Gue pengen jadi obat luka lo, bukan penyebab luka lo!
«»«»«»
DI sini lah Julian sekarang. Menunggu Juli yang sedang menghabiskan es krim durian miliknya.
"Udah?" tanya Julian saat melihat Juli sudah tidak menyuap es krim ke mulutnya.
"Udah, kenyang banget," ujar Juli.
"Ya iyalah, lo makan tiga cup ukuran besar," ucap Julian dengan sebal. "Ayo pulang!" Julian menarik Juli dan membawanya kembali ke mobil.
Julian pun melajukan mobilnya.
"Jul," panggil Juli.
Julian tak merespon.
"Jul," panggil Juli gemas.
"Apa?" tanya Julian datar.
"Dih ngambek," ucap Juli.
"Nggak," kata Julian.
"Terus kenapa datar gitu? Oh, iya, muka lo kan emang datar tanpa ekspresi ataupun mimik wajah," ujar Juli.
"Gila," umpat Julian.
«»«»«»
JULI menatap sekeliling rumah barunya. Luas, namun tak seluas rumah Julian yang sebelumnya. Tapi, semua desainnya sangat nyaman untuk dipandang.
"Bagus," komentar Juli.
Julian pun menarik kopernya dan masuk ke dalam. Sepertinya Julian sudah risih dengan baju pengantin yang sejak kemarin ia gunakan.
"Julian, mau ke mana?" tanya Juli. Gadis itu menarik kopernya dan mengikuti Julian dari belakang.
Sesampainya di sebuah pintu, Julian mengeluarkan sebuah kunci dan membukanya. Pintu pun terbuka.
Juli ternganga melihat isi kamar Julian yang sangat tertata rapi. Ia penasaran dengan kamarnya akan seperti apa.
"Wah bagus banget!" puji Juli. Gadis itu masuk dan membuka pintu balkon, seketika angin menerpa kulitnya. Juli pun berbalik dan menuju Julian. Dengan antusias Juli bertanya, "kamar gue di mana?"
Julian mengeluarkan sebuah kunci dari sakunya. "Ini." Lelaki itu memberikan sebuah kunci kepada Juli.
"Yang mana?" tanya Juli lalu keluar dari kamar Julian. Namun, Julian menarik kembali gadis itu.
"Kamar lo yang itu!" Julian menunjuk pintu putih yang ada di dalam kamarnya.
Juli menatap pintu tersebut sambil menganga lebar, "itu kamar gue? Serius?" tanya Juli tak percaya.
Julian mengangguk.
"Kamar gue ada di dalem kamar lo?" tanya Juli kaget.
"Orang tua lo yang ngusulin," kata Julian acuh. Lelaki itu menarik kopernya dan membawanya ke dalam kamarnya.
Juli pun berlari menuju kamarnya dan membukanya. Berbeda dari kamar Julian yang berwarna serba putih. Kamar Juli berwarna pink. Walaupun terlihat bagus, tetap saja, tidak seluas kamar Julian dan yang terpenting, tidak ada balkon di kamarnya.
Juli keluar dari kamarnya, "Julian, kamar gue masa nggak ada balkon," protes Juli.
Julian yang tengah memasukkan baju ke dalam lemari pun mengabaikan ucapan Juli.
"Juliannn," rengek Juli sambil menggoyangkan lengan Juli.
Julian berbalik kemudian menatap Juli. Beberapa detik kemudian lelaki itu menyerahkan sebuah kertas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Juli
Teen FictionCERITA TELAH DITERBITKAN Twins Month [2] : Juli Valeria Alexis Juli, ditinggalkan oleh cinta pertamanya dan memutuskan untuk menyembunyikan sakit hatinya dibalik senyum yang ceria. Julian, ditinggalkan sahabat yang amat ia cinta dan memutuskan untuk...