Sehun menatap Miu yang sedang melahap serealnya. Ia segera mengalihkan pandangannya dan menarik napas. Tidak, Sehun masih belum bisa menerima jika ia jatuh hati pada wanita kucing itu. Lebih parah lagi, wanita kucing itu membuat hasrat prianya terus menerus bangkit sejak semalam.
Karena hal itu, Sehun jadi tak berani menyentuh wanita kucing itu. Bagaimana jika ia lepas kendali dan menghabisi Miu begitu saja? Membayangkannya saja sudah membuat seluruh tubuh pria itu tersengat. Astaga.
"Aku akan pulang sedikit larut malam ini. Seohyun akan menemanimu," kata Sehun tanpa menatap Miu.
"Benarkah? Apa Sehun tidak bisa pulang lebih cepat?"
"Tidak." Bisa, tapi aku akan terus berpikir untuk menyerangmu jika pulang lebih cepat. "Jangan bermain di bawah meja. Kalau mau makan, di kulkas ada banyak kue dan es krim."
Sehun beranjak pergi meninggalkan Miu begitu saja, membuat wanita kucing itu mengerutkan alisnya dengan bibir mengerucut. Kenapa Sehun tidak mengelus rambutnya sebelum pria itu pergi?
🍑🍑🍑
Sehun menghela napas dan mendudukan dirinya di depan meja rias. Perasaannya benar-benar kacau hari ini, membuat pemotretannya berjalan lama.
"Ada apa denganmu?" tanya Junmyeon menghampirinya sambil membawa botol air mineral. "Kau ada masalah?"
Sehun mengambil botol air mineral dari tangan Junmyeon dan membuka tutupnya, kemudian ia meneguk air mineralnya cepat. Sementara Junmyeon masih menatapnya terheran.
"Kau ada masalah dengan ibumu lagi?"
"Tidak," ujar Sehun.
Sehun menghela napas keras, membuat Junmyeon semakin heran.
"Lalu kenapa?"
Sehun tak menjawab dan malah memejamkan matanya. Ia benar-benar pusing. Junmyeon mendengus pelan, kemudian beranjak hendak pergi meninggalkan pria itu. Namun, Sehun tiba-tiba membuka mata dan memanggilnya.
"Hyung."
Junmyeon berbalik dan menghampiri pria itu lagi.
"Apa?"
"Apa benar-benar terlihat?" tanya Sehun.
"Apanya yang benar-benar terlihat?"
Sehun menarik napas panjang, sebelum menyahut, "apa benar-benar terlihat jika... jika aku jatuh hati pada kucing itu?"
Junmyeon menatap Sehun dengan alis terangkat. Detik berikutnya, ia menarik sebuah kursi dan duduk di dekat Sehun.
"Sangat terlihat," ujar Junmyeon. "Kenapa? Kau mau mengakui jika kau jatuh hati padanya?"
Sehun melirik Junmyeon yang nampak sangat tertarik. Bagaimanapun juga, ia sudah tak bisa mengelak ataupun menyangkal lagi. Ia jatuh hati pada wanita kucing itu.
"...kurasa begitu," kata Sehun akhirnya.
Junmyeon terdiam, tetapi ia tersenyum setelahnya dan tertawa kencang. Ia menepuk bahu Sehun beberapa kali.
"Akhirnya kau mengakuinya juga." Junmyeon menarik napas dan menghentikan tawanya. "Kubilang juga apa, kau pasti akan jatuh hati pada kucing itu. Apalagi setiap hari kau bertemu dengannya."