"Kau baik-baik saja? Apa dirimu terluka dalam melawan polisi tadi?"
Tanya Kelly cemas sembari menangkupkan wajah Max dengan kedua tangannya memeriksa apakah ada cela di wajah tampan pemuda tersebut.
Saat ini mereka telah sampai ke rumah Max dan sedang mendudukkan diri di sisi ranjang milik Max.Max hanya diam menatap Kelly lekat-lekat, tak berniat menjawab pertanyaan yang sedari tadi keluar dari mulut gadis itu.
Karena merasa dirinya yang tak mendapat respon, Kelly terdiam membalas tatapan Max membuat kedua pasang manik itu bersatu.
"A-ada apa? Kenapa melihatku seperti itu?"
Max menggeleng pelan membalas pertanyaan Kelly barusan, kemudian mengalihkan pandangannya ke arah lain.Kelly menyentuh dagu Max, agar wajah Max menghadapnya, "Aku bertanya, kau tak apa?"
Max kembali memandang lurus ke bola mata Kelly, "Kenapa kau peduli padaku? Pulanglah, nanti Varel akan marah."
Kelly memiringkan kepala sekaligus mengernyit bingung, "Varel? Kenapa dengan Varel?"
"Dia adalah kekasihmu, jika kau di sini, satu kamar bersamaku, apa yang akan dipikirkannya? Pulanglah, aku ucapkan terima kasih karena telah menyelamatkanku hari ini. Aku benar-benar tak menyangka kau akan datang menggagalkan semuanya."
"Max dengar, aku sudah bukan kekasih Varel lagi. Dan aku tak ingin pulang dan ingin tinggal bersamamu di sini. Lagipula...bukankah kita masih berstatus sebagai sepasang kekasih?"
Kelly menunduk, menyembunyikan wajahnya tak berani menatap Max.Max terkekeh geli, alhasil membuat Kelly mendongak, "Kekasih? Kapan kita menjadi kekasih? Bukankah itu hanya drama yang mana aku dan kau menjadi pemeran utama?"
Kelly terhenyak, langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain. Ekspresi gadis itu berubah menjadi sedih menyadari kesalahannya waktu itu.
"Maaf." Cicit Kelly masih tak berani memandang Max.
Sedangkan Max langsung bangkit dari duduknya akan beranjak meninggalkan gadis itu seolah perkataan 'maaf' Kelly tak pernah diucapkan gadis bermata emerald tersebut."Mau ke mana?" Kelly mencekal lengan Max yang akan beranjak pergi. Max menoleh malas, "Makan."
"Aku akan memasak sesuatu untukmu ya?" Tawar Kelly yang langsung dibalas gelengan cepat kepala Max.
Kelly mendesah kecewa, tapi raut wajahnya langsung berubah ketika sebuah ide terlintas di otaknya.
"Kalau begitu, kita masak bersama, oke?!" Kelly dengan gerakan cepat langsung menarik tangan Max tanpa menunggu jawaban pemuda itu yang membuat Max mau tak mau hanya menurut.
***
Sekarang, di sinilah mereka di ruang makan dengan Kelly yang sengaja memilih duduk bersebelahan dengan Max sembari memperhatikan pemuda itu makan.
Menu makanan Max saat ini adalah panekuk yang dibuatnya bersama Kelly tadi.Max dan Kelly memutuskan untuk memasak panekuk karena bahan masakan di rumah Max yang sudah sedikit, karena Max tak pernah berbelanja lagi semenjak dirinya masuk dalam penjara.
Max menyuap panekuknya ke dalam mulut dengan santai, mata hazel pemuda itu kembali bergerak memandangi Kelly yang sedari tadi terus menatapnya makan dengan kedua tangan bersangga di pipi.
Merasa terus diperhatikan, Max lama-lama risih juga.
Bukan apa-apa, tapi tatapan Kelly yang terfokus ke dirinya membuat detak jantungnya tak bisa dikontrol, berdetak dengan cepat.Max boleh bersikap dingin pada Kelly, namun hatinya tetap tak bisa mengelak, jika dirinya masih benar-benar menyayangi gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Max Maxwell [COMPLETED]✔️
RomanceBELUM DIREVISI Romance + Thriller Story. [Mengandung adegan gore yang cukup banyak] DON'T COPY MY STORY! Judul Awal : Max Masters Prison Menyimpan perasaan pada seseorang, itu merupakan hak siapa pun manusia yang ada di dunia ini. Namun apa jadinya...