Sehun menatap Vivi dan Miu yang sedang bermain di karpet. Keduanya kelihatan asyik sendiri dan mengabaikannya sejak tadi. Kedua hewan itu kini telah meringkuk di karpet karena lelah bermain.
"Hei, Miu," panggil Sehun.
Miu segera berdiri dan menghampiri Sehun, kemudian duduk di lantai dan mendongak menatap Sehun yang masih duduk di ranjang.
"Kenapa kau duduk di situ?" Sehun mengernyit. Walaupun sebagian sifat Miu masih seperti kucing, ia tetap tak tega membiarkannya duduk di lantai dalam wujud wanita seperti ini. "Duduk di sini."
Miu beranjak bangkit dan duduk di samping Sehun.
"Aku masih belum tahu banyak tentangmu," kata Sehun sambil menatap Miu. "Kau bilang, kau tidak punya rumah. Lalu kau tidur di mana selama ini?"
"Aku tidur di gang sempit itu."
"Bagaimana kau mendapat makanan?"
"Biasanya aku makan ikan yang dibuang oleh Paman Gendut yang ada di pasar," jawab Miu membuat Sehun merinding. "Oh, iya, kadang ada Kakak Baik Hati yang memberiku makan."
"Kakak Baik hati? Ia seorang pria?" tanya Sehun penasaran.
"Iya. Kadang ia memberiku sedikit bekalnya."
"Lalu kenapa kau tidak mengikuti Kakak Baik Hatimu itu?"
"Kami jarang bertemu. Lagipula, Kakak Baik Hati itu selalu bilang padaku untuk tidak mengikutinya masuk ke rumah sakit," oceh Miu. "Padahal, aku mau lihat isi rumah sakit itu seperti apa."
"Kakak Baik Hatimu itu bekerja di rumah sakit ya?" gumam Sehun membuat Miu menatapnya sedikit bingung. "Sudahlah. Apa yang kau lakukan sebelum ini?"
"Bermain?" kata Miu tak yakin. "Aku mengejar kupu-kupu dan kadang bermain bola dengan Pufle."
"Pufle?"
"Itu kucing ras temanku yang tinggal dengan Nenek Pai Apel."
Sepertinya Miu punya banyak teman. Wajar saja karena ia kucing yang manis. Namun, kenapa tidak ada yang mau memeliharanya?
"Kenapa kau baru punya majikan sekarang?"
"Aku sebenarnya tidak mau punya majikan. Aku lebih suka hidup bebas," kata Miu.
"Lalu kenapa kau bilang aku ini majikanmu? Bukankah kau mau hidup bebas?" Sehun mengerutkan kening heran.
"Karena Sehun sudah menyelamatkanku, aku memberikan diriku untuk Sehun."
"Apa yang maksud memberikan diri? Aish, Harusnya aku tidak usah menyelamatkanmu," gumam Sehun lagi, "kau lapar?"
Miu mengangguk.
"Aku akan menyuruh petugas hotel membawa makanan. Duduklah dengan tenang di sini," kata Sehun.
Miu menurut dan menatap Sehun yang beranjak menuju telepon hotel. Sehun nampaknya menyuruh Junmyeon untuk memesankan makanan. Kemudian ia kembali melirik Miu yang masih diam di tempatnya dan menatap Sehun dengan raut tanpa dosa.
Siluman kucing ini benar-benar sangat penurut, pikir Sehun. Vivi saja yang sudah lama tinggal bersamanya tidak sepenurut ini. Sehun beranjak mendekati Vivi yang tertidur. Ia mengusap tubuhnya sejenak dan beralih menatap Miu.
Rambut Miu yang panjang dan terlihat agak kusut membuat Sehun mengerutkan keningnya. Ia mengambil sisir hotel dan beranjak mendekati Miu, kemudian duduk di sampingnya.
"Berbalik, aku akan menyisir rambutmu."
Miu menatap Sehun sejenak, kemudian beralih pada sisir di tangannya. Ia mendekat pada Sehun dan membaringkan dirinya di paha pria itu. Ia meringkuk seperti kucing -tentu saja, ia siluman kucing- dan berbaring dengan tenang.
Sehun terkejut. Ia bahkan tak bisa mengatakan apapun sejak awal Miu membaringkan dirinya di pahanya. Namun, Sehun tak mengatakan apapun. Miu itu kucing, wajar saja ia manja pada majikannya. Dan seingat Sehun semua kucing itu sangat manja, itulah alasannya ia tidak terlalu menyukai kucing. Namun, ia tetap saja mengadopsi wanita kucing itu.
Sehun mulai menyisir rambut Miu yang panjang dengan lembut, berusaha agar tidak menyakitinya. Sementara Miu membenarkan posisinya yang meringkuk, hingga Sehun menyadari sesuatu saat wanita kucing itu bergerak. Ia tarik kembali ucapannya tentang Miu yang penurut.
"Miu, kenapa kau tidak pakai bramu?!"
Miu tak menjawab. Wanita kucing itu sudah tertidur. Sehun menghela napas dan menyelesaikan kegiatan menyisirnya. Kemudian, ia mencoba mengangkat tubuh Miu yang tertidur tanpa menyentuh bagian tubuhnya yang tak boleh ia sentuh. Namun, ia tetap terpaksa harus menyentuhnya karena posisi meringkuk wanita kucing itu membuatnya sedikit kesulitan.
"Dasar kucing nakal," gerutu Sehun kemudian menghela napas pelan.
🍑🍑🍑
Petugas hotel mengantarkan makanan ke kamar Sehun setengah jam kemudian, membuat Miu terbangun karena mencium aroma sandwich tuna yang menggugah selera makannya.
"Aku lapar," ujar Miu.
"Kemari," kata Sehun.
Miu beranjak turun dari tempat tidur dan menghampiri Sehun. Ketika ia berada di hadapan Sehun, pria itu menyentil dahinya.
"Kenapa kau tidak pakai bramu?"
"Benda itu terlalu sempit, dadaku sesak."
Sehun menurunkan pandangannya ke arah dada wanita kucing itu dan kembali menatap wajahnya. Sepertinya tebakannya tentang ukuran dada gadis itu agak meleset.
"Akan kubelikan ukuran yang lebih pas untukmu. Sementara kau pakai itu dulu," kata Sehun. "Aku bisa gila melihatmu berkeliaran tanpa bra."
Sehun berbalik dan mengambil sandwich tuna yang sengaja dipesannya untuk wanita itu.
"Duduk dan makanlah. Aku akan meminta Junmyeon untuk memanggil penata rambut dan merapikan rambutmu."
Miu hanya mengangguk walau sebenarnya ia tak tahu apa maksud ucapan Sehun. Ia mendudukan dirinya di kursi dan memakan sandwichnya dengan tenang.
🍑to be continued...🍑