NB 23

4.7K 542 28
                                    


Kilasan-kilasan masalalu begitu kelam dan menyedihkan berputar bagai kaset rusak di alam bawah sadarnya, membuat kepala dan dada Rena serasa akan meledak oleh rasa sesak yang tidak wajar.

Ingin dia menjerit,mengamuk dan marah pada siapa saja,untuk melampiaskan rasa sesak dan sakit dikepala dan dadanya, kenapa semua keburukan seakan menempel pada nasibnya bagai benalu?

Rena tersadar dengan nafas memburu dan mata basah.
Mimpi?
Tapi kenapa rasa sakit itu terasa begitu nyata?

"Ah..
Akhirnya sadar."
Terdengar suara lega seorang pria.

Rena mengenali suara itu sebagai suara dokter Alcander.
Perlahan dia menoleh disisi ranjangnya,pandangan matanya buram dan kepalanya berdenyut sakit.

Kembali dia memejamkan mata berusaha menghilangkan rasa berdentam sakit dikepala nya.

"jangan dipaksakan Rena,
istirahat saja dulu."
Dokter Alcander membereskan beberapa peralatannya setelah memasang infus pada Rena.

"Aku kenapa dokter. "
Masih dengan mata terpejam Suara Rena terdengar lirih.

"jatuh pingsan karena stress dan kurang istirahat."
Yang menyahuti pertanyaan Rena malah William yang dari awal tidak disadari berada disana sedari tadi.

Perasaan tidak nyaman langsung merasuk dihati Rena, entah kenapa dalam mimpi buruknya tadi, dia dapat melihat,William lah salah satu penyumbang terbesar penderitaan diluar batas dalam hidup masa lalunya.

"Sudah berapa lama aku pingsan Dokter?"

Rena tidak ingin menoleh,tapi tetap akhirnya mau tak mau reflek dia menoleh karena merasakan kehadiran William disampingnya ranjangnya.

"Kamu ga sadarkan diri dari kemarin sore."
Jawab dokter Alcander.

"Aku baik-baik aja pergilah."
Katanya pada William,berharap pria itu menjauh, Rena berusaha bangun,dia mengkhawatirkan putranya.

"Jangan keras kepala Ren...
Aku sudah membeli makanan, makanlah dulu.. "

"JANGAN MENYENTUHKU!"

Suara keras Rena yang tiba-tiba, mengurungkan niat William yang ingin memegang tangan Rena menahan wanita itu bangun,William sedikit terkejut,akhirnya pria itu mundur dua langkah, dia takut ingatan wanita ini kembali dan itu akan membuat Rena menjauhinya.

Dokter Alcander tak kalah terkejut akan suara keras Rena yang sarat kebencian, pria itu menatap heran Rena dan William bergantian.

"Kau masih terlalu lemah Rena, istirahat lah setidaknya sampai besok pagi."
Bujuk William lembut melihat Rena duduk dipinggir ranjang dengan dua kaki menjuntai.

Entah kenapa ucapan William malah membuat Rena makin membenci pria itu,matanya menatap sinis William yang berdiri tepat didepannya.
"Aku ingin menemui putraku,menyingkirlah."
Desisnya.

"Aku antar Rena,sebentar aku ambilkan kursi roda."
Seolah mengerti situasi Alcander keluar mengambil kursi roda.

"Nampaknya kau dekat dengan dokter Alcander."
Suara William terdengar tidak suka.

"Bukan urusan anda."
Sinis Rena membuang muka.

"Kalian kesini bersama ku,aku yang membawamu dan putramu berobat kesini,tentu saja itu jadi urusanku."

Wajah Rena menatap William sengit, dia sungguh membenci laki-laki ini dengan alasan yang bahkan dia tidak tau.
"Apa aku pernah meminta?"
Katanya kasar.

Sesaat William menarik nafas menahan emosi.
"Putramu berhasil di operasi,dan dalam masa pemulihan,apa kau masih bisa bilang 'apa aku pernah meminta'?"
William mulai habis kesabaran atas sikap keras kepala Rena.

NEVER BE THE SAME ( SLOW )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang