[13]

4.8K 835 81
                                    

Click favorite and submit your comment!

Warn! Contain many dialogue here.

Kau diam tak mengeluarkan suara, memilih mendengar celotehan mereka. Jemarimu sibuk mengaduk-aduk es batu yang agak mencair, melebur dengan minuman yang kau pesan dengan sedotan. Pikiranmu mulai bercabang kemana-mana, otak geniusmu mulai mencari jawaban yang tepat untuk pertanyaan yang kemungkinan besar akan mereka tanyakan. Seijuro pasti juga akan membantumu jika kesulitan mengatasi mereka. Pastinya, soal pertaruhan konyol dan perselisihan paham di keluarga Akashi tidak boleh sampai bocor.

"Jadi [name]-chan, kenapa kau menghilang tanpa jejak, hm? Kami kesulitan menghubungimu. Bahkan Akashi-kun saja tidak mau memberitahu tentang dirimu," ucap Momoi sambil cemberut.

"Kami kira kau bersekolah di Rakuzan," kata Aomine menambahkan.

Kau menghentikan aktivitas tak berguna itu, lalu menatap mereka sendu. "Yah, ada banyak hal yang terjadi akhir-akhir ini," balasmu sambil menyedot smoothie yang kau pesan.

Suasana di restoran keluarga itu tampak senyap. Seijuro memang sengaja menyewa sebuah ruang VIP secara full agar kalian bisa bicara dengan bebas. Sembari menunggu makanan yang dipesan datang, kau banyak memanjatkan doa supaya dihindarkan dari pertanyaan sulit. Namun sayang, doamu belum dikabulkan saat ini.

"[name]cchi bisa berbagi dengan kami, curhat misalnya?"

Kau menggeleng lemah lalu menghela napas berat. "Aku tidak ingin kalian terlibat, maaf. Aku saja sudah merepotkan Sei-nii terlalu banyak," katamu lesu.

"[name]-chin, maibou mengeluarkan rasa baru. Sudah coba?" Kali ini, kau harus berterima kasih pada Murasakibara karena telah mengalihkan topik sensitif. Mungkin kau harus membelikannya selusin kardus maibou nanti.

Midorima yang sedari tadi diam menyimak pun berdeham. "Jadi, kau sekolah di mana? Bukan berarti aku peduli, nanodayo," katanya dengan wajah serius sambil membenarkan letak kacamatanya.

Kau terkekeh melihat perilakunya yang sama sekali tidak berubah. "Tenang saja, aku masih bersekolah di Jepang kok. Kau merindukanku, ya?" Katamu sambil menyeringai jahil. Menggodanya adalah salah satu hobimu.

"Siapa yang merindukanmu. Kau terlalu banyak berharap nanodayo," kilahnya.

Makanan yang kalian pesan pun datang, masih hangat dan mengeluarkan aroma sedap. "[name]-san, kami harap masalahmu cepat selesai," kata Kuroko yang membuatmu terperangah.

Seulas senyum tulus tergurat di wajah Kuroko yang biasanya datar tanpa ekspresi dan membuat orang naik darah. "Terima kasih, Tetsuya."

"Aominecchi, jangan ambil dagingku!" Kise merengek, membuat Aomine semakin gencar mencuri makanannya.

"Hahaha, kalian hanya berganti seragam tapi kelakuan kalian sama sekali tidak berubah." Kau tertawa sampai menitikkan air mata.

Semua menatapmu heran. "Maaf, lanjutkan saja. Aku hanya sedikit bernostalgia," lanjutmu.

Kau melepas kacamata tebalmu karena mengganggu pengelihatanmu. Momoi memandangimu antusias. "[name]-chan, ceritakan tentang sekolahmu!" Ucapnya dengan nada ingin tahu.

Kau terdiam sebentar lalu kembali memotong makanan dengan pisau. "Seperti sekolah pada umumnya," jawabmu kalem. Momoi mendelikkan matanya sebal karena jawabanmu.

HIDE AND SEEKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang