Kenapa kini aku mencemaskan dirimu?
«»«»«»
"HALLO," Juni mengangkat telponnya yang berdering.
"Ini aku, kamu nggak lupa kan kalau sekarang kita bakalan jalan-jalan?" tanya Julio. Lelaki itu berada di belakang Juli, tetapi gadis itu tidak menyadarinya.
"Oh, iya, aku hampir lupa kak. Untung kakak ingetin," kata Juli.
"Kamu ya, kecil-kecil udah pikun," ledek Julio.
"Ih, apaan sih kak?" tanya Juli. "Ya udah, aku pulang dulu ya kak, setelah ganti baju, baru aku ikut kakak," ujar Juli.
Julio yang sedari tadi diam di belakang Juli akhirnya berjalan mendekati gadis itu, "ngapain ganti baju? Kamu udah cantik kok," bisik Julio tepat di telinga Juli.
Juli refleks mendongak. Seketika wajah Julio berada tepat di depan matanya. Selama beberapa detik mereka terdiam. Sebelum akhirnya Juli mengerjap-ngerjapkan kedua matanya, lalu menjauhkan wajahnya dari wajah Julio.
"Ihh, kakak kok ada di sini?" tanya Juli.
"Emangnya kenapa? Aku nggak boleh ada di sini?" tanya Julio.
"Bukan gitu tap--" ucapan Juli terputus saat telunjuk Julio berada di depan bibirnya.
"Jangan ribut, nanti aku cium lho!" goda Julio.
Juli membuang muka malu. Pipinya mulai memerah. "Kakak apaan sih?"
"Nggak apa-apa, cuma mau ngambil janji kamu waktu itu. Kan udah janji buat jalan-jalan sama aku," kata Julio.
"Iya kak, tapi kan aku mau ganti baju dulu," ujar Juli.
"Udah pake ini aja."
"Tapi kan bau," ujar Juli.
"Nggak kok, nanti kita beli parfum," kata Julio.
"Tapi kak--"
"Udah ah, nanti beneran aku cium nih!" Julio mendekatkan wajahnya ke Juli. Beberapa saat kemudian lelaki itu langsung menarik tangan Juli.
«»«»«»
JULIAN menatap cemas jam dinding yang kini menunjukkan pukul tujuh malam. Lelaki itu jarang sekali merasa cemas. Maka dari itu dia bingung berbuat apa ketika mendapatkan perasaan seperti ini.
Semuanya sudah ia lakukan. Baca buku. Tidur. Makan. Baca lagi. Tidur. Nonton TV. Mandi. Tapi semuanya tak ada yang berhasil untuk menghilangkan rasa cemasnya. Ia masih sangar cemas dengan Juli yang sejak tadi tak datang-datang. Apa Juli mendadak mati di sekolah?
Julian kembali menekan kontak Juli, namun baru beberapa detik, ia kembali menekan tombol merah. Bukannya gengsi, namun Julian takut jika ia menelpon Juli, ia akan mengganggu gadis itu.
Tiba-tiba terdengar suara pintu gerbang dibuka. Mungkin itu Juli.
Dengan cepat Julian langsung berjalan keluar. Namun, langkahnya terhenti ketika ia melihat Juli turun dari mobil seseorang laki-laki. Julian tak bisa melihat wajah lelaki itu, yang jelas Julian tampak tak asing dengan lelaki itu. Siapa dia? batin Julian.
Setelah mobil itu pergi. Juli langsung berjalan menuju pintu masuk. Namun ia terhenti ketika melihat Julian berada di depan pintu.
"Baru pulang?" tanya Julian dingin.
"Eh, gini, tadi itu gue keasyikan jadi sampai lupa waktu. Gue nggak tau kalau ud--"
KAMU SEDANG MEMBACA
Juli
Teen FictionCERITA TELAH DITERBITKAN Twins Month [2] : Juli Valeria Alexis Juli, ditinggalkan oleh cinta pertamanya dan memutuskan untuk menyembunyikan sakit hatinya dibalik senyum yang ceria. Julian, ditinggalkan sahabat yang amat ia cinta dan memutuskan untuk...