[29]

3K 540 33
                                    

Terbangun dalam keadaan buruk, sebut saja karena sebuah mimpi menakutkan yang masih terbayang dan terus diputar bagai sebuah film. Sekujur tubuh letih, kepala berdenyut nyeri dan badan sedikit terhuyung saat mencoba bangkit meraih gelas berisi air di atas nakas.

Hal yang menghantui random, mulai dari pennywise yang tiba-tiba muncul dari balik keranjang basket, sampai terbangun di sebuah rumah sakit tua yang terbengkalai. Lucu sekaligus konyol, tapi tetap saja mengerikan.

Rambut menempel akibat peluh yang mengalir membasahi, nampaknya pendingin udara yang dinyalakan tak berpengaruh banyak untuk hal ini. Kau mengusap wajah kasar, lalu meneguk kasar air di dalam gelas sampai habis. Kedua pupil beralih menatap sebuah jam digital yang di letakkan di atas nakas—tepat di sebelah sebuah pigura yang menampakkan potret lawas kau dan Seijuro, memamerkan senyum manis dengan jari saling bertautan.

Pukul sepuluh pagi. Ini rekor bangun pagi paling cepat selepas kamp musim panas berlangsung. Biasanya kau akan terbangun di atas jam dua belas, yang tentunya tak bisa dikategorikan sebagai pagi lagi.

Telapak kaki menginjak lantai yang dilapisi karpet bulu, menggelitik sekaligus lembut ketika diinjak. Memaksakan kedua kaki untuk bergerak menuju wastafel untuk mencuci muka supaya dapat melihat dengan jelas. Pantulan di depan cermin membuatmu menghela napas berat—tak ada bedanya dengan setan buruk rupa yang kerap kali berlakon di layar kaca atau sekedar mampir ke mimpimu.

Tekstur kasar dan sedikit berminyak kau rasakan saat mengusap rambutmu. Sepertinya, sudah lewat tiga hari sejak kau terakhir berkeramas. Wajar saja, untuk sekedar menyisir rambut saja malas, apalagi mengeramasnya. Mandi pun jarang dengan alibi menghemat air—ditambah sebuah penelitian mengatakan jika terlalu sering mandi justru tidak baik untuk kesehatan juga menambah alasan dirimu untuk tidak mengguyurkan air ke tubuhmu.

Selama tidak bau itu tidak masalah. Toh, selama sisa libur musim panas kau habiskan dengan hanya berdiam diri di rumah saja. Urusan makanan tinggal order, hidup serba mudah sekarang. Ponsel yang kau gunakan untuk berkomunikasi dengan teman-temanmu juga kau nonaktifkan, dan mereka juga tidak tahu di mana kau tinggal.

Kau juga tak ambil pusing jika mereka memikirkan apa kau masih hidup atau sudah mati. Meminta perhatian itu menyedihkan.

Beralih menatap kalender, raut bangun tidurmu bertambah suram begitu melihat lingkaran merah tertera di sana. Hari terakhir musim panas, yang artinya besok sekolah kembali dimulai. Atau perlu diterjemahkan sebagai awal neraka kembali dimulai?

Ah iya, lagipula ini yang terakhir.

Sedikit menguap, kau pun mengambil handuk dan beranjak masuk ke kamar mandi. Guyuran air membasahi, sedikit menggigil saat pertama kali tersentuh. Kedua matamu terpejam, namun kenapa malah sosok pennywise yang terbayang? Oh, terkutuklah film yang semalam kau tonton seorang diri. Biasanya kau tidak takut, tapi sepertinya rasa paranoidmu sedang kambuh sekarang.

Saat merasa paranoid, momen membuka mata akan menjadi hal yang menyeramkan. Bayangan sosok menyeramkan yang muncul di depan wajah menghantui.

Helaan napas lega saat mengetahui semua itu hanya rasa takut yang diciptakan oleh diri sendiri. Kau segera mengeringkan badan dengan handuk dan memakai bathrobe, tak lupa melilit handuk di kepala—supaya rambut yang masih basah tak turut membasahi pakaian yang akan dikenakan.

Pintu lemari itu dibuka kasar, kau berdecak pinggang mengamati susunan baju yang tergantung di sana. Merasa tidak cocok, kau beralih membuka pintu satunya. Lalu mengambil sebuah kemeja berwarna putih dan sebuah celana jeans belel.

Lilitan handuk di kepala di lepaskan, kau mengambil hair dryer dan mulai mengarahkannya ke kepala—memulai ritual mengeringkan rambut. Setelah selesai, kau lantas mengoleskan lipbalm ke bibir.

HIDE AND SEEKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang