Hatiku berusaha menolakmu, mulutku berusaha berkata aku tidak menyukaimu. Tapi ... kenapa aku masih merasa cemburu?
«»«»«»
JULI menatap papan tulis yang berisi rumus-rumus fisika. Sesekali gadis itu memijat pelipisnya.
Sulit. Satu kata yang bisa menggambarkan pelajaran yang diajarkan. Di sini materi nya sangat berbeda, sepertinya Juli tidak ada apa-apanya kalau berada di sini.
Gadis itu menatap sekelilingnya. Tidak ada yang memperhatikan papan tulis dan mencatat sepertinya. Mereka asyik sendiri dengan ponsel dan ada beberapa yang mengobrol. Bu Berti pun tidak marah dengan hal itu. Mungkin karena sudah terbiasa.
Tiba-tiba Bu Berti memanggil nama Cleo. Gadis yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya pun maju ke depan dan mengerjakan soal di papan tulis dengan cepat.
Bukannya dia tidak memperhatikan ucapan guru? Lalu kenapa dia bisa menjawab? Juli saja yang sedari tadi fokus dengan rumus-rumus di depan tidak bisa menyelesaikan soal tersebut secepat itu.
"Bingung?" tanya seseorang dari sampingnya.
Juli menoleh, cewek yang ia ketahui bernama Sri itu menatapnya, "iya."
"Mereka di sini itu emang pinter-pinter banget, cuma denger sepintas doang bisa jawab soal di papan," kata Sri.
"Aku kira mereka nggak pinter, soalnya mereka males buat PR," ujar Juli.
"Jarang buat PR bukan berarti bego. PR nggak mempengaruhi pinter atau ngga nya. Itu pemikiran mereka, jadi kalau ada PR pasti mereka nyuruh orang lain buat ngerjain," ujar Sri.
"Juli maju ke depan!" Seseorang memanggil ke depan. Dari suaranya Juli tau bahwa itu Bu Berti.
Juli bangkit dari duduknya dan mengambil spidol. Aduh gimana nih? batin Juli. Gadis itu gemetaran dan berkeringat dingin.
"Kenapa papannya cuma diliatin?" tanya Bu Berti.
Juli menunduk takut, "saya nggak bisa Buk," jawab Juli.
Bisik-bisik pun terdengar seisi ruang kelas itu.
"Cuma soal seperti ini saja kamu tidak bisa menjawab?" tanya Bu Berti. "Ya sudah sana kamu duduk, dan khusus untuk kamu, buat buku paket halaman 108," ujar Bu Berti.
"Baik Bu," jawab Juli. Gadis itu berjalan untuk kembali menuju tempat duduknya. Namun, Juli tersandung kaki seseorang yang membuat dirinya terjatuh.
"Ups! Sori nggak sengaja, abis lo jalan nggak liat-liat," kata Sarah merasa tak bersalah.
Juli meringis kesakitan. Lututnya terluka. Ingin rasanya Juli melawan, tapi entah kenapa ia selalu takut untuk melakukan itu. Ia takut semakin dibenci, ia takut banyak orang yang membencinya, ia terlalu mempunyai banyak ketakutan sehingga tidak berani untuk melawan.
Gadis itu berdiri dan kembali duduk, mengabaikan Sarah yang tengah tertawa bersama temannya.
«»«»«»
JAM tangan Juli menunjukkan pukul dua lebih dua puluh menit. Artinya dia sudah satu jam menunggu angkutan umum, tapi sayang sedari tadi tidak ada satu pun yang lewat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Juli
Teen FictionCERITA TELAH DITERBITKAN Twins Month [2] : Juli Valeria Alexis Juli, ditinggalkan oleh cinta pertamanya dan memutuskan untuk menyembunyikan sakit hatinya dibalik senyum yang ceria. Julian, ditinggalkan sahabat yang amat ia cinta dan memutuskan untuk...