"Kau dan istrimu sudah gila ya?!"
Itulah kalimat pertama yang Sehun ucapkan ketika Junmyeon meneleponnya keesokan paginya. Sehun hampir tak bisa menahan dirinya semalam. Wanita kucing itu benar-benar membuatnya hampir sakit jiwa. Tidak, itu bukan sepenuhnya kesalahan Miu. Itu kesalahan Junmyeon dan Seohyun yang gila.
"Jangan marah-marah begitu. Kau harusnya berterimakasih pada Seohyun."
"Hei, Sehun, bagaimana lingerie yang kupilihkan?"
"Berterimakasih apa! Dan Noona, aku benar-benar akan melemparmu ke laut jika kau memberinya pakaian sialan itu lagi."
"Hei, jangan kurang ajar pada istriku! Kau harus berterimakasih pada kami karena setidaknya kau bisa memuaskan dirimu semalam. Bagaimana? Sudah puas?"
"Tutup mulutmu!"
"Apa kau tidak menyerangnya?"
"Diam!"
"Serius kau tidak melakukan apa-apa padanya? Wow, aku bisa bayangkan bagaimana sakitnya hasrat yang tak terpuaskan."
"Sekali lagi kau bicara tentang ini, aku benar-benar akan menghajarmu sampai babak belur!"
"Iya-iya, aku diam."
"Mau apa meneleponku?"
"Aku cuma mau bilang kado-kado dari fansmu akan dikirim ke apartemenmu hari ini. Sepertinya akan sampai nanti siang."
"Harusnya kau langsung menyumbangkan kado-kado itu."
"Tidak bisa begitu. Paling tidak, lihatlah dulu kadonya. Soal disumbangkan, kau bisa pikirkan hal itu setelah melihat kadonya."
"Terserahlah."
"Dan ngomong-ngomong, kau bodoh sekali karena sudah melewatkan kesempatan emas. Semalam itu harusnya kau serang saja kucing itu..."
Sehun mendengus dan mematikan sambungan telepom begitu saja, tidak mau mendengar ocehan Junmyeon lebih jauh lagi. Ia bisa gila jika harus mendengar ocehan tidak penting Junmyeon.
Pintu kamarnya terbuka dan Miu keluar dari sana. Wanita kucing itu mengenakan kaus putih polos ukuran jumbo tanpa celana. Sepertinya wanita kucing itu mengira jika kaus itu adalah terusan.
Sehun lagi-lagi menelan ludah. Ia mengerang pelan dalam hati dan mengusap wajahnya. Ayolah, kenapa rasanya Miu terus menerus menguji libidonya sejak kemarin? Lagipula, bukankah penampilan Miu sehari-harinya selalu seperti itu?
"Selamat pagi Sehun!" sapa Miu ceria.
Sehun melirik wanita itu sejenak dan bergumam pelan, menyahuti sapaannya acuh tak acuh. Miu terdiam melihat reaksi Sehun. Biasanya, Sehun akan membalas sapaannya dengan hangat. Kenapa pria itu begitu dingin? Apa ia marah padanya?
"Ayo, makan," kata Sehun tanpa menatapnya.
Ah, ada apa ini? Miu ingin bertanya mengapa Sehun tak mau menatapnya, tetapi pria itu terlihat sedikit menyeramkan hari ini, membuat Miu mengurungkan niatnya.
"Iya." Miu berjalan menuju meja makan dengan sedikit lesu.
Apa ia berbuat salah lagi?
🍑🍑🍑
Sekitar pukul satu siang, kado kiriman penggemar-penggemar Sehun tiba. Sehun sedikit kerepotan dengan kado-kado yang datang. Ada banyak hadiah yang diberikan oleh penggemarnya, membuatnya harus membereskan semua sendiri.
Sementara Miu hanya diam sambil menatap Sehun yang nampak sibuk dengan rasa ingin tahu yang tinggi. Sedari tadi, ia duduk tak jauh dari Sehun dan hanya diam melihat Sehun yang sedang membongkar kadonya.