dan tidak memperbolehkanku pergi. Tuan bahkan memangkuku. Sekarang Tuan adalah majikanku."

Sehun menepuk dahinya dan mengusap wajahnya kasar. Ia menjatuhkan diri di sofa lain yang terletak di hadapan wanita itu. Sementara Junmyeon menatap wanita itu penasaran.

"Apa kau benar-benar hanya makan ikan?" tanyanya membuat wanita itu mengerutkan bibirnya.

"Tentu saja!"

"Di mana tempat tinggalmu?"

"Aku tidak punya rumah," ujarnya dengan suara pelan.

Junmyeon melirik Sehun yang ikut meliriknya. Mereka bertatapan sesaat, seolah saling melempar kode. Namun, kemudian Sehun menghela napas berat.

"Baik-baik, aku akan merawatmu, siluman kucing," gerutu Sehun. "Pertama-tama, kau harus punya nama. Nama apa yang kau sukai?"

"Eng, tidak ada. Kau bisa memberiku nama sesukamu."

"Ya, kalau begitu namamu Yoona."

"Aku tidak mau nama itu!"

"Kau bilang tadi sesukaku."

"Iya, tapi aku tidak suka nama itu."

Sehun berdecak pelan.

"Kalau begitu apa? Sujin? Dahye? Atau kita gunakan nama aktris yang sedang terkenal, Song Hye Kyo?"

Wanita itu menggeleng, membuat Sehun menggeram kesal.

"Lalu apa?"

"Kenapa tidak kau beri nama Miu saja?" kata Junmyeon setengah sinis sambil menunjukan kotak kecil berwarna hijau di meja kecil dekat sofa.

Sehun mengerang. Junmyeon pasti akan mengomel. Padahal kotak pengaman itu diberikan oleh fans jailnya.

"Itu bukan punyaku!" balas Sehun membela diri.

"Miu kedengaran bagus!"

Sehun melotot dan menatap wanita itu. Ia tersenyum lebar dengan wajah polos membuat kepala Sehun langsung berdenyut seketika.

"Ya sudah! Namamu Miu!" ketus Sehun membuat Junmyeon hampir menyemburkan tawanya.

"Yang benar saja! Apa kau akan menambah kondom di belakang namanya?" kata Junmyeon.

"Kondom itu apa?" tanya Miu -nama baru wanita kucing itu- dengan wajah ingin tahu.

"Hyung!" tegur Sehun membuat Junmyeon menutup mulut sementara Miu masih menatap keduanya ingin tahu.

"Kondom itu apa?" ulangnya lagi.

Sehun mendesah geram dan beranjak bangkit untuk mendekati Miu.

"Jangan menanyakan hal-hal yang tidak perlu!" ketus Sehun membuat Miu merengut. "Sekarang, aku harus membelikan pakaian untukmu."








🍑to be continued...🍑
















Note :

Ciya yang jawab kai salah ciyeee

Siapa yg jawab kai kmrn siapa??

Udah ah, pake nama Miu lagi. Ga sneng out tq. :*

kitten ; OSHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang