22 (C)

25.4K 1.8K 385
                                    

Tak bisakah kamu mengalihkan pandanganmu dan melihatku yang jauh lebih peduli padamu daripada dia?

••••••

Tanpa disengaja Juli menabrak Julio. Juli pun langsung menyembunyikan wajahnya ketika ia sadar kalau orang yang ia tabrak tadi adalah Julio.

"Kamu kenapa Jul?" tanya Julio sambil memegang kedua bahu Juli.

"Aku nggak papa," bohong Juli. Gadis itu tak memandang Julio saat menjawab.

"Liat aku!" pinta Julio.

Juli menggeleng sambil berusaha menahan isak tangisnya. Julio pun memegang kedua pipi Juli dan membuat gadis itu menatapnya. "Apa ini karena Julian?" tanya Julio.

Juli tak menjawab.

"Dia ngapain kamu lagi?" tanya Julio khawatir.

Tangis Juli langsung pecah seketika. Julio pun memeluk Juli dengan erat. Rasanya sakit saat melihat Juli seperti ini.

"Kenapa sih, dari banyaknya cowok, kamu harus suka Julian? Dan kenapa kamu masih tetep suka sama dia padahal dia udah jahat sama kamu? Kenapa kamu gak pernah sekali aja ngeliat ke aku?" tanya Julio.

Juli masih terdiam di dalam pelukan Julio. Ia tak tahu harus bebuat apa. "Aku nggak tau kak."

"Kenapa kamu nggak nyoba buat lupain dia? Kenapa kamu gak berusaha buat ngalihin pandanganmu ke aku?" tanya Julio. Ia melepas pelukannya. Lelaki itu menatap Juli.

Gadis itu menunduk, "aku belum bisa," jawabnya.

Julio menghembuskan napasnya, "ya udah nggak usah kamu pikiran apapun yang aku ucapin tadi. Aku yakin perlahan-lahan kamu bakalan noleh ke aku. Sekarang kita ke kelas aja!" ajak Julio.

Untung saja Julio mengerti keadaan Juli sekarang ini. Lelaki itu tak memaksa Juli menjawab perkataannya. Juli pun berjalan di samping Julio. Keduanya sama sekali tak berbicara, seolah-olah otak mereka sedang dipenuhi oleh pemikiran masing-masing.

Sampai di depan kelas Juli, Julio ikut berhenti di sana, "jangan nangis lagi ya! Fokus sama pelajaran! Jangan mikirin yang lainnya lagi," ujar Julio sambil mengelus kepala Juli.

Juli mengangguk kaku. Kemudian gadis itu berjalan menuju bangkunya. Namun ia terkejut ketika melihat buku dan mejanya rusak dan di corat-coret.

Julio yang belum pergi dari sana pun melihat raut wahah Juli yang berubah. Segera lelaki itu menghampiri gadis itu. Julio benar-benar terkejut ketika melihat buku dan meja Juli hancur. Dan tangannya mengepal kuat ketika ia kembali melihat Juli meneteskan air mata.

Julio memukul meja dengan keras, "siapa yang ngelakuin ini semua?!" teriak Julio marah.

"Apaan sih Julio pake bela pencuri."

"Pencuri mah pantes digituin."

"Untung aja dia nggak kita usir."

Kelas langsung gaduh dengan perkataan yang mengatakan kalau Juli adalah pencuri. Julio pun marah, lelaki itu menarik Juli untuk bertemu Julia.

Ketika ia hendak ke kelas Julia, Julio berpapasan dengan Julia dan Julian yang tengah tertawa. Bahkan Julian masih bisa tertawa ketika Juli menangis.

"Minta maaf sama Juli sekarang!" teriak Julio pada Julia dan Julian membuat semua orang kembali menonton mereka.

"Maksud lo apa?" tanya Julia.

"Karena lo dan Julian, Juli selalu nangis. Dan sekarang dia dituduh pencuri," kata Julio yang berusaha menahan emosi yang memuncak.

Juli Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang