Thirteen

932 128 14
                                    

"Tapi, percuma saja..."

"Kenapa?" yerin mengerutkan keningnya.

"Kau tau, aku sangat kasar kepadanya... Dan, tadi pagi dia bilang bahwa dia membenciku, dia sudah muak denganku" .

'Ya Tuhan, taehyung benar-benar berubah. Lihatlah tingkahnya seperti anak kecil sekarang' batin yerin gemas.

"Yerin-ah, maafkan aku"

"Sudahlah, kau tidak salah"

Yerin pun mengajak taehyung kembali duduk dibangku tadi.

"S-sebenarnya dari awal, aku sama sekali tidak ingin menyakitinya. Hanya saja aku terlalu sakit hati karna kehilangan eommaku. Aku...merindukan eommaku. karna appa, eommaku harus pergi meninggalkanku."

"Aku mengerti tae... Kau harus berusaha sendiri, jangan berharap jika aku akan membantumu. Karna sudah cukup aku dibenci oleh sahabatku sendiri" yerin memandang taehyung sendu.

"Mianhae, yerin-ah"

~~~

Sinb mengerjapkan matanya perlahan. Ia memegangi kepalanya yang serasa berdenyut.
"Aishhh, kepalaku sakit sekali"

"Kau sudah merasa baikan?"

"Oh, jim... Apa aku masih dirumahmu?" jimin mengangguk.
"Jam berapa sekarang?".

"Jam 9 malam" sinb membelalak kaget.
"Astaga, aku harus pulang jim". Sinb tadinya ingin beranjak pergi tapi kepalanya semakin berdenyut sakit.
"Tetaplah berbaring, aku akan pergi kerumahmu untuk meminta izin dengan suamimu" saat jimin ingin pergi sinb menahan lengan jimin.

"Bagaimana jika dia berfikir hal yang tidak-tidak?" jimin sedikit berfikir.
"Aku akan datang bersama eommaku, dan bilang bahwa kau sedang tidak mau pulang dan ingin selalu bersama eommaku. Hebatkan?" belum sempat sinb protes jimin lebih dulu melenggang pergi dan menutup pintunya.

~~~

"Jim, kita akan kemana?" tanya nyonya park yang duduk dibangku penumpang.
"Tunggu saja eomma" nyonya park menghela nafas pelan. Entah mengapa perasaannya tidak enak.

~~~

Nyonya kim belum bisa tidur sama sekali, ia masih memikirkan menantu dan anaknya. Ah, maksudnya anak tirinya.

Ia terkesiap saat pintu rumah terbuka.
"Tae, kau sudah pulang? Lalu dimana sinb?" tanya nyonya kim sambil celingak-celinguk kebelakang taehyung.
"Aku tidak bersamanya" ujarnya datar dan langsung pergi kedalam.

Tapi, saat ia ingin membuka pintu kamarnya ia harus menahan diri untuk masuk. Karna mendengar suara mobil yang baru saja berhenti didepan rumahnya.

Ia lebih memilih kembali keruang tamu, dan melihat siapa yang datang.
~~~

Jimin memberhentikan mobilnya disebuah rumah.
"Rumah siapa jim?".
"Ayo, kita turun dulu. Ini rumahnya sinb". Nyonya park terkejut mendengarnya.
Ia menahan lengan jimin yang ingin turun dari mobil.
"Ada apa eomma?" nyonya park menggeleng.
"Jangan, sebaiknya kita pulang. Ayolah jim, ayo kita pulang".

Jimin tidak mendengarkan perkataan eommanya, ia segera turun dari mobil. Karna khawatir, akhirnya nyonya park ikut turun menyusul jimin.

Nyonya kim yang ingin menutup pintu terkejut bukan main atas kedatangan orang yang sangat dikenalnya.
"Malam bibi, aku jimin. Aku temannya sinb. Dan ini eommaku" nyonya park muncul dari belakang jimin dan berdiri disamping jimin, tatapannya kepada nyonya kim tidak bersahabat.

"M-malam jimin-ssi".

"Siapa?". Saat itu juga taehyung datang dan berdiri disamping nyonya kim.

Dan saat itu juga tatapan antara taehyung dan jimin bertemu.
"Kau! Apa yang kau lakukan disini?!" tanya jimin sedikit berteriak.
"Seharusnya aku yang bertanya kepadamu. Apa yang kau lakukan dirumahku ini?" jimin tertegun.

'Jadi...?'

"Cih, aku muak sekali dengan wajahmu. Mengapa harus kau?" tanya jimin jengkel.

Jimin mencoba bersabar. Ia menyunggingkan senyum miringnya. "Aku hanya ingin bilang, sinb sedang bersamaku... " jimin menghentikan kalimatnya, ia melihat ekspresi taehyung yang terkejut.

Ia terkekeh pelan. Ia menarik kerah leher milik taehyung hingga taehyung tertarik kedepan jimin, taehyung sama sekali tidak memberontak.

"Karna kau, aku harus kehilangan ayahku dan membuat eomma dan juga diriku harus menderita selama ini.........






Jadi, apa kau siap untuk kehilangan sinb?" jimin mendorong taehyung dan segera pergi dari situ.
Taehyung yang terhuyung langsung ditahan oleh nyonya kim.

Nyonya park masih menatap nyonya kim.
"Ini bukan kemauanku, tapi ini kemauan anakku" dan nyonya park juga meninggalkan tempat itu.

Jimin langsung meninggalkan kediaman taehyung dengan kecepatan tinggi.

Taehyung masih tertegun.

'Jadi, apa kau siap untuk kehilangan sinb?'

"Andwae!!!"

Nyonya kim terkejut mendengar taehyung memekik keras.
"Ada apa tae? Ayo kita masuk dulu" nyonya kim memapah taehyung masuk dan mendudukkan taehyung disofa ruang tamu.

Nyonya kim mengelus punggung taehyung.
"Mianhae, karna aku kau harus kehilangan semuanya" lirih nyonya kim. Taehyung menatap nyonya kim yang sedang menahan isakan tangisnya.
Tiba-tiba taehyung memeluk nyonya kim.
"Aku butuh dirimu sebagai eomma saat ini. Aku lelah dengan semua ini, apa aku akan kehilangan semuanya eomma?" nyonya kim menangis haru mendengar taehyung yang memanggil dirinya dengan sebutan eomma.

"Tae... Apa kau mencintai sinb nak?" taehyung mengangguk lemah dalam pelukan nyonya kim.

"Aku terlalu munafik. Aku mencintainya dan yang ku beri selama ini padanya hanyalah kekerasan.... Dan tadi pagi ia bilang jika dia muak dengan wajahku, dan ia juga sudah membenciku"

"Nak, hanya saja kau salah dalam menyatakan perasaanmu. Gengsimu terlalu tinggi untuk itu. Kau menyatakan perasaanmu dalam bentuk kekerasan itu sangatlah salah besar, aku tau dulu kau hanya menyangkal perasaanmu karna kau ingin membencinya bukan mencintainya. Jadi kau berusaha keras untuk selalu meyakitinya. Tapi,lihat kau gagal bukan. Dan pada akhirnya kau menyerah." taehyung terdiam.

"Apa yang harus kulakukan?"

"Aku serahkan padamu... Kau ingin melepaskan sinb bersama jimin? Atau kau ingin memperbaiki kesalahanmu?".

~~~

Jimin mendobrak pintu kamar nyonya park.
Sinb langsung terlonjak kaget.
"Jim tenanglah" ujar nyonya park yang berlari kearah jimin.
"Berhenti, eomma!" nyonya park mengikuti permintaan jimin, karna dalam keadaan emosi jimin tidak akan terkontrol.
"Tinggalkan kami".

"Tapi, jim..."

"Tinggalkan kami!" ujar jimin lebih tegas
Nyonya park akhirnya meninggalkan jimin dan sinb.

"Jim, apa yang terjadi?" tanya sinb lebih tenang.
Jimin melangkah gontai dan berlutut didepan sinb yang tengah duduk ditepi ranjang.

"Kumohon, tinggalkan dia..." sinb kebingungan sekarang.
"Apa yang kau maksud jim?".
"Berjanjilah padaku, apapun yang ku pinta akan kau turuti".

"Tapi..."
"Berjanjilah, kumohon"
Sinb menganggukkan kepalanya.
"Baiklah aku berjanji".

Jimin menghela nafas dan merebahkan kepalanya dipaha sinb. Sinb hanya terdiam, tangannya mengelus surai milik jimin agar jimin bisa tenang.

---TBC---

*maaf typo:)

Second Chances?[complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang