Maaf karena telah menyakitimu!
••••
JULI bangun dari tidurnya. Entah kenapa tidurnya sangat pulas. Gadis itu merasa dirinya bermimpi sesuatu yang sangat indah. Namun ia lupa apa yang ia mimpikan.
Tiba-tiba ia menyadari sesuatu. Kasur ini bukan kasurnya. Gadis itu pun segera bangun dari tidurnya dan menengok ke samping. Benar saja, di sampingnya ada seorang lelaki yang tengah membaca buku. Itu Julian.
"Kok gue bisa ada di sini?" tanya Juli pada Julian.
Tak ada jawaban.
Juli menatap Julian kesal. Kapan lelaki itu bisa ramah kepadanya?
Tanpa berpikir panjang, Juli langsung menarik buku yang dipegang Julian. Masa bodo dengan apa yang akan terjadi nanti, yang penting dia harus membuat Julian kesal.
Julian menatap Juli dengan tatapan yang sulit dimengerti, lalu lelaki itu membuang pandangannya ke arah lain. "Lo ketiduran di mobil tadi," jawab Julian.
"Ohh ...," Juli mengangguk-angguk mengingat kejadian yang menimpanya beberapa saat lalu. "Lo nggak ada ngapa-ngapain gue kan?" tanya Juli sambil menatap Julian curiga.
Julian berusaha menahan kegelisahannya. Bagaimana jika Juli tau bahwa ia menciumnya? Apakah dia akan dicap sebagai cowok mesum? Ahh ... Julian tidak mau hal itu terjadi. Bohong demi keamanan tidak apa-apa kan?
Julian menggeleng, dengan tampang sok cool nya lelaki itu berkata, "mimpi aja lo!" kata Julian lalu menarik buku yang dibawa Juli.
"Dih!" Juli menatap Julian kesal.
Beberapa menit kemudian telpon Juli berdering. Panggilan masuk dari Julio. Baru saja Juli hendak mengambil ponselnya, Julian langsung menyambar ponsel itu dan mematikannya.
"Loh kok dimatiin?" tanya Juli kesal.
"Jangan berurusan sama dia! Dia berbahaya!" ucap Julian.
"Yang ada lo tuh yang berbahaya!" ujar Juli.
Julian menatap Juli jengkel. Gadis itu tidak pernah mau mendengarkannya. Hal ini membuat Julian sangat mengkhawatirkan Juli.
••••
"GUE boleh duduk di sini nggak?" tanya Julio.
Juli menengok, "Kak Julio? Boleh kok," ujar Juli sambil mengangguk.
"Tumben makannya sendiri, biasanya kan sama Erlin," ujar Julio.
"Dia lagi ijin kak. Nggak tau baliknya kapan," kata Juli.
"Oh, jadi lagi kesepian nih ceritanya?" ledek Julio.
"Ih, apaan sih kak? Lagian kakak juga nggak punya temen kan? Makanya minta duduk sama aku," kata Juli.
"Punya kok, banyak malah!" ujar Julio.
"Mana buktinya? Bilang aja nggak punya," tanya Juli tak percaya.
"Liat aja sekarang. Banyak yang merhatiin kita," kata Julio.
Juli mengedarkan pandangannya. Ternyata benar! Banyak orang kini sedang menatap mereka. Juli baru sadar kalau ia seharusnya tidak terlalu dekat dengan Julio. Ia tidak mau hal seperti kemarin terulang kembali.
"Kak, aku mau balik ke kelas dulu ya," ujar Juli.
"Loh kenapa? Itu nasinya belum habis," tanya Julio.
"Udah kenyang kok," bohong Juli.
"Bohong ih! Apa gara-gara kita dilihatin? Kamu takut?" tanya Julio.
"Ih, bukan gitu," elak Juli.
"Ya udah kalau gitu makan dulu! Kalau nggak habis aku cium nih!" ancam Julio.
"Kayak berani aja," ujar Juli.
Belum ada beberapa detik, kecupa singkat telah mendarat di pipi Juli. Hal itu membuat Juli sangat kaget. Matanya melotot dan jantungnya berdebar sangat kencang.
Dan semua orang yang berada di kantin langsung ricuh. Ada yang histeris bahkan ada beberapa orang yang memotret hal itu.
Juli menatap Julio jengkel. Tapi lelaki itu hanya tersenyum.
"Kakak kok nyium aku?" tanya Juli kesal.
"Kan kamu yang nantangin."
"Tapi kan ... tau ah, aku mau balik ke kelas!" ujar Juli kesal. Kali ini ia benar-benar marah terhadap Julio.
Juli beranjak dari duduknya dan berjalan menyusuri koridor. Semua mata kini tertuju padanya. Bahkan tak sedikit yang memaki Juli.
Tiba-tiba seseorang yang tak Juli kenal berdiri di depan Juli.
"Eh! Miskin! Lo ngapain tadi sama Julio! Dasar jalang, nggak punya harga diri," ujar wanita itu sambil mendorong Juli hingga terjatuh.
Baru saja wanita itu hendak menjambak Juli. Tiba-tiba pergelangannya dicekal oleh seseorang. Itu Julian. Semua orang yang berada di sana pun berteriak histeris.
"Ju ... Julian?" ujar gadis itu gugup.
Julian membuang tangan gadis itu dengan kencang, membuat gadis itu meringis.
"Jangan ganggu dia!" perintah Julian tegas. Lelaki itu lalu menarik Juli dan memecah kerumunan yang mengerumuninya.
"Julian! Lepasin gue! Banyak yang ngeliat kita!" ujar Juli di sela-sela tangisnya.
Bukannya berhenti, Julian terus menarik Juli menaiki tangga. Entah berapa banyak tangga yang telah mereka naiki. Tapi yang pasti semua warga sekolah sudah melihat mereka berduaan.
Sampai akhirnya mereka berhenti di rooftop. Juli membuang tangan Julian yang mencekalnya erat.
"Lo ngapain sih narik-narik gue kayak gitu? Lo tau nggak hal itu memperburuk keadaan?" tanya Juli.
"Lo ngapain tadi di kantin sama Julio?" tanya Julian dengan tatapan yang sangat tajam.
Jantung Juli berdetak cepat. Gadis itu mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Dia bingung mesti menjawab apa.
"Jawab gue!" teriak Julian.
"Bukan urusan lo!"
Tanpa disangka Julian langsung mendekati Juli dan mencium gadis itu. Bukan hanya sesaat. Tapi Julian terus menerus mencium gadis itu. Juli mendorong Julian dengan kuat.
"Lo ngapain nyium gue?" tanya Juli marah.
Bukannya menjawab, Julian justru kembali melumat bibir gadis itu. Juli berusaha mendorong Julian tetapi usahanya tak berhasil.
Hingga akhirnya Julian melepas ciumannya. Julian menatap Juli yang kini tengah menangis. Mungkin gadis itu takut kepada Julian.
Satu tamparan tiba-tiba mendarat di pipi Julian.
Julian menatap Juli kaget.
"Gue benci sama lo!" ujar Juli. Sambil menangis Julk berjalan pergi meninggalkan Julian.
Kini Julian merasa menyesal dengan apa yang ia lakukan. Seharusnya ia lebih bisa mengontrol emosinya.
"Arghh!" Julian mengacak-acak rambutnya.
••••
Maaf baru bisa update sekarang. Semoga suka! Dan kalau lupa cerita baca ulang aja! Jangan lupa vomment!
15-11-2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Juli
Teen FictionCERITA TELAH DITERBITKAN Twins Month [2] : Juli Valeria Alexis Juli, ditinggalkan oleh cinta pertamanya dan memutuskan untuk menyembunyikan sakit hatinya dibalik senyum yang ceria. Julian, ditinggalkan sahabat yang amat ia cinta dan memutuskan untuk...