29

21.9K 3.5K 433
                                    

Miu sedang duduk di karpet, menonton TV sambil memeluk plushienya. Sehun tak bisa berhenti tersenyum ketika melihat wanita itu duduk di tempatnya seperti biasa. Kucingnya, ah bukan sekarang ia adalah wanitanya, wanita kucingnya sudah pulang.

Miu sempat bermain dengan Vivi tadi, tetapi Vivi sudah kelelahan dan sekarang sudah tertidur.

"Sudah gosok gigi?" tanya Sehun sambil mendekati Miu.

Miu mengalihkan pandangannya dari TV dan mengangguk. Sehun mengusap rambutnya.

"Kalau begitu, ayo tidur. Sudah malam," ujar Sehun.

Miu beranjak bangkit dan mengikuti Sehun. Sehun mematikan TV dan lampu ruangan, kemudian membawa wanita itu ke kamarnya. Seperti biasa, Miu meringkuk di tempatnya, sementara Sehun mematikan lampu kamar dan menyalakan lampu tidur. Ia kemudian membaringkan diri di samping wanita itu dan memeluknya.

Miu sedikit terkejut karena Sehun memeluknya. Selama ini, pria itu tak pernah memeluknya ketika hendak tidur. Namun, wanita itu menyukainya. Sehun mengelus rambutnya lembut.

"Sehun," panggil Miu.

"Ada apa?" jawabnya lembut.

"Kalau Sehun mau berpasangan dengan Kakak itu, tidak apa-apa kok. Asal Sehun jangan membuangku."

Sehun mengeratkan pelukannya dan mengecup kening wanita itu.

"Kucing bodoh. Mana mungkin aku membuangmu."

Miu tersenyum tipis dan menyurukan kepalanya ke dada bidang Sehun.

"Aku sayang Sehun."

Sehun terdiam. Ah, jantungnya kembali berdegup dan hatinya berdesir. Namun, rasa ragu menyelundup masuk dalam dirinya. Miu menyayanginya, tapi sebagai apa?

"Kau menyayangiku?" tanya Sehun. Miu mengangguk, masih dengan wajah tersembunyi di dadanya.

"Sebagai apa?" tanya Sehun lagi pelan. Namun, ia tak mendapat jawaban. Sehun mengurai pelukannya dan menatap wajah Miu. "Sebagai apa kau menyayangiku?"

Miu tak menjawab dan hanya menatap Sehun bingung. Sehun menghela napas seraya mengusap wajah wanita itu.

"Aku mencintaimu," bisik Sehun.

Miu menatap Sehun lagi dan perlahan menurunkan pandangannya. Tangannya bergerak jahil menarik-narik kancing piyama Sehun.

"Aku sangat menyayangi Sehun," katanya pelan. "Lebih sayang daripada aku sayang Jongin." Wanita itu diam lagi dan berpikir sejenak. "Kalau aku harus menyerahkan hidupku untuk Sehun, maka aku akan melakukannya."

Sehun merasa tenang sekarang. Setidaknya, perasaannya bersambut. "Tidak. Aku tidak akan membiarkanmu menyerahkan hidupmu untukku. Pria sejati tidak akan membiarkan wanitanya berkorban demi dirinya."

Sehun tersenyum dan menangkup wajah Miu, kemudian menunduk untuk menciumnya. Ciuman itu terasa manis dan juga tulus. Namun, perlahan Sehun kehilangan dirinya. Bibirnya bergerak tanpa diperintah, melumat dan menghisap bibir mungil itu.

Dan tanpa diperintah, tubuh Sehun bereaksi dengan sendirinya. Ereksinya kembali. Tangannya bergerak mengelus pinggang wanita itu dan menyingkap pakaian tidur yang dikenakannya.

Sehun melepaskan bibirnya dari wanita itu dan perlahan menarik lepas pakaian tidur Miu melewati kepalanya. Sehun merapatkan tubuhnya dan kembali mengelus pinggangnya. Miu mengerang, menatap Sehun dengan mata hitam pekatnya yang selalu berpendar indah.

"Sehun..."

Sehun menggesekan hidungnya pada hidung wanita itu dan kembali menciumnya. Kemudian, bibirnya perlahan menemukan jalannya menuju leher wanita itu sementara tangannya bergerak melepaskan celana yang dikenakannya. Sehun melemparkan celananya sembarangan kemudian mengelus pahanya lembut.

"Nghh, geli..."

Erangan wanita itu, entah mengapa terdengar menggemaskan tapi juga menggairahkan bagi Sehun di saat yang bersamaan. Sehun kembali menggigit lehernya sementara tangannya perlahan merayap naik untuk melepas kaitan branya dan menariknya lepas dari tubuh wanita itu dengan sedikit tak sabaran. Tangannya kembali bergerak, menyentuh buah dadanya dan meremasnya lembut.

Miu mengerang kecil dan menggeliat pelan, mencoba menjauh dari Sehun. Namun, pria itu menarik tubuhnya mendekat dan meneruskan kegiatannya.

"Sehun, berhenti..." pintanya sedikit memelas. "Geli."

Sehun menghisap dan menggigit lehernya cukup kuat baru kemudian berhenti. Ia menatap Miu lurus.

"Aku mencintaimu," bisiknya. "Seluruh hidupku, aku ingin menghabiskannya denganmu."

Miu menatapnya dengan wajah sayu dan tersenyum manis. "Aku juga. Aku juga ingin menghabiskan hidupku bersama Sehun."

Ia tersenyum. Ucapan wanita itu cukup untuk membuatnya merasa begitu bahagia. Sehun mendekatkan wajahnya lagi pada wajah Miu dan menatapnya lekat.

"Bisakah aku melanjutkannya?"

Miu mengerutkan kening, kebingungan karena ucapan Sehun. Namun, Sehun bergerak lebih dulu tanpa menunggu jawabannya, menekan tubuh wanita itu hingga telentang di ranjang dan menciumnya lagi seraya melepaskan piyamanya. Kemudian, ia merengkuh tubuh wanita itu, mendudukannya di atas perutnya dan memegang pinggangnya.

"Begini lebih baik," bisik Sehun dan menekan punggung wanita itu, mendekatkan bibirnya pada buah dadanya dan mengulumnya lembut tapi juga penuh hasrat.

Miu mengerang, tidak, ia mendesah, membuat Sehun mencapai titik di mana ia tak peduli tentang apapun. Ia tak peduli jika tanda pasangan Miu tak ada pada tubuhnya. Ia tak peduli jika Miu bahkan masih di bawah umur. Ia bahkan tak peduli lagi apakah ia harus menggunakan pengaman atau tidak.

Yang ia tahu hanyalah ia memiliki wanita itu malam ini.






🍑to be continued...🍑

kitten ; OSHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang