[27]

3.6K 608 170
                                    

Kuberi kalian takjil buat yang berpuasa wkwk. Maap apdet ngaret y, w keasikan maraton nonton soale wkwk. Mau cepet apdet? 100+ vote dulu dong :p /digeplak

Dan, aku mau promosi bentar. Mampir ke lapakku yang lain ya teman~

Dan jangan lupa ikutan challange di lapaknya RainAlexi123 :3 ntar gabung di grup line, ada aku juga di sana wkwk 😂 /gapenting

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dan jangan lupa ikutan challange di lapaknya RainAlexi123 :3 ntar gabung di grup line, ada aku juga di sana wkwk 😂 /gapenting

•••

Akashi [name]

Jujur saja, sebenarnya aku tidak mengerti situasi saat ini. Ini terlalu rumit dan agak melenceng dari yang seharusnya dijadwalkan. Mimpi bodohku menjadi kenyataan, namun ada beberapa hal yang berubah—insiden terkena lemparan bola, misalnya? Dan juga tidak ada sesi memamerkan mereka seperti seorang sales yang kerap kali melebih-lebihkan keunggulan produk mereka.

Bagaimana, ya? Rasanya aku ingin menyelam ke palung Mariana dan tak pernah muncul lagi. Tapi, itu pasti menyakitkan, jadi aku tidak mau.

Kedua bola mataku sedari tadi mengamati gerak-gerik mereka. Mengoper, shot, dribble, bahkan melakukan dunk yang semena-mena melawan orang yang memiliki kemampuan basket seadanya. Sungguh kejam memang. Mereka asik bermain sendiri tanpa memberikan sedikit celah pada anggota klub voli yang sudah memberikan sinyal bendera putih pada permainan kali ini.

Setidaknya, hal itu bisa membuat bungkam orang yang mengatakan jika kemampuan dan bakat mereka itu mustahil. Aku menyeringai tipis melihatnya. Anggap saja aku jahat, tapi aku sedikit menyukai raut putus asa itu. Ada sedikit perasaan puas menyelimuti. Daiki melakukan gerakan street ball yang cenderung terlihat asal-asalan, tidak tahu aturan dan sekenanya sendiri.

Bola itu melesat masuk dengan mulus, dilemparkan dari belakang ring yang dilempar dengan asal—seolah sudah terkontrol menggunakan remot. Daiki menyeringai, lebih tepatnya mengejek ke arah Ryota karena ia telah mencetak angka lebih banyak darinya. Sementara yang diejek hanya sibuk memanyunkan bibirnya—yang dianggap sangat imut oleh penggemar setianya.

Aku tidak tahu sejak kapan kepalaku kembali berdenyut dan tanganku mengepal erat. Sebenarnya, aku bohong. Rasanya masih sakit sekali. Tapi aku tidak mau hari terakhir kamp musim panas ini hancur berantakan hanya karena kecerobohanku. Tentu saja, rasa sakit ini tidak sepenuhnya berasal dari lemparan bola yang menghantam kepalaku dengan keras. Faktor pikiran dan stres menjadi penyebab utama—kurasa.

Setelah ini usai, kami akan merayakannya dengan jamuan makan malam besar. Barbeque katanya. Sementara mereka bermain, Yachi mengajakku untuk menyiapkan peralatan. Aku beranjak bangkit, agak terhuyung namun dia dengan sigap menahan tubuhku agar tidak limbung. Aku mengulas senyum kecil, mengatakan dengan isyarat aku baik-baik saja. Untunglah ia percaya.

HIDE AND SEEKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang