"Gue gak tau apa yang buat lo takut, tapi semisalnya suatu saat lo ketakutan, bayangin aja ada gue di samping lo."
«»«»«»
JULI masih terdiam dalam posisi yang sama. Tangannya mencengkram bahu Julian erat, matanya terpejam kuat. Keringan dingin mengalir di sekujur tubuhnya. Pengalaman di masa lampau pun kembali teringat, membuat gadis itu merasa ketakutan.
Lelaki itu sedari tadi terdiam, membiarkan Juli berada di atasnya. Namun, setelah menunggu selama beberapa menit. Juli tak kunjung bangun, gadis itu justru memeluknya semakin erat. Julian pun hendak mendorong gadis itu. Tetapi lelaki itu terkejut saat memegang bahu Juli yang bergetar, seolah gadis itu benar-benar ketakutan.
"Kenapa?" tanya Julian. Tak biasanya lelaki itu mau menanyakan sesuatu kepada Juli.
"Hiks ... hiks, gu ... gue takut," cicit Juli ketakutan.
"Cuma mati lampu doang," ucap Julian meremehkan. Julian hendak menyingkirkan Juli dari atas tubuhnya. Namun, Juli malah memeluknya dengan erat. Julian pun menyadari sesuatu, dia takut kegelapan, batin Julian.
"Bangun dulu," pinta Julian.
Juli menggeleng kencang.
Julian berdecak, kemudian lelaki itu menyingkirkan Juli dari badannya dan kemudian berdiri. "Ayo keluar!" ajak Julian sambil mengulurkan tangannya pada Juli.
Dengan cepat gadis itu meraih tangan Julian dan bangkit dari duduknya. Juli menggenggam erat tangan Julian.
Lelaki itu hendak berjalan menuju pintu, namun Juli langsung memeluknya dari belakang, "jangan tinggalin gue," ucap Juli dengan suara bergetar.
Julian lagi-lagi berdecak. "Gue cuma mau buka pintu," ucap Julian. Lelaki itu berjalan menuju pintu dengan Juli yang mengekorinya. Julian memegang kenop pintu dan menurunkannya. Tidak bisa terbuka. Julian pun kembali membukanya sampai berkali-kali. Tapi hasilnya nihil, pintu tak terbuka.
Julian membalikkan badannya. Samar-samar, terlihat wajah Juli dengan mata yang tertutup, tangan gadis itu masih mencengkram ujung baju Julian. "Kekunci," ucap Julian.
Juli mendongak dan membuka matanya perlahan, namun baru beberapa detik gadis itu kembali menutupnya. Mulutnya sangat sulit untuk mengucapkan sesuatu saat ini. Apalagi setelah mengetahui dirinya akan menghabiskan malam di tempat gelap seperti ini.
Julian pun memutuskan untuk duduk lesehan di bawah sambil menyenderkan punggungnya kemudian menarik Juli agar duduk juga. "Tidur aja, besok pasti ada yang buka," ucap Julian.
Juli memeluk kakinya erat, bahunya bergetar, suara isakan pun samar-samar terdengar.
Julian pun merangkul bahu Juli dan membawanya ke dekapan Julian membuat gadis itu sedikit merasa lega, "gue gak tau apa yang buat lo takut, tapi semisalnya suatu saat lo ketakutan, bayangin aja ada gue di samping lo," ucap Julian. Entah kenapa lelaki itu ingin sekali mengeluarkan kalimat panjang seperti itu.
Juli yang mendengarkan hal itu pun memberanikan diri untuk membuka mata dan menatap Julian. Kemudian perlahan, Juli menaruh kepalanya di bahu Julian dan menutup matanya. Dia tak memikirkan apapun kecuali Julian yang ada di sampingnya. Dan itu membuatnya terlelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Juli
Teen FictionCERITA TELAH DITERBITKAN Twins Month [2] : Juli Valeria Alexis Juli, ditinggalkan oleh cinta pertamanya dan memutuskan untuk menyembunyikan sakit hatinya dibalik senyum yang ceria. Julian, ditinggalkan sahabat yang amat ia cinta dan memutuskan untuk...