22 (A)

25K 1.8K 269
                                    

Maafkan aku yang akan terus menyakitimu.

•••••

Pintu kamar Juli terbuka. Gadis itu keluar dengan seragam lengkap dan juga kantung mata yang besar akibat kemarin ia menangis satu malam.

Tak ada Julian di kamarnya membuat Juli bersyukur. Kalau ia bertemu Julian dengan mata seperti ini, pasti Julian akan berpikir kalau Juli sangat menyukainya. Juli tidak sangat menyukai Julian, Juli hanya sedikit menyukai  Julian.

Gadis itu pun keluar dari kamar Julian. Namun ia terkejut ketika melewati meja makan. Julian ada di sana. Lelaki itu sedang memakan sarapannya. Kenapa ia bisa ada di sana? Bukannya Julian terbiasa berangkat sebelum jam setengah tujuh? Tapi ini sudah jam tujuh kurang lima belas menit. Jika mereka tidak berangkat dalam waktu lima menit, maka mereka akan telat.

Gadis itu berusaha tak peduli dengan Julian, namun mulutnya itu malah meluncurkan pertanyaan pada Julian, "kenapa belum berangkat?" tanya Juli dengan nada sok cuek.

Julian masih mengunyah makannya. Hal itu membuat lelaki itu tak menjawab pertanyaan Juli.

Ih! Ngapain dia nggak jawab pertanyaan gue? Bukannya kemarin dia udah ngaku kalau dia merasa bersalah karena dia udah nyakitin gue? Tapi sekarang apa? Dia malah bersikap seperti biasa, seolah-olah gak ada kejadian apapun, batin Juli kesal.

Merasa diabaikan, Juli pun memutuskan untuk buru-buru pergi sekolah. Selain ia kesal dengan Julian, gadis itu juga malu dengan sikapnya yang dengan mudah memaafkan Julian.

Melihat Juli ingin perrgi. Julian buru-buru menarik tangan Juli dan membuat gadis itu membalikkan badannya.

"Kenapa?" tanya Juli jutek.

"Makan," pinta Julian.

"Nggak laper," ujar Juli.

"Ntar sakit."

Di saat-saat mereka sedang bertengkar begini, Julian masih saja bisa mengucapkan kata-kata yang membuat Juli berbunga-bunga. Kalau begini caranya, gimana cara dia buat ngelupain Julian.

Juli mulai tersadar, dan buru-buru menghilangkan rasa berbunga-bunganya. Gadis itu menghempaskan tangannya, "jangan sok peduli!"

"Emang gue peduli," jawab Julian.

"Kalau gitu gak usah peduli sama gue, lo kan nyuruh gue buat jauhin lo dan lupain lo," ujar Juli.

"Gue nyuruh lo lupain gue, bukan nyuruh lo buat sakit," kata Julian.

"Lo perhatiin aja Julia, gak usah perhatiin gue! Gue punya banyak orang yang bakalan perhatiin gue!" ujar Juli.

Julian beranjak dari duduknya dan memberikan roti berisi selai nanas pada Juli. "Makan, biar lo punya tenaga buat mukul gue nantinya," kata Julian sebelum pergi dari sana.

Juli menatap punggung lelaki itu sambil tersenyum miris. Bahkan Julian tak tahu bahwa dirinya tidak suka dengan selai nanas.

••••••

Julian masih berdiri dari kejauhan, menatap Julia yang tengah sendirian sambil menatap jam tangannya yang rusak gara-gara kejadian kemarin. Gadis itu tak peduli kalau ada banyak orang yang sendari tadi menatapnya.

Setelah lama bepikir, akhirnya Julian memutuskan untuk berjalan menuju Julia dan duduk di samping gadis itu.

"Masih sedih gara-gara jam itu?" tanya Julian.

"Tinggalin aku sendiri," pinta Julia.

"Nggak, aku nggak bakalan biarin kamu tersiksa sendirian lagi," kata Julian.

"Ya udah kalau gitu aku yang pergi." Julia beranjak dari duduknya.

Julian menahan tangan Julia, lelaki itu ikut berdiri, "apa yang bisa aku lakuin biar kamu mau percaya sama aku lagi?" tanya Julian.

Julia kembali membalikkan badannya. Gadis itu menatap mata Julian. Mata lelaki itu mengatakan dirinya serius dan hal itu membuat Julia merasa sedikit percaya kepada Julian.

"Aku mau tanggung jawab dari seseorang karena udah ngerusakin jam aku," kata Julia.

Julian menatap Julia penuh keyakinan, "aku bakalan tanggung jawab. Kamu mau apa? Mau aku buat benerin jam itu?" tanya Julian.

Julia menggeleng, "bukan kakak yang harus tanggung jawab, tapi Juli, dia harus tanggung jawab karena udah ngerusakin jam aku. Dia harus minta maaf dan ngakuin kesalahannya karena udah nyuri jam aku di depan semua orang. Aku udah nggak kuat lagi ngelihat pandangan orang sama ke aku," kata Julia.

Mata yang tadi sangat yakin, kini mulai memperlihatkan keraguannya. Julian tahu jam itu sangat berharga bagi Julia, tapi apakah harus Julian meminta Juli untuk melakukan hal yang diinginkan Julia?

Julian yakin seratus persen bahwa Juli tidak mencuri jam tersebut, tapi Julian juga yakin bahwa Julia tidak akan menjebak Juli dengan sengaja menaruh barangnya ditas Juli, apalagi itu barang kesayangan Julia.

"Aku tau kamu nggak sanggup. Kakak juga suka sama cewek itu? Aku denger-denger, belakangan ini Juli lagi deket sama kakak dan Julio. Aku jadi penasaran seberapa hebatnya sih cewek itu sampai-sampai bisa buat kalian suka sama dia."

"Aku nggak suka sama Juli! Aku bakalan nyuruh dia buat minta maaf ke kamu," kata Julian.

"Kakak serius?" tanya Julia sambil tersenyum.

Julian mengangguk. Dan secara tiba-tiba, Julia memeluk Julian, membuat lelaki itu menjadi membeku. Pelukkan yang sudah lama ia rindukan akhirnya kembali lagi.

Julian tahu bahwa tindakannya akan membuat Juli marah. Tetapi demi senyum Julia, Julian rela menanggung kemarahan Juli.

•••••

Next? Vomment yaa!

Maaf baru update malem, soalnya aku baru aja abis nonton habaek. Dan itu ceritanya seru banget, jadi aku nggak bisa berhenti buat nonton. Apalagi pas bagian Yoona sama si rambut abu (lupa nama), itu bener-bener bikin baper.

Btw di sini ada yang mau chat sama Julian nggak? Cuma sekedar buat seru-seruan aja, walaupun aku yakin kalau chat sama Julian bukannya seru malah nyebelin.

Kalau vomment udah banyak, aku bakalan next dan biar aku nggak lupa buat next cerita ini, kalian bisa dm aku di ig @kdk_pingetania dan makasi yang udah dm aku buat ngingetin update ^ ^

03-01-2018

Juli Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang