KAKI Gabriella yang mengenakan wedges berwarna peach itu melangkah dengan tergesa-gesa memasuki rumah sakit, diikuti kedua bodyguard-nya yang ikut berjalan laju mensejajari langkah gadis itu.
Gabriella buru-buru menghampiri tempat resepsionis yang dijaga oleh seorang wanita berseragam perawat, "Max Maxwell! Cepat katakan di mana dia dirawat!"
Si wanita berambut pendek seleher yang menjadi resepsionis itu memandangi Gabriella sekilas, "Baiklah, tunggu sebentar."
Resepsionis tersebut segera memeriksa daftar nama pasien dan mencari nama Max.
Jari telunjuknya menelusuri nama-nama daftar pasien yang jumlahnya tentu tak sedikit dan terhenti saat sudah didapatkannya, "Pasien bernama Max Maxwell berada di ruangan ICU, dari sini anda lurus kemudian belok kiri. Ruangannya yang pertama."
Tak mau membuang-buang waktu lagi, Gabriella langsung melesat pergi meninggalkan wanita resepsionis itu tanpa mengucapkan terima kasih, alhasil hal tersebut digantikan oleh Eddie yang juga setelahnya segera menyusul Gabriella dan Fred.Setelah melalui jalan yang dimaksud si resepsionis tadi, manik abu-abu milik Gabriella menangkap Kelly yang tengah terduduk menunggu di depan ruangan Max dirawat.
Kelly yang tadinya tertunduk seraya menangis, langsung mendongakkan kepalanya ketika dilihatnya ada tiga pasang kaki yang berhenti tepat di depannya.
Gadis bermata emerald itu mengernyit lalu menghapus air matanya cepat, "Siapa...kalian?"
Tanya Kelly to the point sembari memandangi Gabriella, Eddie, dan Fred secara bergantian.Gabriella menyilangkan tangannya di depan dada dan berdeham, "Aku yang menembak Max."
Kelly membulatkan matanya dengan gadis itu yang masih mengenakan gaun pengantin, ia buru-buru bangkit dari duduknya, "Jadi kau-..."
"Perkenalkan, aku Gabriella. Orang yang sempat menyelamatkan Max dari penjara waktu itu, dan yang menembaki Max tadi."
Kelly, Eddie, dan Fred, terkejut mendengar penuturan Gabriella barusan.
Bahkan kedua bodyguardnya itu sampai berpandangan satu sama lain dengan mulut terbuka.Baru beberapa hari Eddie dan Fred tak berada di sisi Gabriella, namun lihatlah ungkapan yang baru saja dibongkar oleh Gabriella.
Bisa-bisanya anak ketua polisi sepertinya menyelamatkan buronan yang telah menghabisi nyawa adiknya sendiri, pikir Eddie dan Fred secara bersamaan.Alhasil, kedua bodyguard Gabriella itu hanya bungkam, mereka tau ini bukan saat yang tepat untuk bertanya lebih lanjut mengenai anak ketuanya yang membantu pelarian diri Max.
"J-jadi kau---Max bercerita padaku tentangmu yang membantunya---tapi, kenapa kau mencoba membunuh Max sekarang?!"
Kelly mengusap air matanya yang masih tertinggal, membuat make-upnya jadi luntur.Gabriella berdecak, "Sebenarnya sasaranku adalah kau, tapi si idiot Eddie ini salah menempatkan pelurunya!"
Gadis blonde itu berbalik dan langsung menunjuk Eddie dengan jari telunjuknya tepat di wajah Eddie yang kini tertunduk.Kelly tersentak, "A-apa maksudmu dengan 'sasaran sebenarnya adalah aku'? Kenapa kau berniat membunuhku?"
Pertanyaan Kelly barusan harus tak terjawab ketika pintu ruangan yang bertulis ICU di hadapannya dan Gabriella, terbuka disusul dengan munculnya seorang dokter pria berkepala plontos mengenakan kacamata.Kelly dan Gabriella langsung saja menghampiri dokter itu dengan raut wajah cemas, "Bagaimana keadaan Max, dok?"
Tanya mereka hampir bersamaan.Dokter itu tampak membetulkan letak kacamatanya, lalu memandang Kelly dan Gabriella, "Apa kalian keluarga korban?"
"Aku kekasihnya!"
Jawab Kelly cepat, membuat Gabriella mendengus kasar.'Aku juga kekasih Max!' Gerutu Gabriella dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Max Maxwell [COMPLETED]✔️
RomanceBELUM DIREVISI Romance + Thriller Story. [Mengandung adegan gore yang cukup banyak] DON'T COPY MY STORY! Judul Awal : Max Masters Prison Menyimpan perasaan pada seseorang, itu merupakan hak siapa pun manusia yang ada di dunia ini. Namun apa jadinya...