03

24.8K 4.5K 485
                                    

Membeli pakaian untuk Miu bukan menjadi masalah bagi Sehun. Ia tahu apa yang dibutuhkan oleh wanita kucing itu dan soal ukuran, Sehun bisa menebaknya dengan ketepatan yang hampir akurat. Yang jadi masalah adalah, bagaimana cara mengajari Miu mengenakan pakaian.

Hei, Sehun adalah pria normal. Sekalipun Miu adalah siluman kucing, ia tak mungkin mengajari wanita itu bagaimana cara mengenakan bra begitu saja.

"Bagaimana? Sudah selesai?" tanya Sehun keras di depan pintu kamar mandi.

Pintu terbuka dan Miu masih belum mengenakan pakaiannya. Wanita itu bahkan masih telanjang. Sehun membuang pandangannya.

"Hei, aku menyuruhmu mengenakan pakaian!" omel Sehun kesal.

"Pakaian itu apa? Lalu aku harus apa dengan kain-kain yang Tuan berikan?"

"Ah, kau ini!"

Sehun mendorong Miu kembali masuk ke kamar mandi dan mendapati pakaian yang ia belikan tergeletak tak rapi di atas wastafel. Sehun meraih celana dalam berenda -ia tak tahu mengapa Junmyeon membelikan celana dalam berenda untuk siluman kucing itu- dan memberikannya ada Miu, masih berusaha membuang pandangannya ke arah lain selain tubuh wanita itu.

"Pakai ini lebih dulu," kata Sehun.

Miu mengambil celana dalam yang diberikan Sehun dan menatapnya sejenak, kemudian memasukan tangannya.

"Begini?"

"Bukan di tangan!" ujar Sehun frustasi dan merampas celana dalam itu.

Ia akhirnya menunduk dan susah payah mengenakan celana dalam untuk wanita itu tanpa melihat tubuhnya. Sehun kemudian berbalik dan mengambil bra wanita itu.

"Gunakan ini di dadamu," kata Sehun yang dibalas oleh Miu dengan wajah bingung. "Astaga!"

Sehun membalik tubuh Miu hingga memunggunginya, mengenakan bra untuknya.

"Kau punya tato?" Sehun mengerutkan kening ketika ia melihat tato ukiran yang sedikit rumit di punggung Miu.

"Itu tanda pasangan," ujar Miu. "Kalau aku kawin, pasanganku akan punya tanda yang sama."

Sehun bergidik mendengar ucapan Miu. Kawin? Memangnya ia hewan? Ah iya, wanita itu kan memang hewan, tepatnya seekor kucing, lebih tepatnya lagi siluman kucing.

"Bukannya kalian berganti pasangan?" ujar Sehun tanpa ingin tahu jawabannya.

"Kami bukan manusia yang suka gonta-ganti pasangan," jawab Miu membuat Sehun hampir tersedak ludahnya sendiri.

Ia membuka mulut hendak membalas, tetapi yang dikatakan wanita itu memang benar. Zaman sekarang, semua orang berganti pasangan tiap malamnya. Lebih parah daripada hewan.

"Kau sudah pernah... kawin?" Sehun mengambil kaus longgar berbahan katun, kemudian membalik badan Miu menghadapnya dan memasukan leher kaus itu ke kepala Miu.

"Belum, tapi Ibu bilang kalau sudah punya puting susu artinya bisa..."

"Tidak usah dilanjutkan!" sergah Sehun cepat seraya memasukan kedua tangan wanita itu ke dalam kaus. "Berapa usiamu?"

"Emm, aku tidak ingat."

Sehun menghela napas. Ia tak punya informasi apapun tentang wanita ini. Ia mengambil celana pendek dan memakaikannya untuk Miu.

"Sudah," katanya. "Apa kau punya waktu tertentu untuk berubah ke wujud kucingmu?"

Miu menggeleng.

"Aku berubah sesuka hatiku."

"Kau pernah berubah menjadi manusia sebelum ini?"

"Belum pernah, tapi jadi manusia itu menyenangkan!"

Sehun mendengus pelan.

"Lalu, wujud manusiamu ini bukan wujud dari jiwa yang kau makan kan?"

"Aku tidak makan jiwa manusia!" Miu menatap Sehun dengan kening berkerut.

Sehun menarik Miu keluar dari kamar mandi dan teringat sesuatu.

"Tadi kau bilang kau punya Ibu?"

"Iya."

"Mana Ibumu?"

Mendadak wajah wanita itu berubah murung.

"Sebuah roda besar menabrak Ibu, lalu Ibu pergi," lirihnya sedih.

Sehun berdeham, merasa tak enak dan juga kasihan. Bagaimanapun juga, siluman kucing pasti tahu bagaimana rasanya kehilangan.

"Maaf, aku tak seharusnya bertanya," kata Sehun pelan.

Miu tak menjawab dan menunduk, masih nampak sedih. Sehun mengelus rambutnya lembut.

"Jangan sedih begitu. Ibumu pasti pergi ke tempat yang lebih baik."

Miu tak mengatakan apa-apa dan menatap Sehun. Ditatap seperti itu, Sehun berdeham pelan dan menyentil dahi wanita itu.

"Sekarang kau harus diajari tata krama manusia."

🍑🍑🍑

"Letakan sumpitnya di antara ibu jari dan jari telunjukmu."

"Ini?"

"Itu jari manis! Perhatikan baik-baik!"

Sehun mencontohkan cara memegang sumpit yang benar pada Miu. Miu memperhatikannya kemudian menirunya.

"Nah, begitu. Sekarang, ambil ramyunnya dengan sumpit."

"Begini?"

"Bagus. Sekarang kau bisa makan."

Miu mencium aroma ramyun sejenak, kemudian memasukannya ke dalam mulut dan mengunyahnya pelan-pelan.

"Enak!"

Sehun mendengus pelan menatap Miu yang menyantap ramyun dengan lahap.

"Dasar kucing," ujarnya pelan, tetapi ia tersenyum ketika melihat wanita itu nampak menikmati makanannya.

Wanita di hadapannya in sangat manis. Siapapun juga tidak akan menyangka dia adalah siluman kucing. Lagipula, di zaman modern seperti ini siapa yang masih percaya dengan makhluk mitos seperti itu?

"Tuan, pria yang tadi itu ke mana?" tanya Miu membuat Sehun mengerutkan kening.

"Panggil aku Sehun. Pria yang tadi itu manajerku," jawab Sehun.

"Mana... apa?" Miu menatap Sehun dengan bingung.

"Manajer. Dia bekerja padaku," jelas Sehun

"Apa dia peliharaan sepertiku?"

"Bukan. Aish, kau tidak akan mengerti. Pokoknya dia pekerjaku!"

Miu menyelesaikan ramyunnya dan meletakan sumpitnya.

"Setelah makan katakan terimakasih makanannya," kata Sehun.

"Terimakasih makanannya." Miu membeo ucapan Sehun membuat pria itu mengangguk puas.

"Bagus, kau lebih cepat belajar dari yang kuduga," kata Sehun sambil mengelus rambut Miu sejenak.

Miu tersenyum lebar, merasa bangga karena kecerdasannya.

"Aku memang lebih pintar dari kucing lain."

"Jangan sombong dulu, kucing!" sahut Sehun membuat Miu merengut.

Sehun beranjak dari kursinya untuk membereskan mangkuk Miu. Tanpa disadarinya, ia tersenyum kecil melihat tingkah Miu.

Ternyata kucing lucu juga.











🍑to be continued...🍑

kitten ; OSHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang