LIMA orang berpakaian polisi kini mengelilingi kamar berdominasi dark blue milik Max.
Max dan Kelly mau tak mau menuruti perintah dari para polisi yang sedang menodongkan pistol itu, yaitu mengangkat kedua tangan mereka.
"Kau, apa namamu Max Maxwell, mahasiswa di University Achievement jurusan psikologi?"
Max mengangguk sembari menatap seorang polisi berbadan tegap yang kini maju menghampirinya dengan menodongkan pistol tepat ke arah Max."Bawa pembunuh ini ke kantor, kita akan menginterogasinya dan juga wanita di sampingnya itu."
Ucap polisi tadi kepada rekannya yang masih menunggu di belakang."Tunggu dulu! Dari mana kalian tau alamat rumahku dan mengetahui perbuatanku?!"
Tanya Max lebih ke bentakan, pemuda itu terlihat tak takut sedikitpun meski perbuatannya membunuh selama ini sudah ketahuan.Well, jika dia ketakutan, maka bukan Max Maxwell namanya.
"Kami mendapat informasi dari teman sekelasmu, dia yang membawa kami ke sini."
Ujar polisi tadi lalu menolehkan kepalanya ke samping, dan mundur selangkah mempersilakan seseorang yang sedari tadi "bersembunyi" untuk keluar."Hai Max, maafkan aku tapi, aku-lah yang memberitahu polisi jika alamatmu di sini, dan kebetulan polisi berkunjung ke kampus kita dan menemukan bukti jika kau bertanggung jawab atas kematian Walter Brown, dan yang lainnya yang sudah kau habisi. Uh-- satu lagi, kau juga melakukan kesalahan yaitu mengurung gadisku."
"SIAPA YANG KAU SEBUT SEBAGAI GADISMU, HAH?!"
Teriak Max keras, dan akan meninju wajah pemuda yang baru saja berbicara,Varel Rackbourn.
Namun polisi bergerak cepat menahan Max hingga pemuda tersebut tak sempat melakukan aksinya.
Kedua tangan Max terpaksa harus diborgol oleh polisi kemudian membawa pemuda itu ke dalam mobil bersirine milik mereka, diikuti dengan Kelly yang dibawa untuk dimintai keterangan.•|•
"Bisakah kau bicara dan jawab pertanyaanku?! Kenapa kau bungkam saja, apa kau bisu?!"
Polisi berambut pirang itu berteriak keras dihadapan pemuda berambut hitam yang sedari tadi tak menjawab pertanyaannya.Ruangan gelap minim cahaya yang hanya mengandalkan sebuah lampu redup di tengah-tengah dua orang itu, menjadi saksi bisu atas pengakuan dari para penjahat-penjahat dengan kasus kriminal dari yang rendah hingga tinggi.
"Max Maxwell! Sekali lagi kutanya, apakah kau sudah membunuh Walter Brown, dan para murid yang tewas di kampusmu?!"
Max masih bungkam, namun matanya tetap menatap dingin polisi di hadapannya. Polisi berkumis tipis itu menarik nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan.
"Baiklah, jika kau tak mau bicara, kami akan membuat wanita yang bersamamu untuk bicara. Dia pasti mengetahui semua perbuatanmu karena dirinya akhir-akhir ini tinggal bersamamu."
Polisi tersebut segera menarik tubuh Max dengan kasar dan membawanya keluar dari ruang interogasi dalam kondisi tangan Max yang masih diborgol."Dia tak mau mengaku dan hanya diam saat kutanya."
Ujar polisi bermata biru itu mengabarkan kepada rekan-rekannya, dan juga pada Varel dan Kelly.Varel terkekeh, "Kenapa Max? Apa kau terlalu tegang karena baru pertama kali masuk ruang interogasi? Uh, padahal sebentar lagi kau akan masuk ruangan yang lebih menyeramkan dari itu."
'Sial! Awas saja kau, kau akan mati di tanganku Varel Rackbourn!'
Umpat Max dalam hati, sembari memberi tatapan tajam pada pemuda bermata coklat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Max Maxwell [COMPLETED]✔️
RomansBELUM DIREVISI Romance + Thriller Story. [Mengandung adegan gore yang cukup banyak] DON'T COPY MY STORY! Judul Awal : Max Masters Prison Menyimpan perasaan pada seseorang, itu merupakan hak siapa pun manusia yang ada di dunia ini. Namun apa jadinya...