Eka dan Rendi telah sampai di ruang ICU. Di ruang tunggu ada Mama Shalsa. Eka menghampiri Mama Shalsa dan mencium tangannya. Begitu juga Rendi.
"Nak Rendi. Sudah lama kita tidak bertemu. Sekarang tambah ganteng" puji Mama Shalsa. Rendi tersenyum.
"Bagaimana keadaan Shalsa Tante?"tanya Rendi.
"Keadaannya sudah membaik. Tubunya juga sudah merespon obat kemo. Tapi.. dia masih belum membuka matanya."
"Tante saya boleh masuk?" Mama Shalsa mengangguk. Rendi pun masuk ke ruang ICU. Tak lupa ia memakai masker dan pakaian steril.
Rendi duduk dikursi samping tempat tidur Shalsa. Ia melihat Shalsa yang tambah kurus. Beda dengan Shalsa yang dulu. Rendi menatap iba Shalsa.
Banyak alat-alat medis yang terpasang di tubuh Shalsa. Rendi menggenggam erat tangan Shalsa"Kenapa kamu nggak cerita sama aku soal penyakit kamu? Kalau kamu cerita, aku pasti akan berada disamping kamu. Aku akan selalu ada saat kamu membutuhkan maupun tidak. Aku akan selalu support kamu, agar kamu tetap optimis untuk bisa menjalani semua ini. Shal, walaupun kita sudah putus setidaknya kita bisa kembali bersahabat seperti dulu. Aku kangen saat saat seperti itu. Aku kangen Shal. Eka pasti juga kangen saat saat itu. Kita bahagia bersama tanpa ada beban. Kita saling cerita satu sama lain. Apa kamu juga kangen Shal? Kalau kamu kangen cepat sadar ya. Kasihan Mama kamu yang sedih liat kamu seperti ini. Cepat sadar, Shal."ucap Rendi lirih. Tanpa sadar ia meneteskan air mata.
Rendi mencium tangan Shalsa. Ia terisak. Ia amat sedih melihat kondisi mantan kekasihnya itu. Ia amat sangat terpukul karena dia tidak bisa menjaga Shalsa. Perlahan shalsa menggerakkan tangannya. Rendi yang merasakan gerakannya itu pun segera keluar ruangan dan memanggil dokter. Eka dan Mama Shalsa panik. Mereka takut terjadi sesuatu pada Shalsa.
"Ren, ada apa?" Tanya Eka dengan nada cemas. Rendi memegang kedua bahu Eka.
"Tadi tangan Shalsa gerak. Aku yakin dia pasti bakal sadar Ka." Ucap Rendi bahagia. Rendi sontak memeluk Eka. Eka juga bahagia karena sahabatnya akan sadar. Ia membalas pelukan Rendi. Eka melepas pelukannya dan memeluk Mama Shalsa yang menangis bahagia.
"Tante..Shalsa akan segera sadar. Kita tunggu kabar dari dokter." Ucap Eka disela sela pelukannya.
"Iya nak."
Dokter keluar ruangan dan membawa Shalsa untuk pindah ruangan. Rendi, Eka dan Mama Shalsa mengikutinya.
"Terima kasih dok" ucap Mama Shalsa. Dokter mengangguk lalu pergi.
Rendi mendekat ke Shalsa. Dalam hati Eka, ia merasa sakit melihat Rendi yang begitu perhatiannya dengan Shalsa. Perlahan shalsa membuka matanya.
"Shalsa." Ucap Rendi lirih.
"Rendi? Mama? Ka .. kalian disini?" Tanya Shalsa dengan suara serak.
Mama shalsa mendekat ke Shalsa dengan deraian air mata. Mama Shalsa masih kecewa dengan anaknya karena tidak bercerita tentang penyakit yang di deritanya. Tapi,disisi lain Mama Shalsa juga merasa senang karena akhirnya putrinya sudah siuman.
"Shalsa. Kenapa kamu nggak cerita sama Mama nak? Kenapa kamu menyembunyikan semua ini dari Mama sayang?" Mama Shalsa menggenggam kedua tangan Shalsa. Shalsa juga terisak.
"Maafkan Shalsa Ma. Maafkan Shalsa yang tidak menceritakannya. Shalsa hanya tidak mau melihat mama sedih. Shalsa mau melihat Mama selalu bahagia disaat terakhir Shalsa." Kata Shalsa lirih.
"Shal, lo kenapa sih selalu ngomong gitu. Gue yakin lo pasti sembuh. Lo harus semangat Shal." Ucap Eka. Dia juga menangis. Shalsa hanya tersenyum. Lalu Shalsa menggenggam tangan rendi.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERNIKAHAN PERJODOHAN (TAMAT) √
RomanceMenikah adalah hal yang sakral dan terjadi sekali seumur hidup. Namun bagaimana kalau menikah bukan atas dasar cinta melainkan perjodohan? akan kah aku dan Dave bahagia kelak? Atau kah aku lebih memilih rendi dari pada dave?