20 (B)

25.6K 1.8K 71
                                    

Setelah melihat kau bersamanya, aku menjadi tidak yakin bahwa aku telah menjadi bagian dari hidupmu.

•••••

Melihat gadis itu menangis membuat Julian teringat kejadian beberapa tahun lalu. Saat-saat paling membahagiakan dalam hidupnya.

Angin berhembus pelan, menerpa tubuh Julian yang tengah membaca buku. Tiba-tiba telpon nya berdering. Itu Julia. Dengan cepat Julian mengangkat telpon. Senyumnya merekah ketika menerima telpon dari Julia.

Sebenarnya sudah sejak lama Julian menyukai Julia, namun ia terus memendam perasaan tersebut dan beralasan bahwa Julia adalah adiknya dan ia pasti bisa menghilangkan rasa sukanya ini.

"Hallo kak," ujar Julia dari sebrang sana. Terdengar jelas bahwa gadis itu sedang mabuk.

Julian langsung panik ketika mendengar suara gadis itu, "lo mabuk lagi? Lo sekarang dimana?" tanya Julian.

"Julian! Mending lo cepetan ke sini! Ke rumah gue!" terdengar suara Julio.

"Julio? Kok lo yang ngomong sih? Julia mana?" tanya Julian.

"Udah deh mending lo cepetan ke sini!" ujar Julio lalu mematikan telponnya.

"Hallo! Hallo!" Julian jadi panik. Lelaki itu langsung bergegas pergu dari taman belakang rumahnya dan menuju pintu depan. Namun langkah Julian terhenti ketika ibunya memanggilnya.

"Mau ke mana?" tanya Dian.

"Mau keluar bentar," ucap Julian sambil mengambil kunci mobil yang berada di atas meja.

"Ketemu sama anak-anak berandal itu lagi?" tanya Dian dengan nada kesal.

"Ma! Mereka bukan anak berandal, asli nya mereka baik kok!" ujar Julian tak terima.

"Baik? Mana ada anak baik pergi ke club! Mereka itu cuma orang-orang yang bisa buat hidup kamu hancur Julian! Mama berkali-kali nyuruh kamu buat stop deketin mereka!" teriak Dian. Entah apa yang harus ia lakukan supaya anaknya mau menuruti perkataannya.

"Ma! Mereka cuma lagi ada masalah aja! Mereka ngga seperti yang Mama pikirkan," kata Julian tak terima, lelaki itu kemudian berjalan keluar dan membanting pintu dengan kencang.

"Julian! Julian!" teriak Dian, namun tak dihiraukan olehnya. Ini semua salahnya! Coba saja ia tak mengajaknya pindah rumah dan sekolah. Pasti semua ini tak akan terjadi.

Sementara itu, Julian sudah menancap gas menuju rumah Julio. Ia merasa akan terjadi sesuatu yang buruk kali ini. Pikirannya jadi kalang kabut.

Mobil merah Julian berjalan sangat cepat bagaikan angin. Mungkin akal sehat Julian telah hilang, sampai-sampai dia berkali-kali menerobos lampu merah. Dia hanya khawatir gadis itu kenapa-napa, tidak lebih!

Beberapa saat kemudian ia telah sampai di rumah mewah milik Julio. Pintu gerbang pun segera dibuka oleh satpam dan Julian segera masuk ke dalam. Julian pun memarkirkan mobilnya. Di sana tampak mobil-mobil asing yang juga parkir di sana. Julian sudah bisa menebak bahwa Julio sedang mengadakan pesta.

Dengan terburu-buru, Julian masuk ke dalam rumah Julio. Suasana sangat ramai, musik DJ dan lampu kelap-kelip langsung menyambutnya.

Julian mengedarkan pandangannya, dimana mereka? batin Julian.

"Yuhu! Akhirnya lo dateng juga," ujar Julio dari arah depan Julian. Dan di samping Julio, ada Julia yang menggandeng tangannya.

Tunggu dulu! Jika gadis di samping Julio itu bukan Julia, pasti Julian akan tak peduli. Bahkan jika seribu gadis pun yang Julio gandeng, Julian tak kan peduli. Tapi sekarang, kenapa Julia bergandengan dengan Julio?

Juli Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang