Luna melirik jam tangannya yang kini menunjukan pukul tiga lebih belas menit, ini berarti orang yang sebenarnya sangat malas ia temui kalau bukan karena paksaan Gisel sudah terlambat selama lima belas menit.
Deretan kursi panjang di taman sekolah tidak terlalu kosong, ada beberapa siswa di sana yang ikut duduk. Ada yang mengobrol dengan temannya, ada juga yang memanfaatkannya sebagai tempat nongkrong yang strategis karena dekat dengan wi-fi perpustakaan.
Luna mendengus, sangat mengesalkan jika harus menunggu cowok yang tidak ia kenal. Memikirkannya saja sudah membuat Luna malas.
Namun ketika ia sudah berdiri dan berjalan beberapa langkah seseorang menahan tangannya, Luna berbalik dan mendapati cowok jangkung berkulit kecoklatan yang sedang tersenyum lebar. "Eits, jangan pergi dulu. Kita belum ngobrol loh, sesuai rencana yang Gisel omongin."
Luna melepaskan tangan Raja dari tangannya. "Lo Raja kan? Lo telat."
"Maaf, tapi anak-anak voli kumpul dulu buat ngomongin kejuaraan minggu depan."
"Yaudah, gue cabut duluan."
"Eh jangan, duduk lagi ya please."
Luna mengembuskan napas pendek lalu duduk, masih dengan ekspresi kesal dan tidak bersahabat.
"Nah gitu dong." Raja ikut duduk dan mengusap rambutnya yang agak cokelat.
"Sebenarnya gue terpaksa di sini, kalo bukan karena Gisel gue nggak bakalan ada di sini," jujur Luna sambil menatap Raja lurus-lurus.
"Gue tau kok, soalnya kita belum kenal. Nah kenalin gue Raja Atmaraga, atlet voli SMA Aditama."
Luna hanya menatap tangan Raja yang mengajaknya untuk berjabat tangan. "Gue Araluna Effendi, atlet taekwondo."
Raja kembali menarik tangannya dengan sedikit rasa kecewa di hatinya. "Lo keren banget, cewek tapi bisa bela diri. Nggak menye-menye."
"Thanks," balas Luna singkat.
"Lo sama Gisel udah sahabatan dari dulu ya?" tanya Raja yang mencoba untuk mendengar suara Luna lebih banyak lagi.
"Iya, sama Mario juga."
"Oh Mario, yang badannya nggak terlalu tinggi itu kan?" Luna mengernyitkan dahinya. "Tinggi dia sama gue hampir sama."
Raja menggeleng. "Bukan begitu, kalo untuk ukuran cowok kan dia kurang tinggi."
Kini giliran Luna yang menggeleng. "Bukan dia yang pendek, tapi lo yang terlalu tinggi.
Ucapan Luna sebenarnya datar dan tidak lucu sama sekali, tetapi Raja tertawa mendengarnya. "Bisa jadi."
"Oh ya, lo Sabtu nanti ... ada acara nggak?" Raja menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Nggak ada." Luna menatap sepatunya yang talinya tidak terikat dengan benar.
"Kalo gitu ... kalo gue ajak lo jalan, lo mau nggak?"
Luna menolehkan dengan alis bertautan. "Hah?"
"Nanti Sabtu lo mau nggak jalan sama gue?"
Kepercayaan diri dan keberanian Raja memang patut diacungi jempol, tetapi Luna memandangnya dari sisi yang lain. Menurutnya cowok itu terlalu terburu-buru, Luna tidak terlalu suka dengan segala hal yang instan. Karena menurutnya apapun itu di dunia ini harus melalui perencanaan dan proses yang tidak sebentar.
"Maaf nggak."
Raja meringis. "Kok nggak Na? Kan katanya nggak ada acara."
"Sekali lagi maaf ya Raja, tapi hari Sabtu itu hari buat gue nggak ngapa-ngapain."
KAMU SEDANG MEMBACA
Straight
Teen Fiction[ SELESAI ] Ini tentang mereka bertiga. Mario, Gisel dan Luna. Ini tentang mereka bertiga. Yang diam-diam menyimpan rahasia, yang diam-diam menahan sakit yang ada, yang merasa lelah raga. Ini tentang mereka bertiga. Bagaimana persahabatan mewarnai h...