Eight

920 123 69
                                    

Setelah mengenal satu sama lain mereka duduk ditepi kasur dalam keadaan hening.

"Jadi, eunha apa yang terjadi denganmu semalam?" tanya jungkook memecah keheningan.
"Tak apa kah jika aku menceritakan ini padamu?" tanya eunha ragu.

"Percayalah padaku, aku bukan orang yang suka mengumbar rahasia orang" ujar jungkook lembut.
Eunha tersenyum mendengar perkataan jungkook.
"Sebenarnya tadi malam..."

*flashback on

Eunha dengan ragu memutar knop pintunya, alangkah terkejutnya saat ia melihat kakak lelakinya aka jung hoseok sudah tersungkur dengan wajah yang babak belur.

Saat tatapan hoseok teralih kearah pintu, hoseok memberi aba-aba untuk segera pergi dari rumah itu.
Sayangnya, orang yang telah memukuli hoseok melihat gerak-gerik hoseok dan melihat kearah pintu.

Ia menyeringai mendapati eunha dengan wajah terkejutnya.
"Bagaimana kalau dia yang jadi bayarannya" ujar pria kekar itu dengan seringaiannya.

"Jangan! Jangan pernah kau menyentuh adikku!" teriak hoseok. Tapi itu hanya dianggap angin lalu oleh si pria kekar tersebut. Dengan langkah pelan ia mendekati eunha.
Eunha yang tersadar dari cengonya segera melarikan diri dari tempat itu.
Eunha terus berlari tanpa memperhatikan jalan, sampai ia menabrak jungkook.

*flashback off

"Sekali lagi maafkan aku telah merepotkanmu" lirih eunha.
"Gwaenchana,.. Lagipula apa kau ada masalah dengan si pria kekar tersebut?" tanya jungkook penasaran.

"Aku hanya tinggal berdua dengan oppa ku hoseok, orang tuaku sudah meninggal saat aku SMA... Ternyata, kedua orang tuaku mempunyai hutang yang belum terlunasi dengan pria itu, dia selalu menagih kepada kami. Karena itu aku bekerja dicafe untuk melunasi hutang orang tuaku, tapi pria itu sudah datang dan ingin menjadikanku sebagai bayaran" jelas eunha panjang lebar.

Jungkook menatap iba kepada eunha. Bagaimana gadis sepolos eunha mendapatkan tekanan seperti ini? Batin jungkook.

"A-aku takut" ujar eunha pelan.
"Gwaenchana, kau aman bersamaku" ujar jungkook mantap.
"Gomawo" ujar eunha dengan senyum manisnya. Jungkook pun membalas senyum eunha.

'Manis' batin jungkook.

"Tapi, bagaimana dengan oppaku?" eunha benar-benar khawatir dengan keadaan kakak lelakinya.
"Tenanglah, kita akan melihat keadaannya setelah kita mandi" ujar jungkook.

~~~

Sinb terbangun dari tidurnya, ia mengerjapkan matanya.
Ia turun dari kasurnya dan melangkah kekamar mandi.

Selesai dari kamar mandi sinb pergi kedapur.
"Masak apa ya?" gumamnya.
Ia mengambil beberapa sayuran dan mulai memasak sesuai keinginannya.

Saat sibuk memasak, ia mendengar langkah kaki. Ia menoleh kebelakang dan melihat taehyung yang sudah rapi dengan pakaian casualnya.
"T-tae? Kau akan pergi?" tanya sinb, dalam keadaan apapun ia akan selalu gugup jika berhadapan dengan suaminya sendiri.

"Ne" jawab taehyung datar.
"Tapi, aku memasak untukmu" ujar sinb.
"Aku terlambat menemui yerin dari kemarin, dan itu semua karnamu" ujar taehyung tajam.
Sinb tertegun mendengar perkataan taehyung.

Taehyung segera melenggang pergi meninggalkan sinb yang masih tertegun.
Sinb tersenyum miris. "Jangan berharap lebih sinb" ujarnya.
Jadilah, ia sarapan pagi sendiri.
Sebenarnya ia sudah terbiasa tidak ada taehyung. Tapi, bagaimanapun juga sinb ingin hal-hal yang dilakukan sepasang suami istri pada umumnya. Sarapan bersama, nonton televisi bersama, jalan-jalan bersama, apapun itu selalu bersama.

Tapi, sayangnya hal itu hanyalah khayalan sinb saja. Ia tau semua itu tidak akan pernah terjadi.

Sinb menerima semua perlakuan kasar taehyung. Tapi, ia sebenarnya tidak suka jika taehyung ternyata menghabiskan waktunya bersama yerin. Itu sangat menyakiti perasaan sinb. Ia tidak suka melihat taehyung dekat dengan perempuan lain, toh taehyung adalah suaminya ia berhak cemburu.

Kita lihat saja, berapa lama sinb akan bertahan?

~~~

"apa kau yakin eunha?" tanya jungkook sambil menatap bangunan yang tidak lain adalah Rumah eunha.
"Maksudku, apa kau yakin jika oppamu ada didalam?" tanya jungkook lagi.
"Aku yakin, aku merasa dia masih ada dirumah ini" ujar eunha.

Mereka berdua pun melangkahkan kaki mendekati rumah eunha.
Eunha memberanikan dirinya mengetuk pintu.
Saat ketiga kalinya, pintu itu terbuka menampakkan raut terkejutnya hoseok melihat adik perempuannya.
"Ha-ya! Apa yang kau lakukan disini? Dia sewaktu-waktu bisa kesini" panik hoseok.

"Jangan khawatir, aku bersamanya" ujar jungkook. Hoseok langsung melirik kearah jungkook.
"Kau? Siapa?" tanya hoseok.
"Oppa, dia adalah orang yang telah menyelamatkan ku dari pria penagih itu" jelas eunha.

"Jinjja? Ah, aku sangat berterima kasih denganmu... Entahlah aku bisa membalasnya atau tidak" ujar hoseok yang sangat berterima kasih.
"Tidak usah dipikirkan" ujar jungkook.
"Ayo masuk" hoseok mempersilahkan jungkook masuk dan eunha langsung menuju dapur untuk membuatkan minuman.

Saat eunha sedang sibuk hoseok dan jungkook mengobrol diruang tamu.
"Siapa namamu?" tanya hoseok.
"Jeon jungkook" jungkook memperkenalkan dirinya.

"Sungguh aku sangat berterima kasih denganmu jungkook-ssi" ujar hoseok.
"Gwaenchana, kita memang harus tolong menolong bukan? Oh,iya tidak perlu terlalu formal bukankah kau lebih tua hyung?" hoseok terkekeh pelan.

"Ne,aku mengerti. Dan jungkook-ah, apa aku bisa meminta bantuanmu?" ujar hoseok pelan.
"Apa itu?" tanya jungkook penasaran.
"Untuk sementara waktu ini, bisakah aku menitipkan eunha padamu. Aku mohon,hanya sampai aku bisa melunaskan seluruh hutang-hutang ini" mohon hoseok.
"Eh, apa kau sudah dengar ceritanya?" tanya hoseok.

"Ya, aku sudah mendengarnya dari eunha. Dan hyung tidak perlu khawatir kau bisa percayakan eunha padaku" ujar jungkook mantap.
Hoseok tersenyum hangat. "Gomawo kook, aku percayakan eunha padamu". Setelah itu eunha datang membawa minuman dan terjadilah perbincangan hangat antara mereka bertiga.

~~~

Sinb sedang asik menonton acara yang tengah ditayangkan ditelevisi sampai ia mengingat sesuatu.
"Besok! Besok, adalah ulang tahun eunha!" pekik sinb.

"Kado apa yang harus ku berikan yah?" monolog sinb.
"Aha!!!" sinb berseru ria,dengan langkah cepat ia menuju kamarnya dan bersiap-siap ingin pergi.

~~~

Hoseok tengah mengantarkan jungkook dan eunha keluar.
"Kook, aku titip eunha padamu" ujar hoseok lagi.
"Jangan khawatir" ujar jungkook mantap.

"Oppa jaga dirimu" ujar eunha yang tengah menahan tangisnya.
"Eyy,,,jangan menangis oppa-mu ini akan baik-baik saja. Selama kau baik-baik saja maka akupun juga baik" ujar hoseok sambil mengusap rambut eunha.

"Baiklah hyung, kami pergi" ujar jungkook. Hoseok melambaikan tangannya kepada eunha juga jungkook yang sudah mulai melaju dengan mobilnya.

Didalam mobil jungkook....

"Astaga!" pekik eunha. Jungkook tersentak mendengar pekikan eunha.
"Ada apa? Kau bikin kaget saja" keluh jungkook.
"Eunha pabo! Kook-ah, aku bahkan lupa membawa bajuku. Sedangkan kita sudah jauh" gerutu eunha. Jungkook tertawa pelan melihat tingkah eunha yang seperti anak kecil.

"Apa yang harus ku lakukan?" tanya eunha.
"Pakai saja bajuku, kau akan cantik jika memakai bajuku" goda jungkook. Eunha yang mengerti arah bicara jungkook memberikan tatapan tajam.
"Yak! Apa kau mau mati?!" teriak eunha.

"Ahahaha, arraseo! Aku hanya bercanda... Kita akan membelinya" ujar jungkook.
"Tapi, aku sedang tidak punya uang" keluh eunha.
"Serahkan semuanya padaku" ujar jungkook.

Eunha tersenyum lebar.
"Gomawo, kookie!" pekik eunha senang.
'Kookie? Ah, menggemaskan' batin jungkook.

---To Be Continued---

*maaf typonya yak...

Second Chances?[complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang