"Hentikan itu Max."
"Oh astaga kubilang hentikan."
"Max, bagaimana kita akan kencan jika kau terus mengurungku dalam pelukanmu?"
Kelly terus saja merengek dan meronta pelan sedari tadi karena tubuhnya yang dipeluk erat oleh Max.Meskipun gadis itu sudah meronta pelan, namun Max tetap saja tak mempedulikan dan terus memeluk Kelly seolah gadis itu akan meninggalkannya jika dilepas.
Keadaan tersebut tentu saja tak menguntungkan bagi Kelly, dia tak bisa bergerak karena tenaga Max lebih kuat dari dirinya bahkan untuk bernafas pun ia merasa kesulitan.
"Max kumohon lepas, apa k-kau ingin mem-bunuh-ku?"
Sontak saja seolah tersadar gadisnya bicara sudah terbata-bata karena kekurangan oksigen, Max melepaskan pelukannya dan memandangi wajah Kelly dengan raut cemas.Max menangkup wajah Kelly yang kini gadis tersebut sedang menghirup oksigen sepuas-puasnya, "Kau tak apa 'kan?!"
Kelly menarik nafas panjang, "Kau hampir membunuhku tadi. Ada apa denganmu? Apa kau tak sadar dengan kelakuanmu?"
"Maaf Kelly. Aku hanya merasa kau terlalu menggemaskan pagi ini, makanya aku memelukmu erat-erat. Aku penasaran, apa yang membuatmu begitu agresif sehingga kita bercumbu panas di kamar mandi tadi?"
Kontan saja kedua pipi Kelly langsung merona mendengar ucapan Max.
"A-aku biasa saja tidak agresif seperti yang kau katakan! Aku merasa diriku seperti biasanya."
"Tidak Kelly, kau berbeda pagi ini, kau terlalu bersemangat. Bahkan di kamar mandi tadi kau seperti akan mengajakku untuk segera 'melakukannya' meskipun aku tau kau hanya mau sebatas cumbuan. Padahal tadi kau mengajakku untuk mandi berdua 'kan? Kukira kita akan sama-sama mandi tanpa mengenakan pakaian, tapi ternyata kau segera mengusirku keluar karena kau ingin mandi setelah kita berciuman."
Kelly mulai mengingat kejadian yang ia lakukan bersama Max di kamar mandi tadi, membuat kedua pipinya menjadi merah padam bak kepiting rebus.
Gadis itu malu sekaligus juga merasa lucu atas perbuatan yang ia lakukan membuat Max kecewa."Hentikan Max! Sudahlah, ayo kita segera pergi untuk kencan!"
Kelly langsung saja menarik tangan Max untuk mendatangi pintu utama. Dia tak ingin Max menggodanya lagi---meskipun semua yang dikatakan Max sesuai fakta namun tentu saja Kelly malu untuk mengakuinya.
Maka dari itu, satu-satunya cara agar Max tak membahas kejadian di kamar mandi tadi, Kelly cepat-cepat mengajak pemuda itu untuk jalan-jalan kencan mereka kebetulan mereka sudah bersiap-siap sedari tadi.Satu langkah lagi mereka akan mencapai knop pintu utama rumah Max, suara ketukan dari luar berhasil membuat keduanya terdiam di tempat.
Mereka saling berpandangan, seolah saling bertanya siapakah yang datang untuk berkunjung?
Tiba-tiba saja Kelly kembali teringat kejadian yang terjadi kemarin, di mana saat mereka juga akan pergi kencan, di depan rumah Max sudah menunggu para polisi yang siap menembaki pemuda itu.
Melihat Kelly tak berniat untuk membuka pintu, jadilah akhirnya Max maju untuk membukakan pintu bagi tamu yang datang itu.
Sebelah alis Max terangkat ketika melihat siapa yang berkunjung ke rumahnya itu.Sedangkan Kelly yang berada di belakang Max juga memandang heran pria yang kini berdiri di hadapannya.
"Hei Kelly, sudah lama tak bertemu. Apa kabarmu?"
Sang tamu membuka suara membuat Max menggenggam erat tangan Kelly yang kini beralih di sampingnya.Max memberi tatapan tajam pada pria berjaket coklat di hadapannya, "Mau apa kau?"
Tamu itu tersenyum sinis karena mendapat jawaban bukan dari orang yang ia tanya, "Max Maxwell si aneh satu kampus sekarang menjadi sok pahlawan dan berniat melindungi kekasihku--- ups maaf, mantan kekasihku, heh?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Max Maxwell [COMPLETED]✔️
RomanceBELUM DIREVISI Romance + Thriller Story. [Mengandung adegan gore yang cukup banyak] DON'T COPY MY STORY! Judul Awal : Max Masters Prison Menyimpan perasaan pada seseorang, itu merupakan hak siapa pun manusia yang ada di dunia ini. Namun apa jadinya...