Tak ada yang namanya kebetulan di dunia ini. Semua pertemuan memang sudah diatur oleh alam.
«»«»«»
SINAR matahari masuk ke dalam kamar gadis itu, membuatnya membuka mata. Juli mengucek-ngucek matanya berkali-kali, lalu melihat sekelilingnya. Seketika Juli terkejut ketika melihat ibunya berada di kamarnya.
"Mom? Ngapain di sini?" tanya Juli.
"Bangunin kamu," jawab wanita itu.
Juli melihat jam bekernya, "masih jam lima pagi kok," kata Juli.
"Mulai hari ini, kamu bakalan tinggal di rumah calon suami kamu," katanya.
"Apa?!" teriak Juli.
"Mom udah siapin koper kamu dan surat kepindahanmu udah Mom urus sejak lama," katanya.
Juli mebelalakkan matanya, "tapi kan--"
"Udah cepetan mandi, Mom bakalan siapin sarapan," kata wanita itu, lalu ke luar dari kamar Juli.
"Apaan? Pindah rumah? Pindah sekolah? Calon suami?" gerutu Juli kesal. Gadis itu pun dengan malas berjalan ke kamar mandi.
Beberapa menit kemudian, Juli telah siap dengan mini dress berwarna tosca dengan heels berwarna putih. Tak lupa gadis itu membawa tas selempangnya. Setelah semuanya siap, gadis itu pun keluar kamar dan menuju meja makan.
"Lo yakin mau nikah?" tanya Juni saat melihat Juli lewat di hadapannya.
"Hah?!"
"Lo yakin?" tanya Juni.
"Oh ... iya," balas Juli.
"Kenapa tiba-tiba? Lo juga nggak kenal orangnya. Ada masalah?" tanya Juni.
"Nggak kok," jawab Juli.
"Terus kenapa?" tanya Juni.
"Eee ... itu ... soalnya ... oh iya, gue bosen ngejomblo, iya, gue bosen," ceplos Juli asal.
"Lah? Emang nggak ada yang mau sama lo?" tanya Juni.
"Ye ... bukan gitu. Au ah, lo banyak nanya," kata Juli lalu meninggalkan Juni.
"Kalau ada apa-apa jangan lupa telpon gue," teriak Juni.
«»«»«»
"CALON istri kamu sebentar lagi akan datang. Inget jemput dia!" kata wanita paruh baya itu.
Julian tak memperdulikan ucapan ibunya. Lelaki itu tetap berjalan menuju pintu ke luar.
"Kamu mau ke mana?" tanya wanita itu lagi. "Julian! Jawab Mama!"
Julian mendengus kesal. Kemudian lelaki itu memakai headphone nya yang sedari tadi bertengger di lehernya. Lelaki itu lalu memakai topi hoodie nya dan berjalan ke luar.
Kalau saja bukan karena ia akan dibelikan rumah dan dibiarkan tinggal sendiri, mana mungkin Julian mau menikah diusianya yang masih muda begini.
Julian masuk ke dalam mobilnya dan menancap gas. Untuk kesekian kalinya, lelaki itu berdecak. Kenapa harus menikah? Dia kan masih mau menikmati masa mudanya. Lelaki itu masih ingin menjalani hidupnya seperti biasa dengan tenang dan damai. Bukannya membina hubungan antara suami dan istri. Memikirkannya saja sudah membuat Julian ingin menggaruk tembok saking kesalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Juli
Teen FictionCERITA TELAH DITERBITKAN Twins Month [2] : Juli Valeria Alexis Juli, ditinggalkan oleh cinta pertamanya dan memutuskan untuk menyembunyikan sakit hatinya dibalik senyum yang ceria. Julian, ditinggalkan sahabat yang amat ia cinta dan memutuskan untuk...