[23]

3.5K 680 120
                                    

100 votes buat next chapter hehehe :3 /ketik sono/

Kali ini, kau sukses membuat panik seisi gym. Lagi, untuk yang kedua kalinya. Ringisan pelan keluar dari bibir, pandangan mengabur dan nyeri hebat melanda kepala membuat tubuhmu limbung lalu sukses jatuh menghantam kerasnya lantai sebelum sempat Yachi menangkap tubuhmu. Semua terjadi begitu saja, dan tolong salahkan lemparan spike nyasar dari Bokuto yang begitu bersemangat dan sekarang sang pelaku tengah diam membatu dengan perasaan bersalah menghantui.

Kacamata yang terlempar sudah retak kacanya, pun tak dipedulikan terinjak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kacamata yang terlempar sudah retak kacanya, pun tak dipedulikan terinjak. Segera, Kuroo mengangkat tubuhmu—yang mana mereka sempat berdebat perihal siapa yang akan membawamu ke UKS. Tubuh yang relatif ringan membuatnya mudah untuk menggendongmu. Bersamaan dengan itu, suara dering ponsel dari dalam tas selempang yang kau kenakan juga menyita atensi. Yachi, berinisiatif mengambilnya.

B a k a Seijuro is calling

Meski tahu jika mengangkat telepon orang lain itu tidak sopan, Yachi tetap melakukannya. Barangkali, orang yang menelepon memang bersangkutan denganmu dan perlu tahu kondisimu yang sedang hilang kesadaran karena bola menyimpang. Jika saja sang pelempar bukanlah ace dengan peringkat nomor lima nasional, tentu nasibmu takkan semengenaskan ini.

"[name], barangmu tertinggal di—"

"Maaf, saat ini kondisi [name]-chan sedang buruk," ucap Yachi memotong pembicaraan. Sepertinya, gadis itu tidak tahu dengan siapa ia berbicara sekarang.

"Apa maksudmu? Di mana [name]?"

"Ia pingsan. Kepalanya terhantam bola. Apa kau kenalannya?"

"Astaga, anak itu. Aku akan segera ke sana."

—pip

Sambungan telepon dimatikan sepihak. Yachi berpikir, apa sang penelepon balas dendam karena ia memotong bicaranya? Bahkan, gadis itu belum memberitahu lokasinya sekarang. Ya sudahlah, kondisi teman baiknya itu lebih penting ketimbang keanehan sang penelepon tadi.

Masih memegang ponsel milikmu di tangannya, Yachi turut melihat ke arah ranjang UKS tempatmu dibaringkan. Matamu masih terpejam dengan dahi yang sedikit memar. Sekeras itukah bola itu menghantam?

"Wajah megane-chan terlihat sangat berbeda. Kenapa, ya?" Tanya Oikawa sambil berpikir keras, mencoba mengingat sesuatu yang mungkin terlupa. Ia mengalihkan pandangannya ke arah Shimizu dan Tsukishima secara bergantian, lalu melirik lagi ke arahmu yang belum pulih. "Kacamata! Di mana kacamatanya? Apa itu terjatuh?"

Kageyama dan Hinata yang baru saja datang di ambang pintu pun mendekat. Kageyama menunjukkan sebuah kacamata yang sangat familier, tapi dalam keadaan hancur. Satu gagangnya patah, dan lensanya retak sebelah. Oikawa mengambil kacamata itu dari Kageyama tanpa permisi, lalu memakainya di wajah.

HIDE AND SEEKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang