Sehun terbangun dan mendapati Miu masih terlelap, meringkuk di atas dadanya dengan rambut yang agak berantakan. Ia tersenyum bahagia melihat wanita itu. Dengan hati-hati, ia meletakan tangannya di atas punggung wanita itu dan memeluknya.
Wanita itu terlihat begitu mungil dalam pelukannya. Ah, ia memang memiliki postur tubuh yang mungil. Dan itu sangat menggemaskan. Sehun perlahan mengelus punggung telanjangnya lembut.
Miu bergerak perlahan dan membuka matanya. Ia menguap kecil dan mendongak sedikit, mengarahkan pandangannya pada Sehun.
"Aku membangunkanmu?" tanya Sehun yang dibalas dengan gelengan oleh wanita itu.
Ia masih tetap meringkuk di atas tubuh Sehun, membiarkan Sehun mengelus punggung dan rambutnya yang berantakan. Mereka tak saling bicara, hanya saling bertatapan satu sama lain.
"Apa kau lelah?" tanya Sehun memecah keheningan.
"Sedikit," jawab Miu, "Sehun sendiri tidak lelah?"
Sehun mengangkat alisnya dan tersenyum simpul.
"Kenapa aku harus merasa lelah?"
"Aku tidur menimpa Sehun sejak semalam."
Sehun tertawa pelan, mengangkat tubuh wanita itu agar wajah mereka lebih dekat. Ia mengecup bibirnya kilat dan mengelus rambutnya lagi.
"Aku suka saat kau tidur menimpaku," ujar Sehun. "Aku jadi bisa merasakan detak jantungmu."
Miu tersenyum dan menyurukan wajahnya di leher pria itu. Sehun sebenarnya ingin lebih lama berada di posisi ini, tetapi mereka harus segera mandi. Lagipula, jika mereka terus begini, Sehun mungkin akan akan menyerang wanita itu lagi dan bercinta dengannya.
"Miu, bangun dan mandilah," ujar Sehun.
Miu sedikit menjauhkan wajahnya dari leher pria itu dan mencebik. "Tidak mau. Aku mau memeluk Sehun."
"Kau harus mandi, Miu," kata Sehun. "Kalau tidak, kau tidak boleh makan es krim hari ini."
Miu merengut sedikit kesal, tetapi ia tetap menuruti Sehun. "Mandikan aku."
Sehun terkekeh geli, "dasar manja."
Ia menurunkan Miu dari atas tubuhnya dan membaringkan wanita itu di ranjang.
"Aku akan mengisi bathtubnya. Kau tunggulah di sini."
Miu mengangguk dan membiarkan Sehun beranjak menuju kamar mandi. Sepuluh menit kemudian, ia kembali dengan mengenakan handuk di bawah pinggangnya dan menggendong wanita itu ke kamar mandi.
Sehun meletakan Miu di dalam bathtub, kemudian ikut bergabung dengannya. Dulu Sehun sempat ingin merombak bathtubnya yang kebesaran dan membuat kamar mandinya terlihat sempit, tetapi ia bersyukur karena ia tak jadi melakukannya. Setidaknya sekarang bathtub itu berguna.
Miu duduk membelakanginya, bermain dengan busa-busa sabun sambil bersenandung pelan. Sehun tertawa geli melihat tingkahnya. Ia meraih sponge mandi, menambahkan sedikit sabun dan meraih Miu mendekat untuk menggosok tubuhnya.
"Jangan memercik airnya," kata Sehun membuat Miu duduk diam.
Sehun melanjutkan kegiatannya dan terhenti ketika ia melihat tanda pasangan di punggung Miu. Tanda itu terletak di dekat bahunya, terlihat sederhana tapi juga rumit. Hatinya kembali resah. Tanda pasangan sialan. Sehun benar-benar berharap jika tanda itu muncul di tubuhnya. Walau hanya setitik saja, ia sangat mengharapkan tanda itu juga menjadi bagian dari dirinya.
"Sehun?"
Miu berbalik ketika merasakan pergerakan Sehun terhenti. Ia menatap Sehun yang terdiam, menatap tanda di punggungnya dengan wajah berkerut. Namun, wanita itu tak tahu jika tanda itu membebani pikiran Sehun.
"Sehun kenapa?"
Sehun tak menjawab, ia hanya menatapnya lama kemudian menciumnya. Walau sedikit kebingungan, Miu membiarkan pria itu menciumnya dan tak melawan. Pria itu mengangkat tubuhnya, melepaskan ciumannya sejenak dan menatapnya lekat. Sementara Miu balas menatapnya dengan wajah bertanya.
"Aku mencintaimu."
Dan Sehun kembali mencium wanita itu, mengulangi percintaan mereka semalam di dalam bathtub.
🍑🍑🍑
Bel apartemen Sehun berbunyi. Sehun beranjak dari kamarnya untuk membuka pintu. Ia mendapati Jongin berdiri di depan pintu dengan wajah menilai kemudian pria tan itu mengumpat.
"Sialan kau! Aku baru saja mengingatkanmu kemarin untuk tidak meniduri Kakakku dulu!"
Sehun menyeringai, "maaf." Namun, tak ada penyesalan dari nada bicaranya.
Jongin mendengus dan menerobos masuk. Kemudian mendudukan dirinya di sofa.
"Aku mau mengantar kue buatan Soojung untuk Kakakku," ujar Jongin, "tapi aku mau melihat Kakakku dulu baru pergi."
"Ia baru selesai mandi dan aku sedang mengeringkan rambutnya. Kalau kau tak keberatan, kau bisa menunggu."
"Tentu saja aku akan menunggu."
"Ya sudah." Sehun berbalik, hendak beranjak menuju kamarnya lagi ketika Jongin tanpa sengaja melihat sinar keperakan di punggungnya yang tertutupi kaus.
Jongin mengerjap, tetapi tak mengatakan apa-apa. Mungkin ia salah lihat, pikirnya. Jongin tetap diam di sofa, menunggu hingga Miu keluar. Sekitar lima belas menit menunggu, Miu keluar dari kamarnya dengan rambut yang dikuncir rapi dan kissmark di sekitar lehernya.
Sehun keluar dari kamar dengan wajah santai, membuat Jongin menggeram kesal. Kenapa Miu bisa memilih majikan semesum dia? Ia akui jika ia sendiri memang mesum, tetapi apa Miu juga harus mendapat pria mesum sepertinya?
"Jongin ada apa?" tanya Miu dengan ceria.
Jongin menatap Miu dari atas ke bawah. Selain kissmark di lehernya, tak ada hal lain yang mengganggu penampilannya. Wanita itu terlihat begitu ceria dengan pipi merona. Dan, ketika itu juga Jongin menyadari jika keduanya baru saja selesai dengan kegiatan orang dewasa mereka.
"Aku mengantar kue buatan Soojung. Kakak bilang, kakak suka kuenya kan?" kata Jongin.
Miu mengangguk senang, "berikan kuenya, aku lapar."
Jongin berdecih sinis dan melirik Sehun yang sedang berada di dapur, mengambilkan minuman untuknya. Sehun sedang memunggungi mereka. Lagi-lagi, Jongin melihat sinar keperakan itu berpendar di punggungnya beberapa lama hingga akhirnya sinar itu menghilang.
Sepertinya tanda pasangan milik Sehun sudah timbul. Sehun berbalik menghampiri mereka sambil membawakan minuman.
"Sekarang sudah hampir jam sebelas siang dan Kakakku kelaparan. Apa kau benar-benar mengurusnya?" tanya Jongin menyindir.
"Biasanya ia sudah makan jam delapan, tetapi kami ada sedikit urusan yang menyenangkan pagi ini. Ya kan, Miu?"
Miu yang sedang sibuk dengan kue yang dibawakan oleh Jongin beralih menatap Sehun sedikit bingung, tetapi mengangguk mengiyakan. "Iya."
Jongin berdecih kesal. Sampai kapanpun, ia tidak ingin merestui pria semacam Sehun menjadi adik iparnya.
"Jangan terlalu senang, tandamu masih belum muncul," ledek Jongin membuat raut Sehun berubah.
Jongin tertawa dalam hati. Ia tahu tanda itu sudah muncul, tapi ia tak akan memberitahu Sehun. Memangnya apa yang bisa diharapkan dari Jongin? Biarkan saja Sehun resah sendiri dan mengetahuinya jika tanda pasangannya sudah muncul nanti.
Paling tidak mereka berdua sudah ditetapkan menjadi pasangan oleh alam.
🍑end🍑