[07]

5.8K 934 98
                                    

"Jadi ... kenapa kau tidak pernah memberiku kabar?"

Seijuro masih dengan posisi sama, nada pembawaannya yang tenang justru membuatmu merinding. Matanya terpejam menunggu jawaban, keadaan begitu hening sehingga embusan napas keduanya terdengar.

"Tentu saja, setelah aku bisa memastikan semuanya aman. Tou-sama memiliki seribu satu akal licik. Aku tak mau kalah dengan konyol," ucapmu tenang.

Seijuro diam tak menanggapi penjelasanmu. Ia beranjak dari posisi menyendernya. Seijuro melirikmu dengan ekor matanya, mengkodekan dirimu agar mengikutinya. Kau beranjak dari tempat tidur, berjalan mengekorinya. Langkah terhenti di sebuah ruangan, didominasi warna hitam putih. Terdapat sebuah meja di sana, di atasnya ada sebuah papan shogi dengan bidak yang sudah disusun. Dirimu melirik Seijuro yang sedari tadi tidak mengeluarkan kata-kata.

Seijuro masih dalam keheningan, alih-alih menjawab tatapan anehmu, dirinya mendudukkan bokongnya di kursi. Kau duduk berhadapan dengannya. Seijuro mengambil posisi sente, ia mengambil sebuah bidak untuk dijalankan. Kau mengikuti permainannya, hanya terdengar suara pion dimainkan di atas papan. Kalian sama-sama tidak membuka percakapan.

"Tsumi." (Check mate)

Kalah, untuk kesekian kalinya.

"Jadi, apa maksudmu mengajakku bermain shogi tengah malam?"

Seijuro yang sedari tadi sibuk dengan shoginya melirikmu polos. Kemana tatapan menakutkannya itu?

"Hanya reuni kecil—" Seijuro mengulas senyum mengejek, "—kekalahan untuk sekian kalinya, eh?"

"Terserah," sungutmu sebal.

Seijuro mengambil pion gyakushō (king), lalu menunjukkannya padamu. "Lihat, ambil contoh pion raja adalah dirimu." Ia meletakkannya di tengah penjagaan pion lainnya.

Seijuro kembali mengambil pion raja dari pihak lawan, "Sementara, pion raja musuh adalah Tou-sama." Ia kembali meletakkannya di posisi semula. Kau memperhatikannya seksama.

"Untuk memenangkan sebuah pertandingan, kau haru mengorbankan pion-pion lainnya." Seijuro memainkan shogi itu sendiri, menunjukkan strategi 'perang'nya padamu. Ia meletakkan sebuah pion di petak papan.

"Check mate." Ia menyingkirkan pion raja yang diberi nama Tou-sama. Lalu menatapmu penuh arti. Kau paham maksud dari perbuatannya.

"Terimakasih telah mendukungku." Kau tersenyum. Air mata mengalir dari sudut mata, bukan karena terharu, melainkan rasa kantuk yang melanda. Waktu yang terpampang di jam menunjukkan pukul satu. Besok, kau mengambil kereta pagi, kalian pun segera beranjak menuju kamar masing-masing. Ketinggalan kereta adalah pilihan yang buruk.

•••

Masih pagi, kau dan Seijuro sudah berada di stasiun. Sesuai janji, ia menemanimu sampai kereta datang. Tipikal kakak yang baik. Berdua duduk beriringan di bangku stasiun, dirimu sibuk mengunyah camilan, sementara Seijuro berkutat dengan ponselnya.

"Yakin tidak akan merindukanku?"

Seijuro menoleh, lalu mengunci layar ponselnya. Dia menatapmu lurus. "Ya," ucapnya kalem. Kau memberikan tatapan sinis padanya. "Bercanda," sambungnya.

HIDE AND SEEKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang