MAX segera bangkit dari atas tubuh Gabriella dan menghampiri Kelly yang kini sudah terisak menunggu jawaban darinya.
"JAWAB AKU MAX, APA ITU SEMUA BENAR?!"
"Kelly aku---"
Max tersentak tak menyangka kala tubuh Kelly kini sudah mendekapnya dengan erat.Kelly memukul dada bidang Max pelan sembari menangis tersedu-sedu, "K-kau jahat! Sungguh!"
Max mengusap bahu Kelly yang berguncang dengan hebat, "Maaf Kelly, maaf. Ssttt jangan menangis kumohon."
Kelly langsung melepaskan pelukannya dengan pipi masih dibanjiri air mata, "Ke-kenapa? A-apa alasanmu melakukan se-semua ini?"
Kelly berkata dengan tersedu-sedu. Gadis itu tampak sekali tengah berusaha mengendalikan tangisnya."Ini semua karena si jalang itu, aku ingin memusnahkannya agar tak membahayakanmu lagi."
Desis Max sembari melirik tajam Gabriella yang terduduk di ranjangnya."KAU PENIPU MAX! KAU TELAH MENYAKITIKU, SEBERUSAHA APAPUN KAU, TETAP SAJA AKU AKAN MEMBUNUH KELLY DAN MENJADIKANMU MILIK---"
BUGH!
Satu tinjuan Max tepat di wajah Gabriella berhasil membuat gadis blonde itu pingsan.
Kelly yang melihat itu menutup mulutnya, "Ka-kau membuatnya tak sadarkan diri Max!"
"Biarkan saja, ini memang pantas untuknya. Tunggu di sini, aku akan mengambil sesuatu untuk tubuhnya."
Setelah mengatakan itu, Max langsung beranjak ke luar kamar dan beberapa saat kemudian kembali lagi dengan membawa kotak persegi panjang besar."Apa yang akan kau lakukan padanya?"
Kelly terus mengamati gerak-gerik Max yang kini sudah membuka kotak besar itu dan mengambil tali di dalamnya.Kelly ingat sekali, dirinya pernah melihat keberadaan kotak itu di atas lemari pakaian Max, namun ia tak pernah menanyakan isinya pada Max, dan juga tak ingin tau.
Max memotong tali tadi dengan sebuah pisau kemudian mengikat kedua tangan Gabriella yang sedang pingsan di kepala ranjang.
Hal itu juga ia lakukan pada kedua kaki Gabriella hingga posisi gadis tersebut kini membentuk huruf 'X'."Kelly, katakan padaku, kira-kira menurutmu aku harus menggunakan apa? Sabit, pedang, gergaji mesin, atau kapak?"
Kelly tersentak, "A-apa maksudmu Max? Jangan katakan---"
"Tidak, aku hanya perlu saranmu, jangan khawatir. Lalu... apa pilihanmu?"
"Ka-kapak?"
"Ah, pilihan bagus Kelly sayang. Baiklah kapak ini kukeluarkan."
Seiring mengatakan itu, tangan Max langsung mengeluarkan sebuah kapak besi dari dalam kotak tadi kemudian menutup kotak itu kembali dan berjalan ke luar kamar untuk kembali menaruhnya.Ketika Max sudah menaruh kotaknya itu, ia segera mengajak Kelly untuk bicara ke ruang tamu.
Kedua ibu jari Max mengusap sisa-sisa air mata Kelly yang masih tertinggal di pipi, "Maafkan aku, aku telah menyakitimu sejak dramaku dimulai."
Kelly membetulkan posisi duduknya di sofa, "Katakan Max, kenapa kau melakukan semua ini dan membuatku khawatir?"
"Kau ingat, saat pernikahan kita batal gara-gara aku tertembak oleh Gabriella? Ketika di rumah sakit dan aku sudah siuman waktu itu, bukankah kau langsung masuk ke ruanganku bersama dengan Gabriella? Aku terkejut sekaligus bingung tatkala melihat Gabriella juga menjengukku. Kupikir dia hanya menjengukku, namun saat kau mengatakan jika Gabriella adalah orang yang menembakku, otakku dengan segera mendapatkan ide dan mulai membuat rencana dengan berpura-pura amnesia. Meskipun aku belum tau apa alasan dia menembakku, tapi aku tetap berpura-pura hilang ingatan dan berlagak tak mengingatmu sama sekali. Apa kau tak curiga waktu itu, kenapa seseorang yang amnesia tidak mengingat orang yang terakhir kali bersamanya namun justru mengingat temannya yang pernah menolongnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Max Maxwell [COMPLETED]✔️
RomansaBELUM DIREVISI Romance + Thriller Story. [Mengandung adegan gore yang cukup banyak] DON'T COPY MY STORY! Judul Awal : Max Masters Prison Menyimpan perasaan pada seseorang, itu merupakan hak siapa pun manusia yang ada di dunia ini. Namun apa jadinya...