KEPUTUSAN

11.4K 176 3
                                    

    Beberapa jam kemudian...

     Dokter dan lainnya keluar dari ruang kemo dengan mendorong tempat tidur yang tadi di tempati Shalsa. Eka melihat Shalsa dengan tubuh dibalut selimut putih dan selang oksigen yang terpasang di hidungnya. Serta infus yang melekat di tangan kirinya.  Mereka menuju ruang rawat.

"Dok bagaimana keadaan teman saya?"

"Belum ada perkembangan. Tubuh pasien belum merespon obat kemo terapinya. Kami akan selalu pantau pasien.  Karena efek setelah kemo saat ini kemungkinan besar pasien akan mual dan sampai tak sadarkan diri." Jelas dokter. Eka mengangguk.

"Terima kasih dok" Eka. Dokter mengangguk dan keluar dari ruang rawat Shalsa.

 Shalsa, aku harap kamu segera sadar dan bisa sembuh.

  Eka meraih ponselnya dan mengetikkan beberapa nomor. Lalu ia menelfon seseorang yang tak lain adalah Mama shalsa.

"Hallo tante , saya mau beritahu sesuatu tante. Tapi tante saya tidak bisa menjelaskan di telfon. Kita bertemu di cafe dekat rumah sakit medica tama"

  Sambungan telfon terputus. Eka mendekati Shalsa dan mengusap lembut kepala Shalsa.

"Cepat sadar ya Sa. Gue pergi dulu. Ada sesuatu yang penting. " bisik Eka di telinga Shalsa. Lalu ia mengecup kening Shalsa dan pergi.

.........

Setelah selesai mandi, Luchia bergegas berganti pakaian dan setelah selesai ia membawa novel kesukaannya ke balkon kamarnya. Ia duduk di kursi yang ada di balkon kamarnya. Ia membaca novel dengan kusyuk sekali.

  Tak beda dengan Dave. Ia juga setelah mandi dan berganti pakaian ia membawa gitar kesayangannya ke balkon kamar. Ia melihat luchia sedang duduk manis dengan buku ditangannya. Dave pun lalu duduk. Mereka duduk saling memunggungi dan hanya besi yang menjadi pemisah antara mereka.

"Toa" panggil dave pada Luchia. Namun Luchia tidak menjawab.

"Toaa"panggil Dave sekali lagi dengan sedikit berteriak. Namun, Luchia tetap tidak menyahut.

"Toaa... lo denger gue nggak sih" panggil Dave tepat di telinga Luchia.

"Apaan sih lo. Gue denger kali." Ucap Luchia menyudahi membaca novelnya.

"Kalau lo denger, lo nyahut kek. Bukan diem aja" omel Dave.

"Heh! Gue diem aja karena yang lo panggil itu bukan gue. Gue punya nama keles. Nama gue itu Luchia. You know Luchia bukan toa. Dasar kunyill!"

"Heh! Gue juga punya nama kali. Nama gue Dave. D.A.V.E dibaca Dave. Bukan kunyill" Dave tak mau kalah dengan Luchia.

"Au ah terserah lo. Gue lagi males ribut sama lo" ucap Luchia kembali fokus pada novelnya.

"Ye.. siapa juga yang ngajak ribut lo. Gue cuma mau cerita aja sama lo" ujar Dave. Namun Luchia tak menyahutnya. Ia kembali fokus pada novel itu.

"Toa, lo denger gue nggak sih? Apa perlu gue teriak keras di telinga lo?" Geram Dave. Luchia menatap Dave, jengah.

"Hem" Luchia kembali menatap novelnya dan meneruskan membaca.

Mulut Dave menganga lebar atas jawaban Luchia. "Cuma gitu doang jawabannya?". Dia meletakkan gitarnya ke kursi di sebelahnya.

"Gue serius kali toa. Ah terserah lo lah. Pokoknya gue mau cerita sama lo. Terserah lo ma denger apa nggak tentang cerita gue." Ujar Dave. Luchia menghentikan aktivitasnya. Diletakkannya novel itu lalu ditatapnya si Dave.

PERNIKAHAN PERJODOHAN (TAMAT) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang