Fourteen

901 119 24
                                    

"Hoam~" jungkook terbangun dan mengubah posisinya menjadi duduk.
Ini sudah jam 8 pagi, yang ia yakini eunha sudah sibuk dengan peralatan dapur.

Ia melangkah lemas menuju kamar mandi untuk mencuci wajahnya.

Saat keluar dari kamar mandi, ia sudah mencium aroma masakan.
Ia pun segera mendatangi aroma masakan tersebut.

Sosok pertama yang ia lihat adalah wanita yang sekarang memenuhi hari-harinya.
Ia memeluk eunha dari belakang, meletakkan dagunya dipundak kecil milik eunha dan membuat eunha menghentikan aktivitas memotong sayurannya.

"Kook?". Jungkook membalasnya dengan deheman.
"Aku sedang memasak".
"Aku tau itu". Eunha mendengus.
"Jangan ganggu aku".

"Baiklah, buat yang enak". Saat jungkook melepaskan pelukan itu dan pergi, ada perasaan sedih dari eunha.

'Astaga, apa yang kupikirkan?' batin eunha. Eunha dengan gerakan cepat melanjutkan kegiatan memasaknya.

"Oh, iya bukannya ini hari ulang tahun bibi park?" tanya jungkook yang belum sepenuhnya pergi dari dapur.
"Astaga, aku melupakan itu!" pekik eunha.
"Sebentar, aku akan menghubungi jimin".
Jungkook beranjak dari dapur menuju kamar untuk mengambil ponselnya dan menghubungi jimin.

~~~

Nyonya park sedari tadi gelisah sendiri, sudah dari 10 menit yang lalu ia hanya mondar-mandir didepan kamarnya sendiri. Tadi malam ia tertidur dikamar jimin, dan sekarang ia takut jika jimin berbuat hal yang tidak diinginkan kepada sinb, mengingat amarah jimin yang kemarin tidak bisa terkontrol.

Setelah berfikir lama ia memberanikan dirinya membuka pintu kamar yang didalamnya ada jimin dan juga sinb.

Saat ia membuka pintu, ia bernafas lega melihat jimin dan sinb yang tertidur pulas.
Hanya saja hatinya merasa miris melihat anaknya yang sangat nyaman memeluk sinb. Apa yang harus ia lakukan? Membantu jimin atau harus menjauhkan jimin dari sinb?.

Nyonya park bisa melihat ketulusan cinta dimata jimin untuk sinb. Ia tidak kuat jika memisahkan anaknya dengan orang yang dicintainya. Hanya saja sekarang sinb sudah seutuhnya milik seseorang. Jadi, ia harus bagaimana sekarang?.

Lama nyonya park melamun, dan tiba-tiba terdengar suara ponsel yang berdering membuat nyonya park terkesiap dan langsung menutup pintunya pelan.

~~~

Sinb merasa badannya sangat kaku sekarang, saat ia membuka matanya hal yang pertama ia lihat wajah damai jimin yang tertidur pulas.
Lama sekali ia menatap wajah jimin, jantungnya berdetak dengan cepat. Tangannya perlahan terangkat menuju wajah jimin dan perlahan mengusap rahang tegas milik jimin. Ia tahu apa yang ia lakukan sekarang adalah tidak benar. Dia tidak pernah tidur seranjang dengan taehyung, bahkan untuk menyentuh wajah taehyung saja itu hal yang mustahil baginya.

Tapi, ia merasa nyaman jika berada disamping jimin. Hanya saja jika ia bersama jimin ia akan memikirkan bahwa itu adalah suaminya sendiri, kim taehyung. Dia belum benar-benar melupakan taehyung bukan? Dia hanya lelah atas perlakuan taehyung selama ini. Sinb saja tidak tahu apakah ia akan kembali kepada taehyung.

Tapi, ia ingat janjinya kepada jimin semalam.

"Kumohon, berjanjilah jangan pernah berhubungan dengan kim taehyung lagi. Kau harus meninggalkannya, aku tidak kuat melihatmu tersiksa. Kumohon jangan temui lelaki sialan itu lagi. Aku akan mengurus semuanya, asalkan kau mau berjanji kepadaku"

"Aku berjanji"

Memori semalam terulang kembali dimana ia dengan mudah menyetujui perjanjian yang diberikan jimin.

Second Chances?[complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang