Eighteen

833 123 29
                                    

'Kesempatan kedua?'
.
.
.
.
Sinb memasuki rumah jimin dengan lesu.
Jimin yang melihat sinb pulang akhirnya bisa bernafas lega.
"Bi-ya, ku kira kau tak tau jalan" ujar jimin menghampiri sinb.

Jimin menautkan alis heran, dengan sikap sinb.
Jimin menangkup dagu sinb.
Dan saat itu juga, air mata sinb mengalir deras.

"Wae?" tanya jimin lembut.
"Mianhae, jim... " lirih sinb.

Jimin menghela nafas.
"Ceritakan ku mohon"

Jimin menuntun sinb untuk duduk disofa.
Sinb belum juga mau bicara, dia hanya ingin menangis.
Jimin menggenggam erat tangan sinb.

"Ceritalah"

"T-taehyung mengalami kecelakaan"
Jimin tersentak.
"Kau serius?" sinb mengangguk lemah.
"Bagaimana keadaannya sekarang?" jimin terlihat khawatir.
Sinb langsung menatap jimin.
"Kau khawatir padanya?" jimin langsung gelagapan.

"T-tidak... H-hanya sajaa---"

"Aku tau kau masih menyayanginya sebagai sahabat jim, seberapa pun rasa bencimu terhadap taehyung akan kalah dengan rasa khawatirmu terhadapnya. Aku bisa merasakan itu jim... "

jimin menunduk, percuma saja ia tidak bisa lagi menyembunyikan rasa khawatirnya terhadap sahabatnya sejak kecil itu. Rasa khawatirnya mengalahkan rasa bencinya, hanya saja jimin dapat menyembunyikannya.

"Jim, aku ingin meminta satu hal. Ku mohon kali ini biarkan aku meminta hal itu" jimin menengadahkan wajahnya. Dia harap fikirannya tidak sesuai dengan apa yang diminta oleh sinb.

"Kumohon.... Biarkan aku kembali"

Sial, jimin sudah menduga hal itu. Tuhan kali ini tidak berpihak padanya.

Sinb merapatkan kedua tangannya memohon sambil terisak.
"Kumohon.... "

"Bi-yaaa... " jimin dan sinb menoleh.
Itu nyonya park.

"Jika memang itu keputusan terbaik, maka lakukanlah. Aku mendukungmu, buat dia menjadi taehyung yang dulu lagi" nyonya park tersenyum hangat.

Dan jimin hanya bisa pasrah. Mungkin, sinb bukan jodohnya.

"Jim, kumohon maafkan aku" jimin hanya bisa menunduk, ia tidak ingin melihat wajah sinb untuk sekarang. Hanya tidak sanggup.

Jimin ingin beranjak sebelum tangannya ditahan oleh sinb.
"Jim... " jimin susah payah menahan air matanya.

Dengan tiba-tiba jimin menarik sinb kedalam pelukannya.
Dan menyembunyikan wajahnya disela leher sinb lalu menangis sepuasnya.
Sinb juga tentunya ikut menangis, ia merasa telah membuang jimin begitu saja. Seperti dia meninggalkan jungkook saat itu. Dan penyebabnya sama, kim taehyung.

Nyonya park tidak sanggup melihat pemandangan yang menyedihkan ini, ia pergi meninggalkan jimin dan sinb berdua.

"Jim, jaga dirimu ne. Kita bisa menjadi teman baik" jimin tidak menjawab, ia hanya bisa mengangguk lemah.

~~~

Sinb kembali kerumah sakit saat malam hari tiba. Matanya agak sedikit sembab karna kejadian tadi. Untungnya saat sinb pergi ada nyonya kim dan juga tuan kim yang menjaga taehyung.

Saat sinb membuka pintu, hanya ada taehyung yang sedang tertidur.

Sinb masuk dengan langkah pelan.
Namun, taehyung terbangun.
"Maaf kau terbangun" ujar sinb pelan.

Taehyung tersenyum, ia berusaha untuk duduk. Sinb langsung membantu taehyung agar dapat duduk.

"Kau darimana saja?"

"Hanya ada sedikit masalah, dimana eomma dan appa?" tanya sinb.
"Mereka sudah pulang setengah jam yang lalu, kau memanggil 'appa'?"

Sinb tertawa kecil. "Hanya ingin".

Dalam hati taehyung sangat bersyukur dapat melihat senyuman dan juga tawa kecil dari sinb.

"Apa kau sudah makan?"
"Aku menunggumu" ujar taehyung lemah.

"Maafkan aku, baiklah aku membelikanmu bubur. Makanlah"

"Aaa~" taehyung membuka mulutnya, menandakan ia ingin disuapkan.
"Baiklah, bayi besar mari kita makan" setelah itu mereka tertawa akibat candaan mereka.

'Kuharap, ini bukan kebahagiaan sementara. Kuharap"

~~~

"Kook, berhentilah" eunha sangat risih, bagaimana tidak sedari tadi jungkook selalu mengganggu acara menonton eunha.

"Aku merindukanmu~" rengek jungkook.
Jungkook memeluk eunha dari samping.
Eunha mendelik.
"Aku selalu bersamamu bukan?"

"Tapi, aku bukan menginginkan selalu tapi selamanya" eunha tertegun. Lelucon?.

"Berhenti bercanda" jungkook menggeleng.
"Aku tidak pernah bercanda masalah ini, aku tidak ingin ditinggalkan lagi. Apalagi, saat aku sudah berusaha yang terbaik untuknya. Jangan tinggalkan aku"

Terdengar seperti curahan hati.
Eunha merubah posisinya mengadap kearah jungkook.
"Apa yang terjadi?"

"Aku trauma ditinggalkan ha-ya... Jadi, kau tidak boleh meninggalkan ku juga"

"Kau tau rasanya jika kau jadi aku, disaat kau ingin menjalin hubungan ke jenjang yang lebih serius karna kau sangat menyayanginya, disaat itu juga dia dengan mudahnya mengatakan ingin berpisah. Keputusan yang sangat menyakitkan untukku"

"Siapa?"

"Siapa apanya?"

"Wanita yang kau maksud"

" ....sinb"

~~~

"Sekarang istirahatlah"

Taehyung menuruti perintah sinb dan kembali berbaring.

"Bi, kau tidur dimana?"

"Ada sofa"

"Tidurlah disampingku" taehyung menggeser sedikit badannya.

"Tidak usah, kau sedang sakit bukan?"

"Tidak apa bi.. Kemarilah"

"Tidak usah tae"
Karna kesal taehyung menarik tangan sinb dan memaksanya untuk tidur disampingnya. Sinb pasrah dan menurutinya. Mereka tidur berhadapan.

Taehyung menatap lekat mata sinb.
"Jangan tinggalkan aku" bisik taehyung, lalu mengecup kening sinb lama.

Sinb memejamkan matanya, membebaskan air matanya untuk mengalir.
Hatinya terasa sesak, bukan karna sakit tapi karna bahagia.

'Tuhan, izinkan aku merasakan apa itu kebahagiaan suatu hubungan sebelum terlambat" - taehyung.

---TBC---

Huhu ㅠ ㅠ ini blum akhir gaes:'''
😔😔😔 ku terhura, makasih yng dah mo baca ampe sini. Sini kecup manjah 😘😘😘. *uncheu-uncheu.

Kalo saia banyak typo, itu karna kebanyakan makan micin:)

Second Chances?[complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang