[18]

4.4K 780 57
                                    

Oke, aku udah nemu titik terangnya wkwk. Cerita ini bakal terus dilanjut dan semua pertanyaan bakal kejawab pelan-pelan :v <alibi males mikir

.

Perlu diketahui jika [name] benar-benar terlihat menggemaskan saat ini. Bibirnya yang tertekuk ke bawah dan manik bulatnya yang menatapku sebal itu membuatku harus menahan tawa, tentu saja karena aku masih sayang nyawa. Bahkan amukannya lebih menyeramkan daripada kepribadianku yang satunya. Sungguh, ia tak pernah main-main dengan ancamannya. Saat sekolah dasar dulu, ia pernah menggunting rambut temannya hingga menyerupai jalan setapak dengan rerumputan tebal di sekelilingnya.

Ia melakukan hal itu bukan tanpa alasan, temannya diganggu oleh anak nakal yang ditakuti perempuan di kelasnya. [name] menyuruhnya berhenti baik-baik. Sayangnya, bocah itu mengabaikan perkataannya. Dan, selamat tinggal pada rambut indahnya.

Bocah itu menangis dan mengadu pada guru, dengan tenang [name] menjelaskan segalanya. Gurunya bertanya pada teman sekelas [name], mereka membenarkan semua perkataannya. Bocah itu trauma dan ketakutan saat melihat [name], sedangkan para anak perempuan bersyukur akan hal itu.

Saat sekolah dasar dulu, aku tidak berada di tempat yang sama dengan [name]. Namun ia selalu menceritakan segala hal padaku menjelang waktu tidur. Ia berkata jika semua lelaki itu menyebalkan kecuali diriku dan orang yang kami sebut Tou-sama. Tou-sama sendiri jarang berada di rumah karena sibuk mengurusi bisnisnya, kami ditinggal berdua di mansion Akashi yang luas hanya bersama pelayan dan supir.

Aku merangkup segalanya bagi [name]. Sebagai figur seorang teman, kakak, ibu, dan ayah. Tahukah kalian betapa paniknya saat aku mendengar jika orang itu berusaha merenggut kebebasan adik kecilku dengan cara menjodohkannya demi kepentingan bisnis?

Bokushi bahkan tak segan untuk menghunuskan guntingnya. Beruntung, ia masih memiliki kewarasan. Jika tidak, tentu aku dan dia akan mendekam di penjara karena membunuh orang tua sendiri. Saat kucek data perusahaan, tidak ada yang salah dengan hal itu. Semuanya baik-baik saja.

Intuisiku tak pernah salah, aku memberitahukan perihal ini pada rekan-rekanku di waktu junior high dulu. Mereka salah satu pion pentingku dalam menjalankan misi. Kegemaranku bermain shogi masih berlanjut sampai sekarang. Menjadi atlet shogi nasional sepertinya lebih menyenangkan ketimbang harus mengurusi perusahaan Akashi.

Bermain shogi seorang diri, banyak orang yang beranggapan jika hal itu aneh bahkan mustahil untuk dilakukan. Lawannya adalah aku, aku melawan aku. Merangkai strategi untuk melawan musuh bisa dilakukan dengan hal ini. Bidak yang tersusun mulai dari pion sampai raja. Semua itu ada dalam kehidupan nyata, raja yang harus kau pertahankan agar memenangi permainan.

Bidak raja di permainanku yang sekarang adalah aku dan juga [name]. Kenapa ada dua? Jangan lupakan jika kami adalah kembar. Walau berbeda, tapi jiwa kami saling berikatan. Jika salah satu diantara kami merasakan luka, jiwa yang satunya akan ikut merasakan sakit.

Aku cukup terkejut dengan keputusannya untuk mengangkat kaki dari mansion Akashi. Sudah kuduga, ia berbeda dari gadis kalangan atas lainnya yang menyombongkan diri dan memamerkan kekayaan keluarganya. Manja, egois, dan menyebalkan. Semua itu tidak ada pada dirinya yang membuatku tersenyum puas. Perempuan dengan sikap menyebalkan yang kusebutkan tadi bernilai rendah di mataku.

Semuanya mengalir begitu saja, ketika ia meneleponku untuk pertama kalinya sejak ia memutuskan untuk pergi menyembunyikan marga Akashi-nya. Tak tahukah jika aku mencemaskannya? Ia perempuan dan pergi seorang diri jauh dari pengawasanku. Aku tak habis pikir saat ia memutuskan untuk bersekolah di Miyagi. Padahal dulu kami berjanji untuk masuk SMA yang sama.

Segala sesuatu tentang perjanjian konyol dengan Tou-sama hanya berlaku untuk kedua pihak yang terkait. Dan itu, sama sekali tidak berlaku untukku. Aku bebas menggunakan koneksiku untuk mengetahui kabar keduanya. Tou-sama pergi ke Inggris sehari setelah pelarian [name] dan belum pernah pulang ke mansion. Ia seperti membiarkan [name] bebas berkeliaran tanpa berniat untuk menangkapnya dan memenangkan permainan.

Makan malam yang menjadi awal dari hal itu membiarkanku menjadi saksi perjanjian keduanya. Setelah keduanya menandatangani perjanjian itu, aku keluar meninggalkan ruangan yang hawanya memberat. Sepertinya mereka perlu membicarakan suatu hal yang hanya mereka yang tahu akan hal itu. Aku sendiri tidak tahu apa yang mereka bicarakan.

[name] keluar dengan raut kacau dan tersenyum paksa menyatakan bahwa semuanya baik-baik saja saat kutanya. Aku melangkah masuk ke dalam berusaha mencari tahu, kudapati Tou-sama duduk dengan berkas yang sudah tersusun rapi di hadapannya. Ia menyuruhku untuk duduk, ada hal yang perlu dibicarakan berdua denganku.

"Kau sudah tahu syarat yang diajukan [name], bukan?" Ujarnya sambil menyodorkan kopian dari perjanjian mereka, menunjuk poin tertera dengan pena.

"Ya, aku tahu. Kuharap kau tak memintaku untuk menjadi suruhanmu dan melaporkan segala yang terjadi padanya," jawabku datar.

Aku absolut, ingat itu. Menggunakan aku sebagai penyampai informasinya tidak tertulis di dalam surat, jadi itu tidak melanggar isi perjanjian. Orang ini benar-benar licik, aku sebagai anaknya tahu akan hal itu dan lebih cepat menangkap maksudnya.

"Sayangnya, dugaanmu benar. Aku tak menyangka ia mengambil keputusan seperti itu."

Aku menyilangkan kedua tangan dan menyenderkan pundakku di kursi sambil memejamkan mata berpikir langkah apa yang harus kuambil selanjutnya. "Baiklah, aku akan melakukannya. Tapi, jangan pernah menyentuhnya sedikitpun. Lupakan saja soal perjodohan bodoh yang kau rencanakan, Tou-sama."

Pria tua yang menjadi Ayah kandungku hanya terkekeh pelan, sudah lama kami tidak bercakap-cakap seperti ini. Selama ini, hanya ada pembicaraan seputar sekolah dan bisnis di antara kami. "Tidak mungkin aku melukainya, ia putri kecilku yang berharga. Jaga dia, aku percaya padamu."

Aku hanya bergumam mengiyakan perkataannya. Memang benar jika Akashi dan segala kelebihannya itu unpredictable. Aku tak tahu apa maksudnya berkata seperti itu, namun intuisiku berkata jika ia tak akan melanjutkan perjodohan bodoh itu. Itu hanya sebuah pengalihan dari hal yang sebenarnya ia rencanakan. Aku harus bergerak dengan hati-hati.

Ya 'kan, oreshi?

TBC

Ea ada riddle sedikit di sini (mungkin wkwk).

HIDE AND SEEKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang