Ternyata kamu belum cukup untuk menjadi alasanku melupakan masa lalu ku
•••••
Sebuah panggilan masuk ke telpon milik Julian. Lelaki yang tadinya hendak tidur pun terpaksa mengurungkan niatnya. Julian menatap nomor yang tertera di layar ponselnya. Pasti dari kantor polisi, batinnya.
Julian menekan tombol hijau di layar ponselnya. "Kali ini apalagi?" tanya Julian pada orang di sebrang sana. Julian sudah tahu bahwa polisi itu juga bosan dengan ulah teman yang sudah dianggap adik oleh Julian itu. Pasalnya, setiap hari Julio dan Julia selalu membuat masalah yang berakhir di kantor polisi.
"Julio kebut-kebutan lagi di jalanan, dan hampir aja nabrak ibuk-ibuk. Sedangkan Julia dia mabuk-mabukan dan kita temuin dia nggak sadar di trotoar jalanan," terang polisi tersebut.
"Di kantor polisi biasanya?" tanya Julian
"Iya, mau dimana lagi?" tanya polisi itu dengan nada jengkel. Mungkin dia juga sudah bosan melihat dua bocah yang selalu memenuhi kantor polisi. Apalagi jika mereka ditanyai mereka akan menjawab dengan berbagai macam alasan dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatan mereka. Tapi nyatanya? Mereka terus saja melakukan kesalahan mereka.
"Ok Pak, saya ke sana. Maaf sekali lagi atas kesalahan adik-adik saya," ucap Julian lalu mengambil kunci mobilnya dan keluar dari kamarnya.
Julian memang sudah dianggap kakak oleh Julio dan Julia. Itu karena umur Julian lebih besar dari mereka, itu disebabkan karena Julian telah sekolah selama beberapa tahun. Sikap Julian pun sangat dewasa, hal itu membuat sahabat-sahabatnya itu selalu mengandalkannya.
Tapi hal itu tak membuat Julian risih. Julian senang bisa membantu sahabatnya. Bahkan Julian berharap mereka akan berubah, walaupun hanya ada sedikit kemungkinannya.
Beberapa menit kemudian, Julian sampa di depan kantor polisi. Julian pun segera masuk ke dalam. Di sana ia langsung disambut dengan cengiran khas Julio.
"Julian, maaf ya, janji deh nggak ngulangin lagi," ucap Julio.
"Gak usah buat janji kalau gak bakal dilaksanain," ucap Julian lalu berjalan ke meja polisi. "Pak, biarin mereka nginep di sini sebulan aja deh," ucap Julian, tampaknya ia sudah akrab dengan polisi itu.
"Lah, apalagi saya, saya bosen banget liat tingkah mereka. Kalau mereka di sini selama sebulan, bisa botak kepala saya," ujar polisi itu.
"Haha, kepala bapak kan udah botak. Jadi mana bisa botak lagi. Kita kan anak baik pak, nggak bakalan buat masalah deh, janji nih!" Julia yang tadinya tidur di sofa, bangkit dan menghampiri meja polisi itu seperti orang mabuk.
Julio pun memukul kepala Julia, "lo ya! Kalau ngomong itu dijaga, ntar kalau Pak Botak marah gimana? Bisa-bisa pala lu yang dibotakin," ujar Julio dengan mengecilkan kata 'Pak Botak'.
"Oh, iya, gue lupa, maaf ya pak maaf," ujar Julia sambil menyalimi tangan polisi di hadapannya.
"Iya pak maafin dia, dia lagi mabuk aja, makanya gitu," kata Julio.
"Ya udah kalian keluar aja sana, biar kakak kalian aja yang nyelesain masalahnya," kata polisi tersebut.
"Wah makasi ya pak," ujar Julio lalu beranjak dari duduknya.
Dengan cepat Julian langsung menarik baju bagian belakang Julio. "Kunci mobil mana? Kasi gue!" pinta Julian.
"Yah Julian, masa mobil gue disita lagi," rengek Julio.
KAMU SEDANG MEMBACA
Juli
Teen FictionCERITA TELAH DITERBITKAN Twins Month [2] : Juli Valeria Alexis Juli, ditinggalkan oleh cinta pertamanya dan memutuskan untuk menyembunyikan sakit hatinya dibalik senyum yang ceria. Julian, ditinggalkan sahabat yang amat ia cinta dan memutuskan untuk...