Curiga itu manusiawi, apalagi kalau orang yang lo curigai mukanya udah kayak maling di televisi.
Mario Adhiwijaya.
***
"Van, kok lo di sini?"
Revano berbalik setelah rasa terkejut membuatnya tersadar, ia mendapati Mario yang menatapnya dengan alis terangkat naik.
Revano masih belum menjawab, sehingga Mario kembali membuka mulutnya setelah mengembuskan napas pelan. "Lo ngapain di sini?"
"Gue nggak ngapa-ngapain," jawab Revano, berusaha terdengar tenang dan tidak bersalah.
Revano kini benar-benar gugup karena kini ia ketahuan, kepergok, terciduk atau apalah istilahnya oleh Mario. Ia takut cowok di hadapannya ini berpikir yang bukan-bukan.
"Bohong," ketus Mario. Ia melipat tangan di dada, memerhatikan Revano dengan mata menyipit. "Lo nyembunyiin sesuatu dari gue ya?"
Revano menggeleng. "Nggak lah, kalopun ada gue pasti cerita sama lo, Mar."
"Terus ngapain lo diem di sini tadi? Gue ada di kantin dan ini bukan kelas lo, Revano Pradipta."
Ada nada tegas dan menusuk dalam ucapan Mario, hal itu agak aneh karena dia jarang sekali berucap seperti itu. Biasanya Mario selalu bersuara riang, bahkan jika ia ketabrak bajaj.
"Gue bener-bener nggak ngapa-ngapain di sini, gue cuma berhenti karena kepikiran sesuatu. Kenapa lo nggak percaya?"
"Gimana gue nggak percaya kalo lo sendiri sedikit berubah akhir-akhir ini? Lagian, apa yang lo pikiran sampe diem kayak arca batu di depan kelas gue?"
Revano melirik tak tentu arah, mencoba mencari alasan yang terdengar masuk akal. "Gue kepikiran buat nyari sesuatu... buat lo."
Mario mengernyit tidak mengerti. "Buat gue?"
"Yap."
"Kenapa ngasih sesuatu ke gue? Ulang tahun gue masih lama, Van."
"Emang selain pas ulang tahun gue nggak boleh ngasih apa-apa ke orang yang gue sayang?" Revano menaikkan alis, lalu menyunggingkan senyum andalannya.
Mario mengembuskan napas perlahan, luluh. "Lo nggak harus ngasih gue hadiah."
"Nggak papa, gue pengin aja ngasih sesuatu sama lo. Ya udah, gue duluan ke kelas. See you."
Tetapi sebelum Revano beranjak, Mario menghentikannya dengan memegang lengan cowok itu. Ia membisikkan sesuatu, yang sukses membuat Revano ingin tertawa.
"Lo suka sama Kevan ya?"
Revano mendengus. "Nggak, Mar. Kan gue sukanya elo."
"Atau... lo suka ya sama Gisel?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Straight
Teen Fiction[ SELESAI ] Ini tentang mereka bertiga. Mario, Gisel dan Luna. Ini tentang mereka bertiga. Yang diam-diam menyimpan rahasia, yang diam-diam menahan sakit yang ada, yang merasa lelah raga. Ini tentang mereka bertiga. Bagaimana persahabatan mewarnai h...