Cinta itu memang sulit. Semua tindakanmu tidak akan membuat semua orang bahagia. Tindakanmu hanya bisa membuat satu orang bahagia. Dan kamu harus bisa memilih, memilih mana yang akan kamu bahagiakan dan kamu sakiti.
•••••
"Kamu sering minum obat tidur?" tanya Julian saat Julia telah siuman.
"Kamu nggak perlu tau. Ini tuh nggak ada hubungannya sama kamu, jadi kamu stop sok perhatian gitu sama aku," ujar Julia, lalu gadis itu beranjak dari tidurnya.
"Mau ke mana? Kamu diem aja dulu di sini," kata Julian.
"Perlu aku tegasin sekali lagi? Kalau kamu nggak usah sok baik sama aku, gak usah berpura-pura seakan-akan semuanya baik-baik aja! Kita tuh udah ditakdirkan buat gak bersama-sama lagi, jadi stop buat berusaha memperbaiki semuanya. Karena mulai sekarang, aku juga bakalan ngelupain semuanya, termasuk rasa cinta aku ke Julio. Aku bakalan mulai hidup ku dari nol, dan aku bakalan berusaha bahagia," ucap Julia lalu pergi.
Julian menatap punggung Julia yang kini telah menghilang.
Sedangkan Julia, kini sedang menangis di balik tembok. Gadis itu kini kembali berusaha kuat lagi. Berusaha berkata bahwa semuanya akan baik-baik saja. Semuanya akan berlalu. Berharap dirinya mampu bertahan menghadapi semua masalah ini.
Di lain tempat, ada seorang gadis yang juga menangis. Ia menangis tanpa henti sejak tadi. Dia sendiri tidak tahu apa alasan dirinya menangis. Apakah karena dia dituduh mencuri oleh Julia? Atau karena sebuah fakta yang menyatakan dirinya menyukai Julian? Semua pertanyaan itu terputar di otaknya membuat kepalanya serasa ingin meledak.
Laki-laki di sampingnya yang sedari tadi setia bersama gadis itu mengelus kepala gadis itu, membuat Juli bersadar di dadanya. Berharap bahwa hal itu akan membuat gadis itu berhenti menangis.
"Kamu nangis gara-gara dituduh Julia?" tanya Julio pada akhirnya.
Tak ada jawaban. Yang terdengar hanyalah isakan tangis dari gadis itu.
"Aku percaya kok kamu nggak mencuri atau apapun itu yang dituduhin sama Julia. Aku yakin ada orang yang sengaja buat kamu terlihat sebagai pencuri."
Isak tangis Juli kini semakin kencang, membuat Julio bingung harus apa.
"Kok masih nangis sih? Aku jadi bingung mau ngapain. Tapi semoga ini bisa ngebantuin supaya tangisan kamu berhenti." Julio langsung memeluk Juli dengan erat sembari mengeluk rambut Juli dari belakang.
Diperlakukan seperti itu secara tiba-tiba, membuat Juli merasa kehangatan memancar dari diri Julio. Ia merasakan ada sebuah ketulusan yang dipancarkan lelaki itu padanya.
Hal itu membuat dirinya berpikir bahwa seharusnya ia menyukai lelaki ini bukan lelaki yang sekarang tengah menghilang.
Namun, tiba-tiba lelaki itu datang. Julian datang ke tempat yang menjadi saksi bisu isak tangis Juli. Julian geram melihat Juli malah berpelukan pada Julio. Ia kini merasa cemburu. Lelaki itu menarik Julio, memaksa lelaki itu berhenti memeluk Juli.
Tanpa aba-aba, Julian langsung menghajar Julio habis-habisan, membuat lelaki itu tersungkur.
"Lo emang bangsat! Lo udah buat Julia sakit hati dan lo tau, dia pingsan tadi! Itu semua gara-gara lo! Tapi lo nggak pernah merasa kasian sama dia sedikit pun? Lo malah di sini pelukan sama cewek lain!" ucap Julian lalu kembali memukul Julio.
KAMU SEDANG MEMBACA
Juli
Teen FictionCERITA TELAH DITERBITKAN Twins Month [2] : Juli Valeria Alexis Juli, ditinggalkan oleh cinta pertamanya dan memutuskan untuk menyembunyikan sakit hatinya dibalik senyum yang ceria. Julian, ditinggalkan sahabat yang amat ia cinta dan memutuskan untuk...