Twelve

933 125 31
                                    

Eunha yang tadinya sedang melayani para pelanggan dikagetkan dengan sinb yang masuk berlari kedalam ruangan tempat biasa mereka istirahat, dengan mata yang sudah sembab.

Eunha juga melihat jimin yang berlari menyusul sinb. Karna khawatir ia ikut menyusul sinb dan jimin.

Eunha bisa melihat jimin yang tengah menenangkan sinb.
"Bi, kau tidak apa?"

Sinb menengok dengan mata sembabnya.
"Ha-ya... " lirihnya.

"Jimin, keluarlah. Biar aku yang menemaninya" eunha bisa melihat wajah jimin yang pasrah sebenarnya ia ingin menemani sinb. Tapi, ia yakin jika ia tidak akan mengerti apapun masalah sinb.

Saat jimin sudah keluar, eunha menghampiri sinb dan langsung memeluknya.
"Wae? Apa dia lagi?". Sinb mengangguk pelan.
"A-aku tidak kuat lagi eunha..." ujarnya.
Eunha seakan bisa merasakan kesakitan yang dirasa sinb selama ini.
"Aku sungguh tidak kuat lagi... " gumam sinb lagi.

"Gwaenchana, tenanglah dulu. Kita pasti akan membicarakannya".

~~~

"Sinb, kau sungguh tidak apa-apa?" tanya jimin.
"Jim, gwaenchana" sinb tersenyun lembut untuk meyakinkan jimin.
"Baiklah, kau yakin ingin ikut bersama kami?" .

"Aku harus ikut" jimin mengangguk.
"Baiklah, ayo!" .

Jimin, jungkook,sinb, dan eunha hari ini mulai melaksanakan kegiatan mereka untuk menyiapkan kejutan untuk nyonya park.

~~~

Selesai berbelanja segala kebutuhan untuk kejutan besok. Mereka mulai mendekor kamar milik nyonya park. Ya, mereka sedang berada dikediaman nyonya park bersama jimin.
Saat asik mendekor ruangan, tiba-tiba sinb merasa pusing dan badannya serasa lemas.
Jimin yang memperhatikan gerak-gerik sinb, kaget saat sinb mulai terhuyung kebelakang. Untung saja dengan sigap jimin langsung menahan tubuh sinb dan merebahkannya kekasur milik nyonya park.
"Astaga sinb!" eunha langsung berlari mendekati sinb yang tengah terbaring lemah.

"Apa dia belum makan? Wajahnya sangat pucat" ujar jimin panik.
"Entahlah, apa yang harus kita lakukan?" tanya eunha yang juga ikut panik.
"Mungkin dia lelah" eunha dan jimin langsung menatap jungkook yang barusan memberi argumen dengan santainya.
"Aku benarkan?" ujarnya sambil mengangkat alisnya.

"Atau.... Karna lelaki sialan itu yaa?" sambungnya lagi sambil menaruh tangannya didagu seolah sedang berfikir.
Eunha yang mendengar gumaman jungkook sedikit terkejut.
"J-jungkook .... K-kau tau?" jungkook tersenyum miring.
"Apa yang tidak ku tahu dari seorang yang pernah kucintai?".

"Kau mencintai sinb?!" pekik jimin dan eunha bersamaan.
Jungkook menutup kedua telinganya. "Santai saja, dia hanyalah cinta pertamaku. Dan aku sudah melepaskannya, tidak perlu khawatir jimin. Aku tau kau cemburu" jungkook memasang wajah menjengkelkan bagi jimin.

"Bukan itu maksudku, tapi sinb sudah mempunyai suami bodoh" umpat jimin kesal. Sangat kesal.
Sedangkan eunha masih menatap jungkook dalam.

"Kau siapanya sinb?" jungkook tersenyum dan menatap sinb yang tengah tertidur lemah itu.
"Dulunya aku adalah orang yang penting bagi sinb, tapi tidak lagi" ujarnya sambil tersenyum miris.

"Apa yang kalian bicarakan? Bisakah kalian menjelaskannya padaku?" tanya jimin bingung.
"Ayo, aku akan menjelaskan semuanya padamu" jungkook mengajak jimin keluar kamar, dan eunha yang tetap menjaga sinb.

~~~

"Sialan, suami macam apa yang telah menyakiti istrinya sendiri." monolog jimin dengan mengepalkan tangannya.

Second Chances?[complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang