MAX menyesap perlahan moccacino panasnya sembari matanya tak ia lepaskan dari ponsel yang baru saja ia beli.
Ia mengscroll layar ponselnya dengan gerakan lambat, menelusuri internet mencari cara pembuatan makanan yang biasa diinginkan ibu hamil.
Alasan mengapa ia sampai harus membeli ponsel baru adalah karena ponselnya yang lama terbilang ketinggalan zaman, dan istrinya terus mendesaknya untuk membeli ponsel yang baru seperti yang dimiliki Kelly yang lebih canggih.
Maka dari itu, karena tak punya pilihan lain, selain agar tak menjadi pria yang kuno---namun juga agar memudahkannya mencari cara pembuatan makanan ibu hamil, Max pun membeli ponsel barunya itu tadi malam.
Setelah mendapat cara pembuatan dan langkah membuat berbagai makanan, Max pun mengscreenshoot artikelnya lalu mengesavenya di dalam galeri.
Setelah berkutat dengan resep makanan itu, Max melirik jam yang tertampil di ponselnya.
Pukul 07:30.
Dia sudah merasa lapar, namun istrinya masih tertidur jam segini.
Semenjak Kelly hamil, wanita itu tak pernah bangun awal lagi untuk menyiapkan sarapan.
Alhasil rutinitas tersebut biasanya digantikan oleh Max yang saat ini mulai terbiasa membuatkan istrinya itu sarapan.Max menggeser kursi kayu yang didudukinya, rencananya pria tersebut akan langsung ke dapur untuk membuat sarapan untuk dirinya dan juga Kelly, namun belum sempat ia melangkahkan kaki setapak pun pintu utama rumahnya sudah diketuk oleh tamu yang dia sendiri tak tau siapa.
Tok tok tok
Suara ketukan di pintu Max terdengar lagi, sepertinya sang tamu tak sabaran hingga membuat Max berdecak kecil merutuki siapa yang bertamu pagi-pagi buta begini.
Cklek
Max membuka pintu, pria itu baru akan mengeluarkan kata-kata dari mulutnya tatkala matanya melihat sang tamu, namun hal itu tak bisa terlaksanakan karena ketiga orang tamu Max itu langsung menubrukkan tubuh mereka di tubuh Max memeluk erat pria bermata hazel tersebut, membuatnya hampir saja terjungkal ke belakang kalau saja ia tak kuat menahan bobot tubuh ketiga pria yang datang berkunjung itu.
"AH MAX, KAMI SUNGGUH MERINDUKANMU!"
Teriak ketiga tamu Max cukup kencang dan masih berpelukan bak telletubies.Max menghirup nafas panjang, rasanya pria itu benar-benar sesak dipeluki oleh ketiga tamu itu, "Chris, Hans, Robbert, bi-bisakah kalian menyingkir? Kalian tau? Aku rasanya ingin mati!"
Chris, Hans, dan Robbert yang menjadi tamu Max cepat-cepat melepas pelukan erat mereka dan ketiganya memandangi Max lekat-lekat.
Hans menangkupkan wajah Max, "K-kau masih bisa bernafas 'kan?!"
Robbert yang melihat hal itu segera menepis kedua tangan Hans dari wajah Max, "Dasar bodoh! Tentu saja Max masih bernafas, lihatlah!"
Max hanya mendengus sebal tatkala Robbert memegang dagunya, dan dengan cepat pria bermata hazel itu menjauhkan tangan Robbert.
"Memangnya Max kenapa?"
Max, Hans, dan Robbert sontak dengan serentak menepuk jidat mereka ketika Chris bertanya barusan.Ternyata Chris sedari tadi masih tak mengerti apa yang terjadi dengan Max.
"DASAR IDIOT!"
Teriak Max, Hans, dan Robbert tepat di telinga Chris.
Setelahnya ketiga pria itu langsung diajak masuk oleh Max.***
"Kalian semua sudah bebas? Dan bagaimana bisa kalian tau alamat rumahku?"
Tanya Max seraya mengambil posisi duduk di hadapan ketiga sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Max Maxwell [COMPLETED]✔️
RomanceBELUM DIREVISI Romance + Thriller Story. [Mengandung adegan gore yang cukup banyak] DON'T COPY MY STORY! Judul Awal : Max Masters Prison Menyimpan perasaan pada seseorang, itu merupakan hak siapa pun manusia yang ada di dunia ini. Namun apa jadinya...