Tubuh bisa berbohong, tetapi hati tidak. Tubuh bisa semakin membeku, tetapi hati tak bisa berhenti mencair
«»«»«»
GADIS itu menghentak-hentakkan kakinya. Minta maaf? Sama dia? Gila apa? batin Juli kesal.
"Lagi mikirin apa?" tanya Dian saat melihat Juli melewatinya.
"Eh, tante. Nggak mikirin apa-apa kok," bohong Juli.
"Oh, tante kirain lagi mikirin apa, soalnya tante liat kamu lewat in tante gitu aja," kata Dian. "Ya udah, ayo naik!" ajak Dian lalu masuk ke dalam mobil.
Juli memukul kepalanya pelan, "aih, bego," gumamnya. Gadis itu pun segera masuk ke dalam mobil.
"Gimana tadi?" tanya Dian sambil fokus ke depan jalan. "Suka sekolahnya?"
"Iya," jawab Juli.
"Oh, bagus deh, tante takut kamu bakalan nggak suka sama sekolah nya," kata Dian. Setelah itu, tak ada percakapan yang terjadi antara mereka berdua.
«»«»«»
PINTU terbuka. Semua mata tertuju pada orang yang berada di ambang pintu.
Julian masuk ke kelas dengan santai. Lelaki itu berjalan menuju bangku yang berada di pojok, diikuti Angga di belakangnya.
"Dih, kenapa muka lo?" tanya Seno pada Julian. "Jas lo ke mana?" tanya Seno saat melihat Julian tak memakai jas.
"Itu tadi ada yang numpahin jus ke jasnya Julian," jawab Angga.
"Gue nanya Julian," kata Seno.
"Lo tau kan Julian nggak bakalan jawab, jadi gue temannya yang baik hati dan tidak sombong, dengan senang hati membantu Julian menjawab pertanyaan lo, supaya lo tidak merasa terkacangi," kata Angga panjang lebar.
"Jul, kapan sih lo nganggep gue temen? Kita udah satu kelas dari SMP loh! Lo tau nggak? Rasanya tuh sakit Jul, sakit!" ujar Seno histeris.
Julian mendengus kesal. Lelaki itu kemudian memakai earphone nya, kemudian menaruh kepalanya di atas meja.
"Ngerti kan sekarang kenapa Julian cuma nganggap gue temennya? Lo banyak bacot soalnya," ledek Angga.
"Eh, anjing lo!" umpat Seno sambil memukul lengan Angga keras.
"Btw, gimana tentang pernikahan lo?" tanya Angga kepada Julian.
Seketika Julian langsung melepas earphone, dan menatap kesal ke arah Angga.
"Oke, gue diem," ucap Angga menyerah.
«»«»«»
"KAMU udah pulang?" tanya Dian saat melihat anaknya duduk di sofa.
Julian tak melihat ibunya sedikit pun, lelaki itu masih fokus pada bukunya.
"Bukunya bagus banget ya, sampe Mamanya sendiri ngomong nggak dianggep," sindir Dian, kemudian duduk di sofa depan Julian.
"Iya, bukunya lebih bagus daripada pertanyaan Mama yang jelas-jelas udah ada jawabannya di depan mata," sindir Julian.
"Setidaknya kamu bicara satu kalimat ke Mama," ujar Dian sambil tersenyum. "Eh, Juli. Sini!" panggil Dian saat melihat Juli turun dari tangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Juli
Teen FictionCERITA TELAH DITERBITKAN Twins Month [2] : Juli Valeria Alexis Juli, ditinggalkan oleh cinta pertamanya dan memutuskan untuk menyembunyikan sakit hatinya dibalik senyum yang ceria. Julian, ditinggalkan sahabat yang amat ia cinta dan memutuskan untuk...