Sudah enam bulan lebih Miu tinggal bersama Sehun. Wanita itu sudah lebih pandai dan bisa melakukan semuanya sendiri. Meskipun begitu, Sehun tetap tak bisa membiarkannya melakukan semua hal seorang diri. Miu kadang sangat ceroboh dan sering melukai dirinya sendiri, membuat Sehun selalu kesal tapi juga cemas bukan kepalang.
Seperti sekarang ini. Miu membuat kepalanya sendiri terantuk meja. Entah apa yang sedang ia lakukan, tetapi ia sekarang meringis pelan sambil mengusap kepalanya.
"Kan sudah kubilang, jangan main di bawah meja!" omel Sehun sambil menuntun Miu keluar dari meja dan membawanya menuju sofa. "Kenapa kau selalu bermain di tempat itu?" Sehun mengusap kepalanya lembut sambil mengomel. "Apa susahnya menurutiku?"
Sehun baru saja hendak mengomeli Miu lagi ketika bel apartemen Sehun berbunyi. Sehun beranjak pergi sejenak dan memeriksa siapa yang datang. Detik selanjutnya, ia kalang kabut sendiri ketika mengetahui jika Yeon Seok datang bersama Ibunya.
Sehun berbalik menuju Miu yang masih duduk di sofa.
"Masuk ke kamar dan kembalilah jadi kucing," kata Sehun.
Miu menurut dan berjalan masuk ke kamar Sehun. Sementara Sehun kembali ke pintu dan membukanya.
"Kenapa lama sekali membuka pintunya?" omel Nyonya Oh kemudian beranjak masuk.
Sehun menatap Yeon Seok yang hanya mengangkat bahu, menandakan jika ia sendir tak tahu kenapa Ibunya datang. Yeon Seok ikut masuk ke dalam apartemennya, sementara Sehun menutup pintu.
"Kenapa Ibu datang?" tanya Sehun. "Hyung juga. Bukankah kau seorang dokter? Kenapa kau meninggalkan pasienmu dan berkunjung kemari?"
Yeon Seok tersenyum simpul dan melirik Nyonya Oh, seolah berkata aku-hanya-menuruti-keinginan-Nyonya-Besar-Oh.
"Anak ini!" Nyonya Oh berdecak. "Kau bukannya menyuguhkan minuman malah bertanya kenapa aku datang!"
"Iya, iya. Aku ambilkan!" kata Sehun sedikit kesal. "Ibu dan Hyung duduklah dulu. Aku akan mengambil minuman."
Sehun beranjak menuju dapur dan menuangkan jus ke gelas. Kemudian kembali ke ruang tamu dan meletakan gelas di atas meja.
"Kau sendirian?" tanya Nyonya Oh membuat Sehun merasa sedikit panik.
"Memangnya Ibu mengharapkan aku tinggal dengan seseorang?"
Nyonya Oh mendengus. Namun, kemudian tatapannya tertuju pada sebuah jepit rambut yang tergeletak di atas meja. Nyonya Oh meraih jepit rambut itu dan menatap Sehun penasaran.
"Ini punya siapa?"
"O-oh, itu punyaku."
Alasan yang luar biasa cerdas, Oh Sehun.
Sehun melirik Yeon Seok yang mengangkat sebelah alis dan tersenyum simpul, seolah berkata kau-membawa-wanita-tinggal-di-sini-ya.
"Kau punya kekasih?" tanya Nyonya Oh ingin tahu.
"Tidak," jawab Sehun cepat.
Nyonya Oh mengerutkan keningnya tak percaya dan beranjak menuju kamar Sehun dan membukanya.
"Ah, Ibu!"
Sehun ikut berdiri, mencoba mencegah ibunya masuk ke kamarnya. Namun, Nyonya Oh sudah lebih dulu melangkah masuk. Wanita paruh baya itu mengerutkan kening ketika melihat pakaian wanita yang berhamburan di tepi ranjang Sehun. Pakaian yang tadi dikenakan Miu.
Sementara Miu berada di atas ranjang, mengeong pelan dan menatap Nyonya Oh ingin tahu.
"Apa ini? Kau punya kekasih kan?!" Nyonya Oh menatap Sehun dengan senyum penuh kemenangan di wajahnya.
Sehun menghela napas pelan dan terpaksa berbohong. "Iya."
Yeon Seok ikut menyusul ke dalam kamar Sehun dan melihat-lihat kamar adiknya itu. Ketika melihat Yeon Seok, Miu yang duduk di atas ranjang melompat turun dan menghampiri Yeon Seok sambil mengeong senang.
"Oh, Whitney!" kata Yeon Seok sambil tersenyum dan mengelus Miu. Miu nampak senang dan mengeong lagi. "Kenapa Whitney bisa bersamamu?" tanya Yeon Seok pada Sehun.
Sehun terdiam sesaat dan menatap Miu yang bermanja-manja pada Yeon Seok. Kenapa tiba-tiba ia merasa begitu sebal ya?
"Namanya Miu, bukan Whitney," ujar Sehun datar, terdengar tak senang. "Miu, kemari!"
Kali ini, Miu menghiraukan panggilan Sehun dan tetap bercengkerama dengan Yeon Seok. Kucing itu bahkan merapatkan tubuhnya pada kaki Yeon Seok, membuat Yeon Seok tersenyum dan mengelusnya lembut.
"Miu."
Sayangnya, Miu tak mendengar panggilan pria itu. Sehun berdecak kesal melihat Miu yang tak menurutinya dan menghampiri kucing itu, kemudian menggendong Miu dalam pelukannya.
"Kenapa kalian kemari?" tanya Sehun lagi setengah kesal.
"Ibu cuma mau melihat keadaanmu dan mengundangmu makan malam," kata Nyonya Oh. "Tadinya Ibu ingin mengenalkanmu pada anak teman Ibu, tetapi ternyata kau sudah punya kekasih. Baguslah, Ibu tidak perlu khawatir lagi padamu." Nyonya Oh tersenyum senang. "Siapa nama kekasihmu? Mana dia?"
"Miu," jawab Sehun spontan.
"Apa?"
"Miu, namanya Miu. Seperti nama kucing ini," ujar Sehun cepat, menyemburkan kebohongan spontan. "Ia sedang pergi berbelanja bahan makanan."
"Nama kekasihmu terdengar manis," kata Nyonya Oh. "Akhir pekan nanti, pulanglah ke rumah dan ajak kekasihmu. Ayo Yeon Seok kita pulang. Ibu bisa tidur dengan tenang sekarang."
Yeon Seok tertawa tanpa suara dan menatap Sehun dengan isyarat khas kakak-beradik. Nyonya Oh dan Yeon Seok berjalan keluar dari kamar Sehun. Sehun mengikuti keduanya sambil menggendong Miu, dan mengantar keduanya sampai ke pintu.
"Kami pulang dulu. Jangan lupa akhir pekan nanti," kata Nyonya Oh mengingatkan.
Sehun hanya bergumam mengiyakan dengan setengah hati. Sementara Yeon Seok menunduk dan tersenyum sambil menatap Miu.
"Kupikir Whitney menghilang. Syukurlah ia mau mengikutimu," ujar Yeon Seok sambil mengelus kepala Miu dan menciumnya. "Sampai jumpa, Whitney."
Hal itu membuat Sehun kesal setengah mati. Hei, ia saja tak pernah mencium Miu! Kenapa Yeon Seok berani sekali mencium kucingnya?
"Miu, bukan Whitney," sahut Sehun datar, menahan rasa jengkelnya.
Sementara Miu mengeong dalam gendongan Sehun dan menatap Yeon Seok dengan mata hitam pekatnya. Kucing itu terlihat sedih karena ditinggal Yeon Seok. Ah, ini membuat Sehun benar-benar jengkel. Nyonya Oh dan Yeon Seok akhirnya pergi, meninggalkan Sehun yang kesal setengah mati dan si kucing Miu sendirian.
Sepertinya wanita kucing itu akan dimarahi habis-habisan oleh Sehun setelah ini.
🍑to be continued...🍑
