NB 17

4.9K 572 54
                                    


Rena meringis,dia baru menyadari sedari tadi berlari tidak mengenakan alas kaki hingga kakinya terluka,
Tanpa bisa menahan lagi Rena menangis tersedu-sedu,sesekali menghapus air matanya dengan lengan panjang piyama nya yang juga basah oleh keringat.
"Ma..Pa.. Rena da ga kuat... "

Sore sudah menjadi malam dan semakin larut,
Rena yang sudah tidak sanggup melangkah,hanya berani duduk meringkuk memeluk lutut disudut sebuah pertokoan yang sudah tutup.

Tubuh lelah dan kaki yang terluka terasa sakit,dia ketakutan,lapar juga haus,tapi dia lebih takut harus kembali ke Rumah Gunawan untuk mengambil barang-barang nya,maupun berpamitan dengan mbok Atung.

"Mama... Papa.. Rena takut... "
Rena kembali terisak membenamkan wajahnya dilutut.
Karena kelelahan anak itu tertidur begitu saja.

Sebuah guncangan dilengannya membuatnya mau tak mau membuka mata yang terasa lemgket.
Rena mengusap matanya dengan lengan piyama yang sudah mengering dengan sendirinya,
Terlihat Seorang wanita berdiri menatap nya antara iba dan kesal.

"Pindah gih!
Kita mau buka toko."
Usir wanita itu ketus.

Rena meneguk air liur, tenggorokan nya kering tapi dia juga takut melihat wanita itu melototinya.
Susah payah dia berdiri dan harus meringis merasa pegal seluruh tubuhnya karena bertekuk semalaman.

Tertatih dan berpegangan dengan apapun yang bisa membantunya menahan tubuhnya untuk tetap berdiri karena dia begitu lemas,Rena menjauhi ruko tempat dia bermalam dengan tetap diawasi pemilik toko.

Anak itu masih sempat tersenyum dan mengangguk mengucapkan terima kasih pada wanita itu,karena sudah membiarkannya bermalam didepan tokonya.

Matanya melihat sekeliling sudah banyak yang beraktifitas padahal masih pagi buta,kembali Rena meremas perutnya yang terasa perih,dia hanya berharap anak yang dikandungnya bisa bertahan.
Sekarang dia binggung harus kemana,dia sendiri tidak tau berada dimana.

Rena duduk dipingir trotoar sebuah taman,meneguk air liur mencium harum mie ayam yang dijajakan pedagang kaki lima tak jauh darinya,dia lapar dan haus tapi dia tidak memiliki uang untuk membeli makanan maupun minuman,telapak kakinya yang luka makin sakit mungkin juga infeksi karena dari kemarin tidak dibersihkan.

Rasanya dia ingin menangis,andai ayah ibunya masih ada,andai Rendy tidak meninggalkan nya.
Mungkin dia tidak akan terlunta-lunta dijalanan.
Tapi wajar Rendy marah karena dia sudah menghianati Rendy.

Kembali Rena menangis diantara lututnya yang dia tekuk,apa dia akan berakhir mati dijalanan,tapi bagaimana dengan anak yang dia kandung,dia bahkan tidak tau bagaimana harus memperlakukan janin diperutnya karena sebelumnya tidak ada yang mengajarkan nya.

"Neng neng."

Rena mengangkat wajahnya, seorang bapak tua penjual mie ayam yang mangkal didekat tempat Rena duduk tersenyum ramah dan menyodorkan segelas teh hangat dan semangkok Mie ayam.

"Saya ga pesan pak.. "
Lirih Rena dengan suara hampir tak terdengar.

"Ini buat neng."
Pria tua itu tetap menyodorkan.

Rena meneguk air liur kembali menatap bapak tua itu.
"Rena ga punya uang pak... "
Lirihnya dengan mata berkaca-kaca.

"Ini gratis buat neng ga usah bayar."
Bapak tua itu tertawa kecil.

"Beneran pak?"
Mata Rena berbinar dan meraih mangkok dan gelas teh hangat.
"Makasih ya pak."
Rena berkaca-kaca dan bersyukur karena masih ada orang baik.

"Pak Mie ayamnya dong."
Teriak seorang pembeli

"Bapak tinggal ya Neng."
Pria itu kembali ke gerobaknya.

NEVER BE THE SAME ( SLOW )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang