Bagian 9

5.7K 436 39
                                    

Selepas Rena pergi,Rendy langsung melepas pelukan dari Angel kemudian mematikan api rokok yang dia pegang pada asbak diatas meja.
Lantas meraih sebotol air mineral dimeja dan meneguknya.

Hatinya kesal karena dia melihat Leon mengejar Rena saat perempuan itu keluar.
Dia harus memberi Rena pelajaran,berani sekali pergi tanpa ijinnya,awas saja!
Umpatnya dalam hati.

Angel memperhatikan segala perubahan dan mimik Rendy,tadi dia sedikit terkejut karena tiba-tiba Rendy meraihnya untuk naik diatas pangkuan dan menciumnya dengan begitu panas.

Dia mengira Rendy mencumbunya karena pengaruh alkohol yang Rendy minum.

Satu tahun mereka berpacaran kemudian bertunangan belum pernah sekalipun Rendy menyentuhnya begitu intim,bahkan hanya gandengan tangan itupun Angel yang mengandeng jika mereka berjalan berdua.

Walau sedikit terkejut tapi Angel tentu dengan senang meladeni cumbuan Rendy.

Tapi setelah melihat perubahan sikap Rendy barusan,Angel menyadari satu hal.
Rendy tidak pernah benar-benar menerimanya apalagi mencintainya setulus hati.

"Aku harus pergi,maaf ga bisa nemenin ampe selesai,lo ga apa-apa kan?"
Tiba-tiba Rendy berdiri

Angel mengerjapkan matanya beberapa saat,melihat tunangan nya sudah bersiap pergi,meninggalkannya dipesta Ulang Tahunnya yang tunangannya buat untuknya.

"Ga apa-apa."
Jawabnya berusaha menarik bibirnya melengkung keatas.

Bahkan nada bicara dan panggilan untuknya pun berubah,bukankah selama ini Rendy memang seperti itu?
suka tiba-tiba meninggalkan nya tanpa alasan jelas setiap mereka sedang berdua?

Kini Angel hanya menatap punggung Rendy yang melangkah meninggalkannya,bahkan sekedar mengecup pipinya untuk berpamitpun tidak.

Dengan perasaan galau Angel meraih salah satu botol minuman alkohol yang berjejer diatas mejanya dan meneguk rakus tanpa peduli rasa terbakar ditenggorokannya.

Angel menertawakan dirinya sendiri disertai derai air mata,ternyata hampir seumur hidupnya mempertahankan rasa cinta hanya pada seorang pria dan terbuang sia-sia.

*
*

Rena mempercepat langkahnya tanpa mempedulikan teriakan seorang pria dari belakang.

"Rena tunggu!"

Sebuah sentakan dilengannya mau tak mau membuat langkahnya terhenti dan membalikkan tubuh.
Leon mencengkeram lengan Rena erat,berharap wanita itu tidak lari.

"Lepas kan."
Cicit Rena.

"Maaf.."
Leon melepas cengkeraman nya dengan perasaan canggung.
"Gue hanya khawatir,lo ga apa-apa?"

"Ga apa-apa."
Jawab Rena dengan perasaan tidak nyaman.

"Bisa minta nomor ponsel lo? "
Pinta Leon penuh harap.

"Gue ga punya ponsel."
Jawabnya,sungguh dia tidak ingin terlibat apapun dengan orang-orang sekitar Rendy.

Melihat Leon terbengong mendengar penolakannya,ingin rasanya Rena segera membalikkan tubuh melangkah pergi dari tempatnya sekarang.

"Saya permisi,masih ada urusan penting."
Pamitnya lantas hendak beranjak pergi.

"Tunggu."
Mau tak mau Rena menghentikan langkahnya.

Dia hanya diam melihat Leon mengeluarkan dompet dari saku belakang celana,kemudian mengeluarkan dan menyodorkan padanya sebuah kartu nama.
"Ini kartu nama gue,tolong hubungin nomor gue ya,ada seseorang yang selama ini cariin lo,dia pasti senang kalo ketemu sama lo."

NEVER BE THE SAME ( SLOW )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang