24 (C)

24.7K 1.8K 118
                                    

Baca yuk! Judulnya "Bad Boy Behind The Glasses" langsung cek work ku ya! Ntar bakalan update part baru

Baca yuk! Judulnya "Bad Boy Behind The Glasses" langsung cek work ku ya! Ntar bakalan update part baru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••••

Penyesalan selalu datang di akhir dan itu akan selalu meyakitkan.

•••••

Julio masih tersandar pada tembok. Wajahnya masih terlihat begitu terkejut. Ia ingin mengatakan sesuatu kepada Julia yang kini tengah duduk sambil menangis dalam diam. Tetapi mulutnya tak bisa berkata apa-apa.

Julia bangun dari duduknya dan mendekati Julio, "kalau emang lo nggak bisa tanggung jawab, nggak papa kok. Gue udah terbiasa hidup kayak gini. Lagian Si Mbok udah mau ngurus anak gue, jadi lo nggak perlu khawatir sama hal ini. Gue takut masa depan lo bakalan hancur kayak gue, dan gue nggak mau itu terjadi, cukup gue aja," ujar Julia sambil memegang bahu Julio.

Julio yang tadinya menunduk kini menatap Julia yang ada di hadapannya. Rasa bersalah muncul perlahan-lahan menusuk hatinya. "Kenapa nggak bilang dari dulu?"

"Karena lo udah bahagia dengan hidup baru lo, gue nggak pengen ngerusak. Dari awal gue emang udah rusak, kalau gue dirusak sedikit lagi juga gak ada pengaruhnya," kata Julia.

Julio menatap Julia dan berkata, "maaf."

Julia tersenyum ditengah tangisnya, "nggak papa, kalau papa lo nyembunyiin hal ini, berarti dia nggak ngerestuin kita," kata Julia.

"Dimana anak kita?" tanya Julio.

Mendengar kata 'kita' membuat Julia menjadi canggung. Untuk pertama kalinya, Julio mengatakan kata itu. Entah kenapa hal itu membuat Julia berbunga-bunga.

"Di rumah gue sama Si Mbok," kata Julia.

"Gue pengen ketemu dia," ujar Julio kemudian menarik Julia menuju parkiran, tak peduli lagi dengan berapa pasang mata yang menatap mereka dengan pandangan mengintimidasi.

•••••

Senyuman Julio muncul saat melihat bayi yang berumur delapan bulan itu tengah tertidur di box bayi berwarna putih. Wajahnya begitu polos saat ia sedang terlelap.

"Tumben dia tidur nyenyak kayak gini, biasanya selalu nangis, mungkin ada ayahnya," ujar Julia.

Julio memberanikan diri untuk mengulurkan tangannya, mengelus puncak kepala gadis kecil itu. "Lucu banget," gumamnya.

"Iya, mirip kayak kamu," ujar Julia.

Julio berhenti mengelus kepala bayi itu. Lelaki itu kemudian menatap Julia. "Gue bakalan tanggung jawab!" ujar lelaki itu.

Juli Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang